Tiga Sahabat Pena (Pen pal) yang Menginspirasi

Di tengah kemudahan komunikasi digital, menulis surat dengan tangan adalah kerepotan. Saya yang besar di era awal 90-an (duh tua ya ^^), sempat merasakan mempunyai pen pal. Sempat memilih kertas surat yang lucu-lucu, membuat amplop sendiri, menulis suratnya dengan tangan, menempel perangko dan mengirimkannya via pos. Menurut saya, tidak ada yang menggantikan sentuhan pribadi yang datang dengan surat tulisan tangan.

Di dunia di mana sangat mudah untuk mengirim e-mail, text singkat online, sangat berharga mengetahui seseorang memilih mematikan dunia virtual untuk menghabiskan waktu bersama Anda. Nah, berikut ini adalah tiga pen-pal dalam sejarah yang mungkin bisa menginspirasi kita untuk menulis surat tangan sesekali atau mungkin sekedar untuk nostalgia:

1.  Alfred Nobel dan Bertha von Kinski

Alfred Nobel

Alfred Nobel

Alfred Nobel jatuh cinta pada Sang Sekertaris, Bertha von Kinski, tapi malang bagi Nobel, cintanya bertepuk sebelah tangan. Bertha pulang ke negaranya dan kawin lari dengan kekasihnya. Namun, mereka adalah teman ngobrol dan debat yang sangat cocok dan saling menulis surat satu sama lain.

Karena Bertha, Nobel memiliki ketertarikan pada perdamaian dunia. Bagaimanapun juga, dia mengatakan kepada Bertha dalam suratnya, “Mungkin pabrikku akan lebih mempercepat perang daripada kongresmu; pada saat dua tentara akan mampu saling membinasakan satu sama lain dalam sedetik, semua bangsa-bangsa yang beradab akan mundur dengan ketakutan dan membubarkan tentaranya. Beritahu aku, yakinkan aku, dan aku akan melakukan sesuatu yang besar untuk gerakan ini.”

Bertha

Bertha von Kinski

Pada September 1895 Bertha membalas surat Nobel, “…bukan karena penulisnya, tapi untuk pekerjaan yang disayanginya: buanglah surat ini ke tempat sampah, tapi simpanlah isi surat ini dalam hatimu: di sini seorang wanita terlepas dari ketidakpedulian dan menghadapi idenya yang berlawanan, tekun dalam tugasnya, dan seorang wanita yang mempercayaiku.”

Dua bulan setelah menerima surat Bertha, pada November 1895, Nobel merevisi kembali wasiatnya. Bahwa pemasukannya yang terbesar akan digunakan untuk hadiah bagi pemenang nobel perdamaian dan empat lainnya untuk ilmu pengetahuan dan literatur. Bertha adalah inspirasi Nobel untuk memberikan hadiah nobel untuk perdamaian. Sebuah persahabatan antara penemu Swedia dan aktifis Austria yang mampu mengubahkan dunia.

Baca juga: Someone Like You…(Kisah Cinta Alfred Nobel)

2.  Kartini dan Estelle Zeehandelaar

Kartini memanggilnya Stella. Dia menjadi sahabat pena Kartini setelah Stella menjawab sebuah iklan kecil yang terbit pada majalah perempuan muda Belanda De Hollandsche Lelie, “Raden Ajeng Kartini, putri Bupati Jepara….ingin berkenalan dengan seorang ‘teman pena wanita’ untuk saling surat-menyurat. Yang dicari ialah seorang gadis dari Belanda yang umurnya sebaya dengan dia dan mempunyai banyak perhatian terhadap zaman modern serta perubahan-perubahan demokrasi yang sedang berkembang di seluruh Eropa.”

letter 1Stella, adalah pembela hak-hak perempuan, anak-anak, kaum miskin, binatang, dan rakyat jajahan. Surat pertama Kartini kepada Stella adalah pada tanggal 25 Mei 1899 sepanjang kurang lebih 30 paragraf, berikut sedikit kutipannya:

Ketahuilah, adat negeri kami melarang keras gadis-gadis keluar rumah. Pergi ke tempat lain kami tidak boleh. Dan satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di kota kecil kami, hanyalah sekolah rendah umum biasa untuk orang-orang Eropa. Pada umur 12 tahun aku harus tinggal di rumah. Aku harus masuk “kotak”, aku dikurung di dalam rumah, sama sekali terasing dari dunia luar. Aku tidak boleh kembali ke dunia itu selagi belum berada di sisi seorang suami, seorang laki-laki yang asing sama sekali, yang dipilih orang tua kami untuk mengawini kami, sesungguhnya tanpa sepengetahuan kami……Aku harus masuk ke dalam penjaraku. Empat tahun yang berlangsung sangat lama itu aku habiskan di antara empat dinding tebal, tanpa pernah melihat sesuatu pun dari dunia luar.

Kartini dan Stella seperti saudara sejiwa. Kepada Stellalah, Kartini bercerita tentang perasaan, duka, pengalamannya, dan mimpi-mimpinya.

Ketika Kartini meninggal, Stella menulis obituari di jurnal perempuan Belang en Recht: “Saat masih hidup, dia merancang sebuah rencana untuk menulis tentang bangsanya yang sangat ia cintai. Tapi, karena beberapa alasan, dia tak mampu mewujudkannya. Karena itulah saya melakukan tugas yang menyedihkan ini dengan menceritakan kepada Anda sekalian tentang sesuatu mengenai orang ini, yang dalam hidupnya yang singkat penuh gagasan dan rencana, tapi sayang penuh penderitaan.”

Baca juga: 20 Fakta Yang Harus Kita Ketahui Tentang Kartini

3. Ernest Hemingway dan Scott Fitzgerald

Kita tahu kalau Ernest Hemingway dan Scott Fitzgerald adalah dua penulis yang sangat berpengaruh di dunia. Terlepas dari pandangan politik dan dunia yang berbeda, mereka berdua bersahabat dan saling berkorespondensi selama bertahun-tahun dengan keterbukaan yang tidak biasa tentang keyakinan, perjuangan, tulisan dan karya-karya mereka.

Ernest Hemingway

Ernest Hemingway

Ketika baru saja merilis Tender Is the Night, Scott meminta pendapat Ernest soal karya terbarunya setelah kesuksesan The Great Gatsby dan Ernest pun dengan tanpa menahan diri mengkritik karyanya tapi atas dasar intelektual dan rasa sayangnya pada Scott.

Dear Scott:

Aku menyukainya dan tidak menyukainya. Dimulai dengan deskripsi yang luar biasa tentang Sara dan Gerald (terkutuklah Dos membawanya bersamanya sehingga aku tidak bisa merujuknya lagi. Jika aku melakukan kesalahan—) Lalu kamu mulai bermain-main dengan mereka, menjadikan mereka orang-orang yang tidak berasal dari asalnya, mengubah mereka menjadi orang lain. Kamu tidak bisa melakukan itu, Scott. Jika kamu mengambil orang nyata dan menulis tentang mereka, kamu tidak memberi mereka orang tua lain selain yang mereka miliki (mereka terbuat dari orang tua mereka dan apa yang terjadi pada mereka) Kamu tidak dapat membuat mereka melakukan apa yang tidak akan mereka lakukan…Penciptaan adalah hal yang terbaik tapi kamu tidak dapat menciptakan sesuatu yang sebenarnya tidak akan terjadi.

Scott F

Scott Fitzgerald

Saat hubungan Scott dan Istrinya Zelda bermasalah yang menyebabkan kekecewaan dan turunnya keratifitas dan spiritual Scott, Ernest memberikan semangatnya pada Scott:

Scott, penulis yang baik selalu kembali. Selalu. Kamu dua kali lebih baik sekarang dari kamu sebelumnya pada saat kamu berpikir kamu begitu luar biasa. Kamu tahu aku tidak pernah berpikir banyak tentang Gatsby saat itu. Kamu dapat menulis dua kali lebih baik dari yang kamu pernah tulis. Yang perlu kamu lakukan hanyalah menulis dengan sungguh-sungguh dan tidak mempedulikan tentang bagaimana nasibnya.

Teruskan dan tulislah.

Ngomong-ngomong aku sangat menyayangimu dan aku ingin sekali punya kesempatan untuk ngobrol-ngobrol.

[…]

Temanmu selalu

Ernest

Duh manis ya persahabatan itu 🙂 Sebuah tulisan di atas kertas menawarkan kedekatan yang tidak bisa diberikan oleh email atau chat-chat singkat. Mengapa? Karena saat kita menulisnya kita berbagi rahasia, impian, suka-duka, perasaan, bahkan ide-ide kita yang paling ajaib sekalipun. Nah, apakah Anda sendiri pernah punya sahabat pena?

2 thoughts on “Tiga Sahabat Pena (Pen pal) yang Menginspirasi

  1. mungkin bisa digalakkan lagi berkorespondensi dengan surat sebagai latihan menulis, ekspresi seni, dan tentunya the magic of words, terlebih lagi menulis dan membaca surat mungkin bisa disamakan dengan menulis dan membaca buku hehehehe. jadi komunikasi lewat surat sekarang lebih difokuskan pada berbagi ide dan inspirasi mengenai apa pun misalnya sastra. kalau hanya sekedar pesan singkat ya itu gunakan medsos aja hehehehe

    Liked by 1 person

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s