5 Tips Menulis Novel Horor Gotik

Horor gotik memiliki kekuatan untuk mengganggu sekaligus juga memperkaya pembacanya. Dalam postingan kali ini, saya akan membagikan tip menulis horor gotik. Setelah membacanya mungkin bisa menambahkan perspektif unik untuk kamu yang ingin menulis genre ini.

1. Horor dan Ketakutan

Ada perbedaan antara ketakutan dan horor. Ketakutan adalah detak jantung yang berdebar kencang, sebuah ancaman langsung bagi hidupmu. Namun, horor adalah sesuatu yang menjungkirbalikkan pandangan duniamu, sesuatu yang secara mendasar mengubah pemahaman tentang realitas.

Ketakutan: Bayangkan berjalan sendirian di malam hari di gang remang-remang ketika tiba-tiba kamu melihat sosok mencurigakan mengintai di dekatmu. Jantungmu mulai berdebar kencang, dan kamu merasakan gelombang ketakutan saat kamu khawatir tentang potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh orang tersebut.

Horor: Sekarang, bayangkan berjalan sendirian di malam hari di lorong remang-remang yang sama, tetapi kali ini kamu menemukan makhluk aneh dengan anggota tubuh yang terdistorsi, dan mata merah menyala. Penampilannya menentang penjelasan logis apa pun, dan kamu dipenuhi dengan rasa ngeri yang mendalam saat melihat di hadapanmu.

Dalam contoh ini, ketakutan muncul dari ancaman yang masuk akal dalam skenario dunia nyata—sosok yang mencurigakan. Ini adalah respon terhadap situasi yang bisa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Di sisi lain, horor muncul dari pertemuan dengan makhluk mimpi buruk yang fantastis yang melanggar batas dari apa yang dianggap normal atau mungkin. Unsur horor mengintensifkan dampak emosional, karena melampaui ranah realitas dan menyentuh ketakutan terdalam dan imajinasi kita yang meresahkan.

Dalam hal ini, subgenre horor yaitu gotik biasanya terkenal dengan alurnya yang agak lambat dan menakutkan. Dan horornya tidak selalu berlumuran dengan darah. Terkadang tidak selalu supranatural atau tidak ada hantu, setan dan lainnya. Tapi, penonton dipaksa untuk menghadapi hal-hal yang tampaknya melanggar tatanan dunia. Di dalam film Crimson Peak, misalnya, Edith menemukan suaminya melakukan inses yang memprovokasi kengerian yang sama seperti melihat hantu.

2. Lokasi

Tidak ada yang lebih bergaya gotik daripada rumah besar yang diselimuti kabut dengan koridor sempit, suara-suara aneh, dan bayangan misterius di setiap sudut. Tapi kengeriannya tidak hanya di dalam rumah itu sendiri — tapi juga karena kamu tahu bahwa kamu terjebak di sana. Suasana yang menekan dan sesak ini juga merupakan sifat yang diperlukan dari horor gotik.

Kamu mungkin secara fisik tidak dapat pergi gara-gara kondisi cuaca yang berbahaya atau oleh tuan rumah misterius, atau kamu mungkin dipaksa untuk tetap tinggal dengan kekuatan manipulasi psikologis, ketakutan akan dunia luar atau teka-teki yang mendesak untuk dipecahkan.

3. Narator yang tidak bisa diandalkan

Ketakutan yang paling kuat adalah ketakutan akan hal yang tidak diketahui, atau yang tidak dapat dipahami. Karena alasan ini, banyak novel horor gotik menampilkan narator yang tidak dapat diandalkan, yang tidak bisa dipercaya sepenuhnya oleh penonton. Protagonis adalah cara penonton memasuki dunia cerita. Kita mengetahui dunia hanya melalui mata narator kita. Tetapi jika penglihatan mereka rancu, pembaca tidak merasa nyaman sepenuhnya. Akan selalu ada sesuatu yang di luar jangkauan dan karenanya jadi berbahaya.

4. Bermain dengan foreshadowing

Foreshadowing adalah perangkat yang kuat dalam fiksi. Foreshadowing akan menghasilkan momen besar dalam cerita. Sebuah contoh klasik dari foreshadowing dalam novel gotik adalah Frankenstein, dari tahun 1818.

Di bab dua, Victor menceritakan studi awalnya tentang alkimia dan keinginannya untuk membuka misteri kehidupan. Dia menjadi terobsesi dengan gagasan untuk menciptakan kehidupan sendiri, dengan menyatakan, “Spesies baru akan memberkati saya sebagai pencipta dan sumbernya; banyak sifat bahagia dan luar biasa akan berutang keberadaan mereka kepada saya.”

Foreshadowing dalam bagian ini bekerja dengan sangat baik karena beberapa alasan:

  • Antisipasi yang meningkat: Dengan mengungkapkan ketertarikan Victor untuk menciptakan kehidupan sejak dini, Merry Shelley—sang penulis menciptakan rasa antisipasi di benak pembaca. Kita menyadari bahwa ambisi dan eksperimen Victor mengarah pada sesuatu yang signifikan dan berpotensi berbahaya
  • Sebagai firasat: Bahasa dan citra yang digunakan dalam bagian ini membangkitkan firasat dan kegelisahan. Aspirasi muluk-muluk Victor dan kekuatan yang dia upayakan untuk menunjukkan kegelapan dan tragedi yang akan terungkap sebagai akibat dari tindakannya.
  • Pengembangan karakter: Foreshadowing dalam bagian ini membantu membangun karakter Victor dan pengejaran pengetahuan dan ambisinya yang tanpa henti. Mengisyaratkan dilema moral dan etika yang akan muncul kemudian dalam novel serta obsesinya dan kebingungan moral yang akan dia hadapi.

Secara keseluruhan, foreshadowing dalam contoh ini bekerja dengan baik karena tidak hanya mengisyaratkan kejadian di masa depan tetapi juga berfungsi untuk memperdalam tema dan suasana novel. Ini menciptakan rasa antisipasi, kompleksitas moral, dan malapetaka yang akan datang, secara efektif melibatkan pembaca dan meningkatkan dampak cerita.

5. Tragedi

Semua fiksi Gotik memiliki elemen tragedi yang berarti berakhir tragis, bisa karaktermu atau mungkin hubungannya dengan orang lain. Tragedi lebih dari sekadar membuat pembaca merasa sedih melainkan kesempatan untuk merasakan empati. Memberikan pembaca untuk terlibat lebih dalam dan kesempatan mereka untuk mengeksplorasi tema yang lebih gelap. Orang-orang tertarik pada tragedi karena menghasilkan akhir cerita dan karakter yang tak terlupakan.

Saya harap artikel ini akan membantumu dalam menyusun cerita gotik kamu. Yang hebat dalam horor gotik adalah bahwa hal itu dapat mengganggu sekaligus menyenangkan. Yang diperlukan hanyalah kerja keras, dan kemampuan untuk melihat sisi gelap kemanusiaan kita.

2 thoughts on “5 Tips Menulis Novel Horor Gotik

Leave a comment