Mata adalah jendela jiwa—sebuah frasa yang begitu terkenal. Sebagai penulis, kita pasti tidak akan melewatkan untuk mendeskripsikan mata para karakter kita. Ketika awal-awal menulis fiksi saya sering hanya mengandalkan warna mata untuk menciptakan kesan pada karakter, tetapi ternyata itu tidak cukup, kita harus membuat pembaca mengintip ke dalam jiwa karakter. Jadi bagaimana caranya untuk dapat mendeskripsikan mata dalam novel dan cerita kita tanpa terasa begitu klise? Berikut tipsnya:
1. Hindari hanya berfokus pada warna mata saja. Kita tahu menuliskan warna mata begitu mudah, tapi tambahkan fitur lain pada wajah karakter Anda untuk mengidentifikasinya. Misalnya: Mata cokelatnya melebar saat aku menyebut nama itu. Atau tambahkan deskripsi lain selain warna mata, misalnya: matanya bersinar seperti kilat perak ketika menatapku.
2. Mendeskripsikan mata sebagai sumber kontras. Karakteristik fisik setiap orang seringkali kontras. Orang yang kecil dengan telinga yang sangat besar. Perempuan berwajah bak malaikat tapi memiliki suara yang serak dan berat. Dan lain-lain. Dengan menunjukkan kekontrasan Anda bisa secara efektif memperlihatkan dimensi lain pada karakter Anda.
3. Deskripsikan mata untuk mendukung pengembangan cerita. Seringkali kita mendeskripsikan mata tanpa berpikir apa-apa, yang penting digambarkan saja, tanpa mempertimbangkan bagaimana itu akan relevan dengan cerita. Jika karakter Anda curiga, warna mata tidak relevan dengan tindakan dalam cerita. Lebih baik seperti ini: matanya menelisik, mencari-cari apa ada jejak kebohongan di mataku.
Gunakanlah deskripsi mata pada pengembangan karakter yang juga tentunya relevan dengan cerita. Jika Anda ingin menunjukkan kepada pembaca, tentang karakter atau niat karakter Anda, Anda dapat juga menggambarkannya lewat mata. Contoh: matanya kosong, sekosong jiwanya. Atau tatapannya yang tajam seolah mengoyak-ngoyakku.
4. Menggambarkan seluruh area mata. Apabila karakter Anda kurang tidur, Anda bisa mendeksripsikan area lain di sekitar matanya. Misalnya, kantong matanya atau bagian bawahnya yang menghitam, untuk menunjukkan kelelahan. Alis mata dan bulu mata juga sering dilibatkan untuk mendapatkan ekspresi dan kepribadian yang lebih kuat. Gerakan alis dapat menggambarkan permainan mata dan bagian penting dalam mengekspresikan emosi.
5. Gunakan mata untuk menggambarkan psikologi atau kondisi emosional karakter. Kembali lagi pada frasa, mata adalah jendela jiwa, apa yang kita alami secara emosional akan terlihat pada mata kita. Mata yang bengkak dapat menunjukkan karakter Anda habis menangis. Mata yang sering berkedip mungkin dia sedang gugup.
6. Mendeskripsikan detail fisik lainnya dari karakter Anda selain matanya. Karakter Anda mungkin memiliki mata cokelat tua polos. Tetapi dengan menambahkan fitur lain selain mata, Anda dapat menaikkan level deksripsi karakter Anda. Contohnya: Mata hijaunya melebar dan dia mengangkat telunjuknya mengingat sesuatu.
Saya senang sekali menggunakan deskripsi mata, dan seringkali itu jadi menantang karena tentu saya tidak boleh menggunakan deskripsi yang sama berkali-kali, itu akan membuat pembaca Anda bosan dan tulisan Anda menjadi kering. Enam poin di atas bisa membantu Anda sebagai panduan untuk bisa mengeksplor lebih lagi dalam menggambarkan mata. Selamat Menulis ya Writers 🙂