4 Novel Wajib Baca Sebelum Menulis Fiksi Sejarah

Menulis novel atau cerpen fiksi sejarah tentu membutuhkan inspirasi sebagai acuan riset dan untuk memicu imajinasi. Nah, sebelum menulis cerita fiksi sejarah Anda, ada baiknya membaca 4 buku berikut ini:

1. Burung-Burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya

burung burung manyar

“Tanah air ada di sana, di mana ada cinta dan kedekatan hati, di mana tidak ada manusia menginjak manusia lain.” ―Y.B Mangunwijaya, Burung-Burung Manyar.

Bagaimana rasanya membaca sebuah novel yang tokoh utamanya berperang melawan bangsanya sendiri? Tentu kita akan marah, bukan? Tapi tidak jika Anda membaca Burung-Burung Manyar. Setadewa (Teto) Sang tokoh utama adalah tentara KNIL (Belanda) sampai pada perang kemerdekaan. Bagi Teto, Indonesia tidak siap untuk merdeka. Tanah kelahirannya tidak layak merdeka karena itu semata-mata hanya pemberian Jepang. Semua pejuang tanah air tak lebih dari kolaborator Jepang.

Buku ini memperlihatkan kita bagaimana rasanya berada di sisi sejarah yang salah. Gaya penuturan protagonis yang sinis. Dalam novel ini dunia tidak hitam dan putih. Meski kisah cintanya boleh saya bilang gagal, tapi buku ini cerdas. Dan bagi Anda yang ingin menulis fiksi sejarah, Anda wajib membaca buku ini.

2. Tetralogi Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer

Bumi Manusia“Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan” ― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia.

Semuanya bermula dari sebuah kisah cinta antara Minke dan Annelies. Tragedi kisah cinta mereka berdua membuat Minke melawan ketidakadilan. Bumi Manusia adalah buku yang sarat dengan pengetahuan sejarah, keadaan masa kolonialisme Belanda, tapi buku ini juga sangat personal. Sebuah tragedi yang membawa seseorang terus berjuang dalam pergerakan nasionalisme, menabrak aturan feodalisme, juga pencarian jati diri.

3. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma karya Idrus

dari ave mariaIdrus tahu benar bagaimana rasanya menjadi orang Indonesia dalam masa penjajahan Jepang. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma adalah kumpulan cerpen tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Tentang propaganda dan kekejaman Jepang. Bagaimana Indonesia, negeri yang muda menghadapi perjuangan kemerdekaan.

Gaya tulisan Idrus yang blak-blakkan, kasar, jenaka, pahit dan penuh kontroversi membuat Idrus jadi incaran Jepang. Meskipun sarkastik, Anda akan menemukan keindahan dalam nuansa romantisme, juga kelucuan di antara adegan-adegan yang sesungguhnya pahit dan getir. Jika Anda menulis fiksi sejarah dengan latar belakang kependudukan Jepang, maka Anda tidak boleh melewatkan “Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma”

4. Max Havelaar karya Multatuli (Eduard Douwes Dekker)

Max Havelaar“Karena kita bergembira bukan karena memotong padi; kita bergembira karena memotong padi yang kita tanam sendiri.” ― Multatuli, Max Havelaar: Or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company.

Max adalah tokoh Belanda yang terusik dengan penderitaan rakyat Indonesia. Buku yang bersetting di abad ke-19 ini  menceritakan tentang sistem tanam paksa beserta perspektif tentang masyarakat Indonesia dengan gaya bahasa yang brutal, jujur, satir sehingga saat buku ini terbit, begitu menggemparkan.

Saking menggemparkannya, buku karangan Multatuli atau Eduard Douwes Dekker ini mendorong Pemerintah Belanda membuat Politik Balas Budi atau Politik Etis. Buku ini jugalah mempopulerkan istilah ‘Zamrud Khatulistiwa’. Jadi buku ini dapat menjadi salah satu pilihan untuk Anda.

Para penulis fiksi sejarah pasti tahu bagaimana riset adalah dasar penting dalam penulisan. Karena itu, selamat membaca dan menulis bagi penulis fiksi sejarah di mana pun juga 🙂

6 thoughts on “4 Novel Wajib Baca Sebelum Menulis Fiksi Sejarah

    • Sebenarnya bukan anak sejarah 🙂 tapi emang suka sejarah dan makin cinta sejarah waktu nulis City of Heroes. Saya dan teman saya Sylvia banyak wawancara veteran, salah satunya Alm Hario Kecik. Bu Irma Devita cucu Alm. Sroedji pahlawan Jember, juga Pak Anhar Gonggong sejarawan yang banyak membantu penulisan kami, jadi makin cinta dan bangga banget dengan sejarah perjuangan Indonesia. Thank you daunwoka, semoga banyak orang yang suka sejarah lagi ya kayak kita hehe 🙂

      Liked by 1 person

  1. Terima kasih banyak 🙂 Semangat juga buat semua guru sejarah di Indonesia. Mengutip kata Pak Anhar Gonggong, “Jika seorang tidak belajar sejarah, dia tidak akan mengenal dirinya.”

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s