Rekomendasi: 5 Novel Distopia

Fiksi distopia adalah genre fiksi ilmiah yang mengeksplorasi sisi gelap masyarakat di masa depan. Lahir dari imajinasi dan keresahan para penulis tentang masa depan juga untuk memperingatkan kita tentang bahaya. Tentunya kamu sudah membaca atau menonton The Hunger Games—salah satu novel distopia yang populer. 

Dalam novel distopia kita sering disuguhkan cerita yang memacu adrenalin dengan karakter kuat yang berjuang melawan pemerintah yang otoriter, kondisi yang buruk, kontrol sosial yang menindas, atau tidak adanya kebebasan individu. Jika kamu mencari buku yang bagus untuk dibaca, kamu bisa lihat beberapa novel distopia terbaik dalam daftar saya. Ambil secangkir kopi atau teh, temukan tempat yang nyaman, dan bersiaplah untuk melarikan diri ke beberapa dunia distopia terbaik yang pernah dibuat. Selamat membaca 🙂

1984 – George Orwell

Sulit untuk membicarakan novel distopia tanpa 1984. Novel ini adalah salah satu novel distopia terbaik karena memberikan pandangan realistis tentang seperti apa masyarakat yang dikendalikan oleh pemerintah. Di mana orang-orang tidak diperbolehkan memiliki privasi apa pun dan terus-menerus diawasi. Pemerintah juga mengontrol media dan informasi yang boleh dilihat oleh masyarakat. Novel ini juga memopulerkan istilah seperti Big Brother dan Thought Police. George Orwell memperkenalkan pembaca pada frasa baru untuk membantunya menggambarkan anti-utopia di Oceania di mana cerita ini berpusat.

Fahrenheit 451 – Ray Bradbury

Buku ini bercerita tentang Guy Montag yang berprofesi sebagai pemadam kebakaran yang bertugas untuk membakar buku-buku. Guy mulai bertanya-tanya soal pekerjaannya setelah bertemu Clarisse McClellan yang bertanya padanya sebuah pertanyaan sederhana: “Apakah kamu bahagia?” Kesadaran muncul di benaknya: Dia tidak bahagia. Saat dia mulai membaca buku-buku yang seharusnya dia bakar, dia menyadari bahwa buku-buku itu mengandung ide dan pengetahuan penting yang harus dilestarikan, bukan dihancurkan. Bagi saya buku ini adalah salah satu buku terbaik distopia sepanjang masa.

Unwind – Neal Shusterman

Unwind adalah novel thriller distopia tentang tiga remaja dalam pelarian dari pemerintah yang percaya akan “unwinding,” atau panen tubuh, remaja berusia antara 13-18 tahun yang adalah pembuat onar, atau sebagai persepuluhan untuk bisa menjadi “unwound”. Dengan kata lain, tubuh mereka dapat diambil untuk donor organ guna memberikan kesempatan kepada orang lain untuk kualitas hidup yang lebih baik. Unwound berarti melanjutkan “hidup” melalui manusia lain.

Meskipun topiknya kontroversial, saya benar-benar menyukai novel ini. Karakter-karakter di dalamnya bertumbuh dalam pelarian. Ini novel yang menggelisahkan tetapi membuat kita berpikir mendalam tentang kejahatan perdagangan orang dan hak hidup seseorang.

The Hunger Games – Suzanne Collins

The Hunger Games adalah novel distopia yang ditulis oleh Suzanne Collins dengan setting dunia pasca-apokaliptik di mana umat manusia dipaksa untuk tinggal di serangkaian distrik yang dikenal sebagai Panem. Novel ini mengikuti kisah Katniss Everdeen, seorang gadis muda yang dipilih untuk bersaing di Hunger Games, sebuah acara televisi di mana dua anak dari setiap distrik diadu satu sama lain dalam pertarungan sampai mati demi penghargaan dan hiburan untuk kelas penguasa. Novel ini mengeksplorasi tema distopia, bertahan hidup, dan pengorbanan, dan protagonis wanitanya yang kuat.

The Road – Cormac Mccarthy

The Road adalah kisah perjalanan yang sangat menyentuh. Buku ini dengan berani membayangkan masa depan di mana tidak ada harapan yang tersisa. Mengisahkan perjalanan seorang ayah dan putranya melewati Amerika yang terbakar. Tujuan mereka adalah pantai, meskipun mereka tidak tahu apa yang menunggu mereka di sana. Dengan pakaian compang-camping, keduanya mendorong kereta belanja berisi beberapa barang yang mereka selamatkan di sepanjang jalan, melihat-lihat bangunan yang ditinggalkan, gudang, dan rumah yang kebetulan mereka lewati dengan harapan menemukan makanan atau tempat tidur berikutnya.

The Road menyoroti kesuraman situasi yang dihadapi oleh para karakter. Cormac McCarthy memungkinkan pembaca untuk lebih mudah mengambil tempat karakter karena tidak memberikan nama khusus karakter utamanya. Ini buku yang gelap, menggelisahkan jiwa saya, membuat saya bertanya: Apa yang akan saya lakukan dalam situasi yang sama?

Rekomendasi: 4 Buku George Orwell Wajib Baca

Sebagian besar pembaca mengenal George Orwell dari dua novelnya Animal Farm dan 1984. Kedua novel ini masih sama relevannya sekarang seperti saat pertama kali diterbitkan. Tidak hanya tentang totalitarianisme tetapi mengungkapkan sesuatu yang mendasar tentang sifat manusia itu sendiri.

Namun ada buku-buku George Orwell yang lain yang juga harus kamu baca, seperti Down and Out in Paris and London. Cerita tentang bagaimana George Orwell melarat di Paris dan London. Segala sesuatu yang ditulisnya memiliki rasa pengalaman nyata yang diubah menjadi makna. Hampir semua karyanya terasa sangat otobiografi. Jadi jangan lewatkan untuk membaca karya-karyanya yang berikut:

1. 1984

Bagaimana jika berpikir independen saja bisa membuat kita disiksa bahkan dihukum mati? Bagaimana jika kita hidup dalam masyarakat di mana kita harus mengikuti manipulasi publik dan pemalsuan catatan sejarah oleh pemerintah? Inilah yang terjadi di 1984.

1984 merinci bagaimana sebuah negara totaliter bernama Oceania menjaga populasi masyarakatnya berada di bawah kendali total. Sang karakter utama Winston Smith adalah seorang karyawan di Kementerian Kebenaran, tugasnya mengubah catatan sejarah agar sesuai dengan apa yang dikatakan Partai. Namun, tidak seperti kebanyakan orang, Winston sadar akan manipulasi tersebut.

Novel 1984 ditulis pada 1949 artinya sudah 73 tahun perjalanannya dan masih belum kehilangan popularitasnya. Saya pikir mungkin karena George Orwell memberikan peringatan penting kepada seluruh dunia ketika kebebasan pikiran hilang dari dunia ini.

2. Animal Farm

Manor Farm adalah sebuah peternakan milik Mr.Jones yang kasar dan pemabuk. Hewan-hewan di situ terlalu banyak bekerja dan diperlakukan dengan buruk. Sampai akhirnya mereka bersatu untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan.

Animal Farm bukan hanya cerita sederhana tentang hewan-hewan ternak, ada level yang lebih dalam dari cerita ini. Pesan fundamental Animal Farm adalah bahwa kekuasaan absolut itu korup, meskipun didasarkan pada idealisme dan niat baik. Revolusi melawan tirani yang dilakukan oleh hewan-hewan Manor Farm pada akhirnya malah bergerak menuju totalitarianisme yang sama mengerikannya. Pengisahan cerita yang kuat dan pemikiran mendalam yang diberikan pada alur dan karakternya menjadikan buku ini klasik.

3. Down and Out in Paris and London

Down and Out in Paris and London adalah kisah tentang bulan-bulan yang George Orwell habiskan bersama orang-orang miskin, melarat, dan setengah kelaparan yang tinggal di dua ibu kota besar dunia yaitu Paris dan London. Buku ini adalah semi-otobiografi atau memoar fiksi yang terbit pertama kali di Inggris pada 9 Januari 1933.

Di halaman pertama George Orwell langsung membawa pembaca ke pinggiran kota Paris untuk melihat kesibukan sehari-hari di Rue du Coq d’Or. Di mana kamu akan berkenalan dengan Henri, pekerja selokan yang melankolis, Rougiers, pasangan tua yang compang-camping, dan Boris si tentara Rusia yang menjadi pelayan dan banyak karakter eksentrik melarat lainnya.  

Deskripsi George Orwell tentang kehidupannya yang melarat penuh dengan warna serta kenyataan yang gamblang. Ketika George tidak ke pegadaian untuk menggadaikan baju-baju lusuhnya, dia akan berjalan kaki berkilo-kilometer untuk mencari pekerjaan. Atau bagaimana dia bercerita menjadi tukang cuci piring dengan jam kerja yang tidak masuk akal. George memperlihatkan kemiskinan dengan prosa yang jernih, karena itu secara pribadi buku ini akan selalu menjadi salah satu favorit saya.

4. Keep The Aspidistra Flying

Gordon Comstock berasal dari keluarga yang miskin. Dia menerima pendidikan karena Julia sang kakak mengalah untuknya. Seseorang dalam keluarga Comstock harus memiliki pekerjaan yang bagus. Namun Gordon menolak gagasan untuk memiliki pekerjaan yang bagus. Meskipun dia seorang copywriter yang sedang naik daun di dunia periklanan London, Gordon melepaskan karirnya itu. Dia menghindari setiap kemewahan tetapi juga memendam kecemburuan terhadap mereka yang menikmatinya. Dengan putus asa dia berharap pada puisi-puisinya ketika kehidupan semakin memburuk dari hari ke hari.

Keep The Aspidistra Flying adalah buku yang akan membuat penasaran. Saat membacanya saya tak sabar ingin melihat apa yang akan terjadi dan apa yang dilakukan Gordon selanjutnya.