4 Cara Menulis Kalimat Penutup Novel

Setara dengan kalimat pembuka, kalimat penutup juga cukup penting. Meskipun banyak pembaca akan lebih memperhatikan akhir cerita dibandingkan kalimat penutupnya, tapi banyak yang berargumen bahwa kalimat penutup adalah kedua terpenting setelah kalimat pembuka. Kalimat penutup membuat cerita Anda berada dalam lingkaran yang penuh, meninggalkan kesan bagi pembaca, dan sekali lagi membuktikan bahwa Anda menguasai cerita.

Berikut adalah beberapa cara efektif yang bisa Anda aplikasikan dalam menuliskan kalimat penutup:

1. Pilihlah kalimat terbaik

Pastikan bahwa kata-kata yang Anda pilih memang sudah terasa sempurna dan yang terbaik. Karena kalimat ini dapat bergema dalam pikiran pembaca Anda setelah cerita selesai.

2. Perhatikan ritme Anda

Tidak seperti kalimat pembuka, kalimat penutup Anda akan berada di dalam struktur yang tertutup (dikekang). Tidak boleh terlalu terbuka seperti kalimat pembuka karena cerita harus ditutup. Contohnya seperti pada lirik penutup sebuah lagu. Lirik penutup harus memandu pembaca merasakan ceritanya telah benar-benar selesai.

3. Menaikkan gaya bahasa

Meskipun Anda ingin memelihara gaya bahasa yang konsisten sepanjang cerita narasi, kalimat terakhir Anda mungkin dapat menjadi kalimat paling puitis dari keseluruhan cerita. Tapi tidak berarti juga Anda harus mencari kamus dan mengeluarkan semua kata-kata indah, simbolis dan lain-lain. Naikkan standarnya dari gaya bahasa sepanjang narasi yang Anda tulis dalam cerita, tapi tetap tidak berlebihan.question 1

4. Menjawab pertanyaan-pertanyaan

Final dari cerita haruslah menjawab pertanyaan-pertanyaan penting dari cerita Anda. Harus mengikat semua ujung yang longgar dan memuaskan rasa penasaran pembaca. Juga harus memenuhi rasa ‘final’. Tapi bukan final seperti membanting pintu kepada pembaca Anda.

Rasa final yang saya maksud adalah membiarkan pembaca merasakan bahwa cerita dan karakter Anda akan terus hidup dan bernapas di luar cover novel Anda. Sama seperti dalam hidup, satu buku berakhir artinya agar yang lain bisa dimulai. Bahkan saat Anda mengetik “The End”, biarkan pembaca memiliki perasaan bahwa sebuah cerita baru, baru saja dimulai untuk karakter Anda (terlepas Anda merencanakan sekuel atau tidak).

Salah satu contoh kalimat penutup terbaik yang pernah saya baca:

burung burung manyarKuakui, itu benar. Tetapi Ibu Antana sudah cukup jasanya, sebagai nenek sekaligus ibu bagi mereka. Kuakui, hanya untuk sementara memang. Ataukah karena aku masih belum berani mengorbankan citra terakhir yang paling indah dari sejarah hidupku, citra Atik? Ingin itu kutanyakan pada burung-burung manyar. Tetapi sekarang sudah jarang kulihat mereka. (Burung-burung Manyar, Y.B Mangunwijaya)

Mengapa berhasil? Jawaban dari semua pencarian karakter utama dalam novel tersebut, terjawab dalam kalimat ini. Dan Burung-burung Manyar yang didaulat sebagai judul menjadi ironi dan simbol tentang perjalanan hidup sang protagonis. Ketika saya menutup novel ini, saya menghela napas, berdecak kagum betapa Romo Mangunwijaya menenun semua alur cerita dengan cantik tapi juga brutal.

Jadi apa pun yang Anda tulis, baik itu novel romance, fantasi bahkan thriller, berusahalah untuk menyentuh pembaca Anda dengan kalimat penutup. Buatlah mereka berhenti sejenak sebelum menutup buku. Membuat senyum tersimpul atau menyeka tangis mereka. Buatlah cerita Anda berdiam lama dalam pikiran mereka bahkan saat mereka melanjutkan kehidupan sehari-hari.

 

5 thoughts on “4 Cara Menulis Kalimat Penutup Novel

    • Boleh banget! Tapi nanti dicicil ya. Soalnya kalau nulis teori problemnya butuh banyak trim dan membuat bahasa dan kosa katanya lebih umum, tapi pasti akan ada banyak teori selain Snowflakes juga. Thank you atas requestnya Yudha. 🙂

      Like

      • Waaah terima kasihnya dari aku aja deh. Hehehe thanks pisan Mba El.

        Siap, Mba El lebih pahamlah mengenai penjabaran umumnya.

        Like

Leave a comment