Fiksi distopia adalah genre fiksi ilmiah yang mengeksplorasi sisi gelap masyarakat di masa depan. Lahir dari imajinasi dan keresahan para penulis tentang masa depan juga untuk memperingatkan kita tentang bahaya. Tentunya kamu sudah membaca atau menonton The Hunger Games—salah satu novel distopia yang populer.
Dalam novel distopia kita sering disuguhkan cerita yang memacu adrenalin dengan karakter kuat yang berjuang melawan pemerintah yang otoriter, kondisi yang buruk, kontrol sosial yang menindas, atau tidak adanya kebebasan individu. Jika kamu mencari buku yang bagus untuk dibaca, kamu bisa lihat beberapa novel distopia terbaik dalam daftar saya. Ambil secangkir kopi atau teh, temukan tempat yang nyaman, dan bersiaplah untuk melarikan diri ke beberapa dunia distopia terbaik yang pernah dibuat. Selamat membaca 🙂
1984 – George Orwell

Sulit untuk membicarakan novel distopia tanpa 1984. Novel ini adalah salah satu novel distopia terbaik karena memberikan pandangan realistis tentang seperti apa masyarakat yang dikendalikan oleh pemerintah. Di mana orang-orang tidak diperbolehkan memiliki privasi apa pun dan terus-menerus diawasi. Pemerintah juga mengontrol media dan informasi yang boleh dilihat oleh masyarakat. Novel ini juga memopulerkan istilah seperti Big Brother dan Thought Police. George Orwell memperkenalkan pembaca pada frasa baru untuk membantunya menggambarkan anti-utopia di Oceania di mana cerita ini berpusat.

Fahrenheit 451 – Ray Bradbury
Buku ini bercerita tentang Guy Montag yang berprofesi sebagai pemadam kebakaran yang bertugas untuk membakar buku-buku. Guy mulai bertanya-tanya soal pekerjaannya setelah bertemu Clarisse McClellan yang bertanya padanya sebuah pertanyaan sederhana: “Apakah kamu bahagia?” Kesadaran muncul di benaknya: Dia tidak bahagia. Saat dia mulai membaca buku-buku yang seharusnya dia bakar, dia menyadari bahwa buku-buku itu mengandung ide dan pengetahuan penting yang harus dilestarikan, bukan dihancurkan. Bagi saya buku ini adalah salah satu buku terbaik distopia sepanjang masa.

Unwind – Neal Shusterman
Unwind adalah novel thriller distopia tentang tiga remaja dalam pelarian dari pemerintah yang percaya akan “unwinding,” atau panen tubuh, remaja berusia antara 13-18 tahun yang adalah pembuat onar, atau sebagai persepuluhan untuk bisa menjadi “unwound”. Dengan kata lain, tubuh mereka dapat diambil untuk donor organ guna memberikan kesempatan kepada orang lain untuk kualitas hidup yang lebih baik. Unwound berarti melanjutkan “hidup” melalui manusia lain.
Meskipun topiknya kontroversial, saya benar-benar menyukai novel ini. Karakter-karakter di dalamnya bertumbuh dalam pelarian. Ini novel yang menggelisahkan tetapi membuat kita berpikir mendalam tentang kejahatan perdagangan orang dan hak hidup seseorang.
The Hunger Games – Suzanne Collins

The Hunger Games adalah novel distopia yang ditulis oleh Suzanne Collins dengan setting dunia pasca-apokaliptik di mana umat manusia dipaksa untuk tinggal di serangkaian distrik yang dikenal sebagai Panem. Novel ini mengikuti kisah Katniss Everdeen, seorang gadis muda yang dipilih untuk bersaing di Hunger Games, sebuah acara televisi di mana dua anak dari setiap distrik diadu satu sama lain dalam pertarungan sampai mati demi penghargaan dan hiburan untuk kelas penguasa. Novel ini mengeksplorasi tema distopia, bertahan hidup, dan pengorbanan, dan protagonis wanitanya yang kuat.
The Road – Cormac Mccarthy

The Road adalah kisah perjalanan yang sangat menyentuh. Buku ini dengan berani membayangkan masa depan di mana tidak ada harapan yang tersisa. Mengisahkan perjalanan seorang ayah dan putranya melewati Amerika yang terbakar. Tujuan mereka adalah pantai, meskipun mereka tidak tahu apa yang menunggu mereka di sana. Dengan pakaian compang-camping, keduanya mendorong kereta belanja berisi beberapa barang yang mereka selamatkan di sepanjang jalan, melihat-lihat bangunan yang ditinggalkan, gudang, dan rumah yang kebetulan mereka lewati dengan harapan menemukan makanan atau tempat tidur berikutnya.
The Road menyoroti kesuraman situasi yang dihadapi oleh para karakter. Cormac McCarthy memungkinkan pembaca untuk lebih mudah mengambil tempat karakter karena tidak memberikan nama khusus karakter utamanya. Ini buku yang gelap, menggelisahkan jiwa saya, membuat saya bertanya: Apa yang akan saya lakukan dalam situasi yang sama?