Pada postingan bagian pertama, kita telah belajar bahwa untuk membuat cerita yang baik dibutuhkan lima bahan penting, setelah mengetahui bahwa bahan pertama orientasi dan bahan kedua krisis, maka sekarang kita beralih pada bahan ketiga sampai kelima berikut ini:
Bahan #3 : Ekskalasi
Ada dua jenis karakter di setiap cerita, yaitu: tipe kerikil dan tipe perekat.
Jika Anda mengambil kerikil dan melemparkannya ke dinding, kerikil itu akan terpental tidak berubah. Tapi jika Anda melempar perekat ke dinding dengan cukup keras, perekat itu akan menempel dan berubah bentuk.
Selalu dalam sebuah cerita, karakter utama Anda harus menjadi orang yang merekat. Ketika Anda melemparkannya ke dalam krisis, dia akan berubah, dan akan mengambil langkah apa pun yang dia bisa untuk mencoba dan menyelesaikan perjuangannya, untuk kembali ke bentuk aslinya (kehidupan sebelum krisis). Tapi dia akan gagal. Karena dia akan menjadi orang berbeda di akhir cerita. Jika tidak, pembaca tidak akan puas.
Sementara orang-orang kerikil akan tetap sama. Mereka seperti potongan yang ditetapkan. Mereka muncul di atas panggung dalam cerita, tapi tidak berubah dengan cara yang esensial saat cerita berlanjut. Mereka sama pada akhir seperti pada awal cerita.
Yang jadi pertanyaan sekarang adalah dinding jenis apa yang akan menjadi media pelemparan dari karakter utama kita?
Biasanya dua peristiwa krisis terjalin untuk membentuk cerita yang diharapkan oleh pembaca yaitu: sebuah perjuangan eksternal yang perlu diatasi, dan perjuangan internal yang perlu dipecahkan. Seiring perkembangan cerita Anda, konsekuensi dari tidak menyelesaikan dua perjuangan itu perlu menjadi lebih dan lebih intim, pribadi dan menghancurkan. Jika Anda melakukan ini, maka saat taruhan diajukan, dua perjuangan akan mendorong maju dan memperdalam keterlibatan dan minat pembaca.
Biasanya jika pembaca mengatakan dia bosan atau bahwa “tidak ada yang terjadi dalam cerita ini,” itu bisa berarti bahwa dia tidak melihat protagonis mengambil langkah logis dan alami untuk mencoba dan menyelesaikannya. Yaitu: perjuangan. Selama tahap eskalasi cerita Anda, biarkan karakter Anda mengambil langkah untuk mencoba dan menyelesaikan dua krisis (internal dan eksternal) dan kembali ke keadaan semula, sebelum dunianya terbalik.
Bahan #4: Penemuan
Pada klimaks cerita Anda, sang protagonis akan membuat sebuah penemuan yang mengubah hidupnya. Biasanya, penemuan ini akan dilakukan melalui kecerdasan (karena karakternya secara cerdik mengumpulkan petunjuk dari awal cerita) atau keliatan (karena karakter tersebut menunjukkan ketekunan atau keuletan yang luar biasa) untuk mengatasi kejadian krisis (atau memenuhi panggilan) yang telah diberikan kepadanya.
Penemuan internal dan resolusi eksternal membantu membentuk kembali kehidupan dan keadaan karakter Anda selamanya. Penemuan protagonis harus datang dari pilihan yang dia buat, bukan hanya secara kebetulan atau dari seseorang yang selalu memberi jawaban bijaksana. Sementara mentor mungkin membimbing karakter menuju penemuan diri, keputusan dan keberanian yang menentukan hasil ceritanya harus datang dari protagonis Anda.
Pembaca ingin meramalkan bagaimana ceritanya akan berakhir (atau bagaimana akhirnya), namun ia juga ingin salah. Jadi, resolusi ceritanya akan sangat memuaskan bila diakhiri dengan cara yang tak terelakkan dan tak terduga.
Bahan #5: Perubahan
Pikirkan seekor ulat memasuki kepompong. Begitu dia melakukannya, satu dari dua hal akan terjadi: Dia akan berubah menjadi kupu-kupu, atau dia akan mati. Tapi apa pun yang terjadi, dia tidak akan pernah keluar dari kepompong sebagai ulat. Begitu juga dengan protagonis Anda.
Saat Anda membingkai cerita Anda dan mengembangkan karakter Anda, Anda harus tahu bahwa karakter Anda akan berubah menjadi seseorang yang lebih dewasa, penuh wawasan atau damai, atau akan terjun ke dalam kematian atau keputusasaan. Tentu tergantung dengan genre dan cerita yang ingin Anda bangun. Cerita horor seringkali akan berakhir dengan semacam kematian (fisik, psikologis, emosional atau spiritual). Namun harus diingat, kebanyakan cerita diakhiri dengan protagonis yang mengalami kehidupan baru – entah itu pembaharuan fisik, pemahaman psikologis, penyembuhan emosional atau kebangkitan spiritual.
Perubahan ini menandai resolusi krisis dan puncak ceritanya.
Sebagai hasil dari menghadapi perjuangan dan membuat penemuan baru ini, karakter akan beralih ke normal yang baru. Tindakan atau sikap karakter pada akhir cerita menunjukkan kepada kita bagaimana dia berubah dari awal cerita. Pembaca akan mengerti bahwa sebuah cerita baru sekarang sedang berlangsung.
Jika Anda membuat potret kehidupan protagonis sedemikian rupa sehingga pembaca bisa membayangkan dunianya dan juga peduli dengan apa yang terjadi padanya, pembaca akan tertarik ke dalam cerita. Jika Anda hadir dengan krisis atau panggilan emosional, mereka akan ketagihan. Jika Anda meningkatkan taruhannya saat karakter berjuang untuk mengatasi krisis ini, Anda akan menarik kita lebih dalam lagi. Dan jika Anda mengakhiri ceritanya dengan cara yang mengejutkan namun logis yang mengungkapkan transformasi kehidupan karakter utama, pembaca akan merasa puas dan sangat ingin membaca cerita Anda selanjutnya 🙂 .
Seperti dalam membuat kue, jika bahan-bahannya bersatu padu maka kuenya terasa enak, begitu juga dengan menulis. Semoga membantu Anda. Selamat Menulis.