Konflik merupakan jembatan penting antara plot dan karakter. Setiap novel, tidak peduli genre apa pun harus mempunyai konflik. Banyak novel yang mempunyai lebih dari satu konflik. Anda dapat membangun lapisan konflik untuk membuat plot yang lebih menarik dan karakter yang lebih dinamis.
Internal vs Eksternal
Konflik dapat dibedakan menjadi dua secara garis besar yaitu: eksternal dan internal. Konflik eksternal sangatlah mudah dikenali. Misalnya seorang anak yang berdebat dengan ayahnya, atau perkelahian antar dua geng adalah contoh konflik eksternal. Konflik-konflik eksternal adalah komponen kuat dalam fiksi-fiksi bergenre, fantasi, petualangan, misteri, crime, dan beberapa fiksi sejarah.
Sedangkan konflik internal adalah tentang isu-isu di dalam diri karakter-karakter. Berupa pikiran, emosi, perasaan, atau hubungan interpersonal yang saling bertentangan.
Berikut adalah lima jenis konflik utama:
Manusia vs Manusia
Ketika menyebut kata ‘konflik’ biasanya kebanyakan orang langsung berpikir konflik manusia antar manusia lain, atau karakter yang bertentangan dengan karakter lain. Hal ini mungkin sama dramatisnya dengan sebuah pertempuran, atau konflik yang lebih ringan seperti sebuah persaingan antara sesama saudara.
Manusia vs Dirinya Sendiri
Sementara manusia vs manusia adalah konflik eksternal, manusia vs dirinya sendiri bersifat internal. Keragu-raguan diri, sakit, dan mengatasi tantangan dan rintangan pribadi adalah contoh dari jenis konflik ini.
Manusia vs Masyarakat
Manusia vs masyarakat yang bersifat eksternal apabila karakter tersebut bertindak melawan ketidakadilan. Atau bisa juga bersifat internal, jika karakter dipengaruhi oleh pemisahan masyarakat, atau aspek- aspek lain yang telah diinternalisasi.
Manusia vs Alam
Biasanya konflik ini adalah favorit dari cerita-cerita petualangan penuh aksi. Binatang jahat, cuaca buruk, dinginnya badai salju, gempa bumi adalah contoh manusia vs alam.
Manusia vs Tuhan (Dewa)
Konflik ini bisa berupa konflik eksternal, seperti dalam sebuah mitologi Yunani di mana seorang karakter bertemu dengan Dewa dan saling berinteraksi. Atau, bisa jadi berupa perjuangan internal, seperti seorang karakter mengalami krisis iman atau kepercayaan kepada Tuhan.
Keberhasilan memadukan konflik ekternal dan internal dengan baik, bagi saya adalah suatu kehausan yang amat haus ketika menulis curhat.
LikeLiked by 1 person
Setuju banget! Untuk membuat pembaca relate dengan karakter-karakter kita, ‘mereka’ memang lebih baik tidak hanya memiliki konflik eksternal saja tapi juga sesuatu yang ‘mereka’ hadapi dari dalam diri mereka. 🙂 Thank you atas komennya @mudjirapontur
LikeLiked by 1 person
dari konflik internal perkenalan tokoh bisa dilakukan.
Sama sama. Thanks atas artikel menariknya.
LikeLiked by 1 person
Sampai saat ini belum mahir bikin novel. Ataupun cerpen fiksi gitu, sebab belum bisa nyelipin konflik dalam cerita ny.. Tfs
LikeLiked by 1 person
Nulis novel atau fiksi lainnya memang nggak gampang kok Ajo, tapi tetap semangat ya 🙂 Semoga postingan-postingan di sini bisa membantu perjalanan menulis Ajo.
LikeLike