Di bagian ketiga, kita memasuki bagian sentuhan personal atau pribadi dari penulis. Untuk menulis memoar tentu saja bagian ini sangat penting. Karena itu ada lima langkah yang bisa Anda ikuti untuk memudahkan Anda memberikan sentuhan yang lebih personal dalam tulisan Anda.
SENTUHAN PERSONAL
11. Narasi.
Ini adalah cerita Anda, atau seseorang yang Anda tulis, sehingga pembaca juga harus bisa mengalaminya dari perspektif, perasaan dan observasi Anda sehingga pembaca dapat melihat bagaimana adegan-adegan tertentu mempengaruhi Anda dan kemudian terhubung dengan peristiwa tersebut.
Contoh dari Rainbow in My Childhood—Ellen Conny:
Hari-hari selanjutnya semakin berat. Aku tak sanggup lagi melewati hari minggu lain tanpa menonton Doraemon. Siapa sih Doraemon itu? Seperti apa rupanya? Aku sungguh terobsesi ingin melihatnya. Tapi tak berani bertanya lebih banyak pada teman-teman karena rasa malu yang tak tertahankan akibat tidak memiliki sebuah TV berwarna. Hal itu semakin menjadi-jadi saat tetanggaku membeli TV berwarna satu per satu. Hanya aku seorang dirilah yang harus puas dengan TV hitam putih, dengan acara-acara yang kalah modern. Semakin hari aku semakin sedih karena aku tahu mengapa ayahku tidak membelikan kami sebuah TV berwarna—dia benar-benar tidak punya uang.
12. Jadilah kreatif.
Menulis memoar bukan berarti hanya menyajikan fakta-fakta, tapi Anda juga harus menggambarkan adegan-adegan. Jadi dibutuhkan kreatifitas, bagaimana menggambarkan kembali adegan-adegan dalam hidup Anda menjadi mengesankan, menarik tentu tanpa kehilangan nilai kejujurannya. Anda tidak sedang menulis diari, jadi Anda harus paham bahwa ada pembaca yang harus hadir dalam cerita Anda.
Contoh dari The Other Side of Me—Sidney Sheldon:
Aku tinggal bersama keluargaku di apartemen tiga lantai di Rogers Park. Pembawa acara hebat Mike Todd berkata bahwa ia sering bangkrut tetapi tidak pernah merasa miskin. Bagaimanapun, aku selalu merasa miskin karena kami tinggal dalam gilasan kemiskinan yang membuat kami tak punya martabat: di musim dingin yang membeku, kami harus mematikan radiator untuk menghemat uang, dan kami terbiasa mematikan lampu saat tidak digunakan. Kami tetap memakai kecap sampai tetes terakhirnya dari botolnya dan menggunakan pasta gigi sampai olesan terakhir. Tetapi aku akan kabur dari itu semua.
13. Menjadi humoris.
Seringkali Anda tidak perlu menambahkan lelucon untuk membuat cerita Anda lucu. Misalnya dalam masa-masa kecil atau remaja, tidak mungkin kita tidak punya kisah satu pun yang lucu dan agak memalukan. Tapi tentu saja jika Anda bisa menyisipkan lelucon atau humor, itu bisa menjadi daya tarik sendiri. Bukan berarti kisah non fiksi harus selalu berat.
Contoh dari Nenek Hebat dari Saga—Yoshichi Shimada:
Ketika Yoshichi menyukai seorang gadis yang selalu mentraktirnya makan udon—Yoshinaga-san. Yoshinaga-san tidak terang-terangan mentraktir Yoshichi, dia berpura-pura sudah kenyang atau salah pesan, karena dia tahu Yoshichi tidak punya uang. Maka Yoshichi ingin membalas kebaikan Yoshinaga-san dengan memberinya sesuatu tapi tidak punya uang, akhirnya dia mendapat ide mencuri jeruk di sebuah rumah besar.
Setiap kali aku membawakan jeruk untuk Yoshinaga-san, setiap kali pula aku merasakan jarak di antara kami kian menipis. Teman-teman gerombolan pencuri jerukku pun mulai mengancam, “Pokoknya kalau berhasil, kau berutang pada kami seumur hidup. Sampai mati, kau tidak boleh lupa.”
Selama empat-lima hari pun aku terus-menerus mencuri jeruk.
Akan tetapi, di suatu sore, ketika sedang berpikir untuk kembali mencuri, aku melewati dinding rumah besar itu. Lalu dari baliknya, aku mendengar tawa yang familer.
“Wah, Vicky, hentikan. Ibu, coba datang ke sini sebentar!”
Ketika mengintip dari balik dinding, aku melihat gadis yang sedang bermain-main dengan anjing putih kecil dan berteriak ke dalam untuk memanggil ibunya. Gadis itu tidak lain dan tak bukan adalah Yoshinaga-san.
Pemandangan itu begitu indah bagaikan selembar lukisan, tapi juga membawaku pada kenyataan bahwa kisah tentang cinta pertama berakhir sudah. Aku telah mencuri jeruk milik Yoshinaga-san lalu membawa jeruk-jeruk itu kembali untuknya.
Kira-kira Yoshinaga-san tahu, tidak ya?. Ah, tidak, meskipun dia tidak tahu, aku sudah terlalu malu untuk dapat bertatap muka dengannya lagi.
14. Jujurlah.
Pertama kali saya menuliskan Rainbow in My Childhood, buku itu sebenarnya adalah untuk hadiah ulang tahun ayah saya. Saya tidak berpikir untuk menjadi konsumsi publik, tapi saat itu ayah saya ada di ICU, sahabat saya mencetaknya untuk membantu pengobatan ayah yang mahal sekali, akhirnya saya membiarkan buku itu diterbitkan secara independen. Ayah saya meninggal tahun lalu, beberapa minggu setelah buku itu dicetak. Buku itu adalah harta karun yang tak ternilai, kenangan tentang ayah semasa saya kecil. Sebuah hadiah yang tak pernah sempat ayah saya baca, tapi tulisan itu menolong saya melalui rasa pahit dan kehilangan saya.
Hal pertama yang kita lakukan sebagai penulis memoar kisah Anda sendiri atau orang yang Anda sayangi adalah menjadi jujur dengan segala konsekuensinya. Apakah pembaca akan menerima dengan baik atau sebaliknya. Tapi yang paling penting adalah niat yang baik dan tetaplah jujur, jika Anda harus mendramatisasi beberapa hal, Anda bisa menginformasikannya kepada pembaca di catatan penulis.
15. Menjadi diri sendiri.
Sebagai seorang manusia, kita seringkali berbagi rasa takut, pemikiran kita, aspirasi, dan bahkan prasangka kepada orang lain—setidaknya sampai batas-batas tertentu. Menjadi jujur tentang hal itu dapat membuat pembaca Anda lebih dekat, mereka juga dapat lebih empati terhadap pengalaman Anda. Namun, ini tidak berarti Anda harus mengungkapkan setiap detail pribadi. Dan juga tidak menulis apa pun yang akan menyinggung kelompok tertentu, kecacatan, misalnya. Menjadi diri sendiri tapi juga bijaksana terhadap tulisan kita.
Salah satu kalimat pembuka favorit saya dalam buku nonfiksi adalah Istanbul kenangan sebuah kota—Orhan Pamuk
Sejak usia yang masih sangat muda, aku curiga di duniaku terdapat lebih banyak hal ketimbang yang dapat kulihat: di suatu tempat di jalan-jalan Istanbul, dalam sebuah rumah yang mirip dengan rumah kami, hiduplah Orhan lain yang sangat menyerupaiku sehingga dia bisa dianggap sebagai kembaranku, bahkan duplikatku. Aku tidak bisa mengingat dari mana aku mendapatkan gagasan ini atau bagaimana gagasan tersebut masuk ke benak. Pastilah itu muncul dari sebuah jalinan gunjingan, kesalahpahaman, ilusi dan ketakutan. Namun, dalam salah satu kenanganku yang paling awal, jelas tergambar bagaimana aku bisa merasakan diri khayaliku yang lain itu.
Saya selalu mengatakan kepada mahasiswa-mahasiswa saya: Jika kamu mau menulis, maka kamu harus mau membaca. Sangat penting bagi penulis untuk selalu membaca.
Ada beberapa buku-buku nonfiksi favorit saya yang mungkin dapat juga Anda baca: Istanbul (Orhan Pamuk), The Other Side of Me (Sydney Sheldon), buku-buku tulisan Walter Isaacson juga cukup bagus, dia sangat detail dalam riset ketika menulis memoar para tokoh. Jadi Selamat Menulis, Writers 🙂
Di bagian ke empat saya akan membagikan tahapan editing sehingga langkah-langkahnya menjadi benar-benar lengkap.
Baca juga: Life is a Journey. Langkah Demi Langkah Menulis Memoar (Part 1), (Part 2), Contoh memoar TV Berwarna Sangat Hebat.