Gone Girl dan Sharp Object

Salah satu alasan mengapa saya menyukai karya-karya Gillian Flynn adalah karena dia tidak takut membuat karakter perempuan yang benar-benar rusak dan jahat. Jika kamu belum pernah membaca buku-buku karyanya, berikut adalah gambaran dari novel Gillian yaitu Gone Girl dan Sharp Objects:

*spoiler alert

Karakter Utama Wanita

Selain menjadi gambaran wanita yang kuat dan kompleks, Camille Preaker di Sharp Objects dan Amy Dunne di Gone Girl tidak memiliki kesamaan. Amy adalah wanita jenius yang membangun pencitraan sebagai “cool girl”. Sementara Camille adalah seorang yang sulit didekati, dia melindungi dirinya dari dunia. Camille pada dasarnya ingin mencari kebenaran dan berusaha menemukan keadilan, sementara Amy membuat jaring manipulasi dan kebohongan demi kepentingannya. Camille berusaha menghentikan tindakan kekerasan sementara Amy malah melakukannya untuk keluar dari kecerobohannya sendiri.

Narator yang Tidak dapat Diandalkan

Gillian Flynn menulis kedua novel ini dari sudut pandang orang pertama, baik dari mata Amy maupun Camille. Mereka sama-sama berpikir bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia mereka tidak bisa diterima begitu saja. Amy adalah narator yang tidak bisa diandalkan karena seluruh tuduhan Amy terhadap Nick adalah kebohongan. Di sisi lain, Camille menyembunyikan dirinya sedemikian rupa. Dia tidak mengungkapkan kebiasaannya yang merusak. Ingatannya tentang masa lalunya juga tak sepenuhnya bisa dipercaya.

Plot Twist

Apa jadinya cerita thriller dan misteri yang bagus tanpa plot twist yang bagus? Sharp Objects dan Gone Girl menyembunyikan plot twist untuk pembaca mereka dengan sangat baik. Pada akhirnya, Sharp Objects menceritakan cerita misteri pembunuhan yang lebih konvensional daripada Gone Girl. Kejujuran dari perspektif Camille sangat bertentangan dengan manipulasi Amy. Rencana Amy yang berjalan buruk memberi twist yang dramatis pada novel Gone Girl.

Melukai Diri Sendiri

Amy dan Camille sama-sama melukai diri mereka sendiri. Amy menguras darahnya sendiri dan menghancurkan wajahnya dengan palu. Sedangkan Camille secara kompulsif mengukir kata-kata di kulitnya sendiri. Namun sementara Amy melakukan kekerasan itu untuk menyakiti orang lain dan mencapai tujuan pribadinya, tindakan Camiller melukai dirinya sendiri lahir dari rasa sakit dan rahasia masa lalunya.

Jadi jika kamu belum membaca kedua novel tersebut dan kamu sangat menyukai thriller, jangan lupa untuk memasukkan kedua novel ini ke dalam daftar bacaan ya! Selamat membaca 🙂

4 Novel Jane Austen Terbaik

Tak perlu dipungkiri lagi kalau Jane Austen adalah salah satu penulis klasik terbesar sepanjang masa. Seperti Charles Dickens, Jane melukis karakter-karakternya dengan sangat jelas dengan kekurangan dan kebiasaan mereka yang menyebalkan. Meskipun karakternya jelas didasarkan pada orang-orang abad ke-18, tetapi mereka masih tetap terhubung dengan pembaca modern sekarang ini. Dan jika kamu ingin membaca buku-buku Jane Austen berikut adalah daftar di mana kamu bisa memulai:

1. Persuasion

Sejak Netflix menayangkan adaptasi terbaru dari Persuasion yang diperankan oleh Dakota Johnson, saya jadi ingat kembali betapa indahnya buku ini. Persuasion memang tidak seterkenal Pride and Prejudice, Emma dan Sense and Sensibility, tapi Anne Elliot, protagonisnya adalah favorit saya di antara buku-buku Jane Austen. Novel ini menceritakan tentang Anne Elliot, putri kedua seorang duda yang angkuh dan boros bernama Sir Walter Elliot—sehingga mereka sekeluarga terpaksa menyewakan rumah dan perkebunan keluarga Kellynch Hall kepada keluarga Croft.

Anne memiliki hubungan romantis dengan Kapten Frederick Wentworth ketika dia berusia sembilan belas tahun, tapi dia didorong untuk memutuskan pertunangan karena status sosial dan finansial Kapten Frederick yang tidak mumpuni bagi keluarga Anne. Sekarang, delapan tahun kemudian, Anne masih belum menikah dan rumahnya, Kellynch, diserahkan kepada Laksamana dan Nyonya Croft. Saudara laki-laki Nyonya Croft adalah Kapten Wentworth, mereka bertemu kembali setelah delapan tahun.

Meskipun ini adalah novel romantis, tapi Jane mampu menciptakan cerita yang menawan bukan hanya karena sarkasmenya, tetapi juga karena penggambaran reflektif tentang dua orang yang menemukan jalan kembali ke kehidupan masing-masing di saat yang tepat.

2. Pride and Prejudice

Kisah Elizabeth Bennet dan Fitzwilliam Darcy adalah salah satu karya klasik yang sepertinya tidak bisa dihentikan lajunya oleh siapa pun. Bukunya dipelajari di sekolah-sekolah dan universitas, dan banyak sekali diadaptasi ke film, drama seri dan teater, semua itu berkat novel Jane Austen—Pride and Prejudice.

Novel ini adalah kisah cinta dan pernikahan di Inggris pada awal abad ke-19 yang menunjukkan pembagian kelas dalam masyarakat. Para elit selalu memiliki pandangan dan prasangka buruk terhadap orang-orang yang tidak berada di kelas yang sama tetapi mereka hidup di lingkungan yang sama. Satu golongan penuh kebanggaan, golongan lainnya, penuh prasangka. Konflik dan kesalahpahaman sering tak terhindarkan.

Walaupun gaya penulisan klasik bisa sangat menantang, tapi novel ini ditulis dengan menarik dan cerdik sehingga plot yang berliku-liku dengan karakter yang cukup kompleks tapi mereka berkembang dan bertumbuh dalam pemahaman akan diri mereka sendiri. Elizabeth Bennet dan Fitzwilliam Darcy mungkin salah satu kisah cinta yang paling terkenal di dunia selain Romeo dan Juliet.

3. Emma

Kisah ini diceritakan dari sudut pandang Emma Woodhouse— seorang wanita kelas atas yang keras kepala yang tinggal bersama ayahnya. Emma sangat puas dengan hidupnya dan tidak melihat perlunya cinta atau pernikahan. Namun, tidak ada yang lebih menyenangkan baginya selain mencampuri kehidupan percintaan orang lain.

Emma menghabiskan waktunya untuk menjodohkan teman-temannya, meski sering keliru dan diperingati oleh Mr. Knightley temannya, dia merasa ini semacam panggilan hidupnya. Saya menyukai Emma karena komentar-komentar jenakanya dan humornya yang satir, membuat buku ini begitu menghibur. Terlepas dari sedikit kesulitan bahasa, saya merekomendasikan Emma kepada siapa pun yang mencari roman yang ringan dan lucu.

4. Northanger Abbey

Northanger Abbey adalah novel yang berfokus pada pada Catherine Morland, seorang gadis naif, tapi manis yang menghabiskan sebagian besar waktunya membaca novel-novel Gotik melodramatis yang mendebarkan. Ketika Catherine diundang untuk mengunjungi Bath bersama teman-teman keluarga, Catherine bertemu dan akhirnya berteman dengan Isabella Thorpe, seorang gadis social climber yang menawan.

Catherine memiliki ketertarikan kepada Henry Tilney, yang juga menyukai buku. Ketika keluarga Tilney mengundang Catherine untuk menghabiskan waktu di Northanger Abbey, rumah leluhur mereka, imajinasi Catherine menguasai dirinya, dia harus belajar bahwa fiksi itu tidak selalu berlaku di kehidupan nyata. Northanger Abbey menunjukkan bahwa orang tidak seperti kelihatannya. Jika kamu belum membaca buku-buku Jane Austen, Northanger Abbey bisa jadi novel yang bagus untuk memulai.