8 Fakta Menarik Tentang George Orwell

Penulis novel laris 1984 Geroge Orwell pernah mengatakan bahwa sejak usianya lima atau enam tahun dia sudah bercita-cita menjadi penulis. Lahir sebagai anak tengah dengan jarak usia yang cukup jauh antara adik dan kakaknya, George seringkali kesepian dan mengembangkan kebiasaan mengarang cerita. Bakat Orwell dan kerja kerasnya menjadikannya sebagai salah satu penulis berpengaruh di dunia. Jika Anda pernah baca buku-bukunya berikut adalah 8 fakta menarik yang harus Anda ketahui tentang George Orwell.

1. George Orwell lahir di India pada 23 Juni 1903 dengan nama Eric Arthur Blair. Saat ia memulai karir menulisnya, dia menggunakan nama pena George Orwell. Nama Orwell sendiri terinspirasi dari nama lokasi favoritnya yaitu Sungai Orwell di Suffolk, Inggris.  

2. Sebelum mengecap kesuksesan, George Orwell sempat menjadi tukang cuci piring di Paris. Di London, dia bahkan pernah menjadi gelandangan. Namun ketika dia putus asa, di Paris dia masih bisa meminta makanan pada bibinya Nellie. Sementara di London dia masih bisa pulang ke rumah dan dipaksa mandi oleh keluarganya.

3. Kesuksesan Animal Farm, mulai membuat George Orwell dikenal sebagai penulis yang produktif. Namun, George sering mengeluh tentang orang-orang yang mengganggunya. Hal ini menyebabkan dia pindah ke pulau Jura di Skotlandia untuk dapat menulis 1984 tanpa gangguan.

4. Pada puncak Perang Dunia II, Inggris mengalami serangan udara yang intens. Rumah George Orwell di London tak luput dari sebuah bom Jerman pada 1944. Untungnya saat itu mereka sekeluarga sedang tidak ada di rumah. Ketika bisa pulang ke rumah, George mencari tulisannya di tengah-tengah puing-puing rumahnya yang hancur selama berjam-jam. Dia berhasil menyelamatkan Animal Farm.

5. Kecintaan George Orwell pada teh dan resepnya untuk mempersiapkan teh yang sempurna dia tuangkan dalam esai A Nice Cup of Tea. Merek teh favoritnya adalah Fortnum & Mason dan Tip Ty-phoo (menurut penulis otobiografi George Woodcock, dia akan mengirimkan Ty-phoo ke George Orwell dari Kanada).

6. Pada 1931, George Orwell pernah membuat dirinya ditangkap polisi dengan sengaja. Dia membuat dirinya mabuk supaya bisa merasakan bagaimana dipenjara. Hal ini akan membawanya lebih akrab kepada penjahat-penjahat kecil dan gelandangan yang bergaul dengannya.  Saat itu dia menyamar sebagai kuli ikan bernama Edward Burton. Setelah minum dan membuat keributan (tidak pasti apa yang sebenarnya dikatakan atau dilakukan), George ditangkap. Namun tidak seperti yang dia harapkan, dia dibebaskan setelah menghabiskan 48 jam dalam tahanan.

7. George Orwell meninggal karena tuberculosis di sebuah rumah sakit di London. George sempat mendapatkan obat antibiotik streptomisin tapi sayangnya dia mengalami reaksi alergi yang parah terhadap obat tersebut. Akhirnya George Orwell meninggal pada 21 Januari 1950 saat usianya masih 46 tahun.

8. Novel 1984 diterbitkan pada 8 Juni 1949 menjadi salah satu dari 100 buku terbaik dalam bahasa Inggris. Beberapa term seperti: Big Brother is watching you, dan thought crime dalam buku tersebut masih digunakan sampai sekarang. 7 bulan setelah karya terbaiknya ini diterbitkan, George Orwell menghembuskan napas terakhirnya. Berita kematiannya disiarkan oleh BBC keesokan paginya.

6 Tips Menulis dari Charles Dickens

Sejak kematiannya pada 9 Juni 1870, Charles Dickens sudah meninggalkan dunia ini selama 152 tahun akan tetapi karya-karyanya masih kita nikmati sampai saat ini. Bahkan novel-novelnya tidak berhenti untuk diadaptasi ke film. Tak diragukan lagi bahwa Charles Dickens adalah salah satu penulis terbesar dalam sejarah. Prestasi Dickens ini tak lepas dari kebiasaan menulisnya yang menarik. Apa sebenarnya rahasia sastra Dickens? Yuk, simak yang berikut:

1. Kepatuhan pada deadline

Putra sulung Dickens pernah berkata: “Tidak ada petugas kota yang lebih metodis atau tertib daripada dia; tidak ada tugas yang membosankan, monoton, dan konvensional yang dapat diselesaikan dengan lebih tepat waktu atau dengan keteraturan seperti bisnis, daripada yang dia berikan pada karya imajinasi dan fantasinya.”

Tuntutan deadline yang ketat membuat Charles Dickens dapat mengakomodasi kreatifitasnya bahkan di tengah tekanan pun dia bisa memenuhi jadwal publikasi novelnya.

2. Rutinitas yang mengesankan

Charles Dickens memperlakukan menulis seperti pekerjaan sehari-hari. Dia bangun jam 7 pagi, sarapan jam 8 pagi, dan mulai menulis pada jam 9 pagi. Dia akan bekerja tanpa jeda sampai jam 2 siang. Setelah itu dia akan makan siang dan memulai perjalanan tiga jam setiap hari di sekitar London.

Setelah berjalan-jalan, Dickens akan kembali ke rumah untuk makan malam pada pukul 6 sore, menghabiskan malam dengan bersantai bersama keluarga dan teman-temannya, dan tidur pada tengah malam. Dia tidak pernah memvariasikan jam kerjanya, bahkan ketika inspirasi gagal datang. Dia bisa menulis ribuan kata di pagi hari, atau terkadang tidak menulis sama sekali. Tapi rutinitasnya tidak berubah.

3. Memiliki space sendiri

Seperti yang disebut di poin sebelumnya, Charles Dickens memiliki waktu untuk berjalan-jalan setiap sore. Jalan-jalan ini merupakan bagian penting dari kesuksesannya sebagai penulis. Kegiatan ini tidak hanya memberinya ruang untuk merenungkan tulisannya tetapi juga merupakan kunci pengetahuannya yang tak tertandingi tentang kota. Jika Anda membaca novel-novelnya yang bersetting di London, Anda dapat merasakan bahwa dia sangat mengenali kota itu sampai ke sudut-sudutnya. Dia bergerak melintasi kota setiap hari, melihat aktivitas bermacam-macam orang, memperlengkapi ceritanya untuk mewakili London dengan cara yang paling otentik.

4. Membuat rencana terhadap tulisannya

Michael Slater penulis biografi Charles Dickens menggambarkan proses perencanaan Dickens dalam menulis:

Untuk setiap nomor [pada angsuran bulanan tulisannya] Dia menyiapkan selembar kertas kira-kira 7X9 inci dengan memutarnya ke samping, dengan sisi panjang horizontal lalu membaginya menjadi dua. Dia menggunakan sisi kiri kertas dan menyebutnya ‘Mems’ yang adalah memorandum untuk dirinya sendiri berisi peristiwa dan adegan yang mungkin ditampilkan dalam angsuran ceritanya. Lalu petunjuk narasi, frasa tertentu, pertanyaan apakah karakter ini dan itu harus muncul di episode ini. Atau tetap menunggu di sayap. Biasanya dia akan menjawab ‘Ya’ atau ‘Tidak’, atau ‘Belum.’

Di sisi kanan kertas Dickens biasanya menulis nomor dan judul dari tiga bab yang sudah dituliskannya sebagai bagian angsuran bulanan dan mencatat, baik sebelum atau sesudah menulisnya, nama karakter utama dan peristiwa yang ditampilkan di setiap bab, dengan kadang-kadang fragmen penting dari dialog.

Dickens selalu membuat garis besar kasar peristiwa, karakter, dan titik plot utama untuk memastikan bahwa perkembangan plot direncanakan secara luas, yang juga memungkinkan perubahan saat mendapatkan feedback dari pembacanya.

5. Menulis dengan penuh semangat

Adik ipar Charles Dickens menulis bahwa dia belum pernah melihat Dickens menulis dengan semangat seperti saat dia menulis A Christmas Carol. Hanya dalam enam minggu dia menulis cerita yang terkenal lebih dari seratus tahun ini. Dalam dua bulan debutnya, delapan perusahaan teater mengadaptasi dan memasang ceritanya di atas panggung. A Christmas Carol menjadi karyanya yang paling dikenang. Dia berusia 31 tahun saat itu.

6. Jangan menunggu

Charles Dickens dibesarkan dalam kemiskinan. Dia hanya memiliki dua tahun di sekolah formal, jadi dia mempelajari tata bahasa dan gaya penulisan sendiri. Pada usia dua belas tahun dipaksa bekerja di pabrik menempelkan label merek pada semir sepatu karena ayahnya dipenjara akibat tidak bisa membayar hutang. Setelah itu dia berganti-ganti karir dari petugas di firma hukum, stenografer di pengadilan, lalu ia menjadi reporter surat kabar.

Di waktu luangnya ia menulis cerita, artikel, sketsa, esai, editorial, ulasan teater, dan drama. Lambat laun ceritanya mulai diterbitkan di majalah bulanan. Kemudian penerbit yang menyukai ceritanya memberinya kesempatan untuk menulis novel pertamanya—dan sisanya seperti yang ada di sejarah.

Charles Dickens tidak menunggu. Dia mengajari diri sendiri, mengamati orang-orang dengan cermat: apa yang mereka kenakan, bagaimana mereka berbicara, bagaimana perasaan mereka dan mengapa.

Baca, baca, baca. Menulis, menulis, menulis. Jika Anda ingin menjadi penulis, mulailah dari sekarang.