5 Elemen Penting Dalam Penulisan Fiksi

Lima elemen penting di bawah ini harus ada dalam penulisan fiksi Anda. Anda dapat fokus dalam satu elemen tentu saja tapi alangkah baiknya jika ke lima elemen tersebut dapat dimasukkan secara seimbang.

Berikut adalah lima elemen yang membangun cerita fiksi:

  1. Aksi (Adegan) adalah semua yang karakter lakukan.
  2. Dialog adalah semua yang karakter katakan.
  3. Deskripsi adalah semua yang karakter lihat, dengar, sentuh, rasakan, dan cium.
  4. Monolog dalam batin adalah semua yang karakter pikirkan.
  5. Narasi adalah semua yang narator informasikan yang ingin pembaca ketahui.

Setiap penulis biasanya cenderung fokus pada ke lima elemen dengan cara yang berbeda. Ernest Hemingway misalnya lebih condong kepada adegan, dialog dan deskripsi, jarang menuliskan monolog dalam batin. Sementara Charles Dickens menulis narasi dan monolog dalam batin lebih banyak.

1. Aksi (Adegan)

clapper 1Contoh:

Orion memekik kencang mengatasi suara-suara yang berkobar penuh amarah. Dia berlari masuk ke gedung hotel, menelusuri lorong demi lorong. Dia yakin melihat Seno masuk ke sini. Kegelapan yang mendadak membuatnya pusing. Dia berhenti sebentar dengan napas terengah-engah, kemudian berusaha mengumpulkan semua akal sehatnya, menepuk-nepuk pipinya berkali-kali berharap dia terbangun dari mimpi tapi itu tidak terjadi. Dia mengendap-endap dengan lutut gemetar, takut kalau-kalau salah satu pintu kamar mendadak terbuka dan memuntahkan peluru. (Sumber: City of Heroes)

Perhatikan kata kerja yang mendasarkan aksi atau adegan dalam contoh di atas: memekik, menelusuri, menepuk-nepuk, mengendap-endap.

2. Dialog

dialog 1Contoh:

“Rion, minggir!”

Apa sih yang Mama pikirkan?!

Kamu menyimpan sampah. Rongsokan seperti ini tidak boleh ditumpuk di rumah!”

“Ini bukan sampah! Mana koleksi kartu posku? Mama bakar juga? Itu lengkap dari zaman Belanda!” Orion mengaduk-aduk barang-barang yang sudah hangus sebagian itu dengan kalut.

Auw..auw…auw…” tangannya kepanasan saat memegangi sebuah topeng kayu.

Lihat. Ini topeng Gajah Mada yang dibuat ratusan tahun yang lalu. Mama tidak mengerti artinya benda bersejarah.”

Pokoknya kalau kamu masih terus menumpuk rongsokan itu dengan berantakan, Mama akan bakar semua atau jual ke tukang loak.”

Sudah ribuan kali aku katakan, ini bukan barang rongsokan. Ini benda bersejarah!”

Ada apa sih ini? Rion, kenapa berteriak pada mamamu?” seorang pria muncul menyela pertengkaran mereka.

“Jangan ikut campur! Bapak orang luar!”

Pria setengah baya itu terperangah. Ekspresi wajahnya yang teduh berubah menjadi sangat terluka.

Orion!” Ibunya meledak, “Jangan berkata seperti itu pada papamu!”

Dia bukan papaku. Dan takkan pernah jadi papaku!” Orion membanting pintu kamarnya.

(Sumber: City of Heroes)

Dalam dialog, pastikan untuk meletakkan dialog tag, seperti: ‘kata Ibunya’, Ibunya meledak, ‘Orion membanting pintu kamarnya’. Itu akan membuat pembaca mengerti siapa yang sedang berbicara, apa yang mereka lakukan atau rasakan.

3. Deskripsi

Contoh:

Dia mengedarkan pandangannya pada deretan bendera yang dikibarkan dengan tongkat bambu di gedung-gedung tua, kereta kuda, becak-becak yang lalu lalang. Kemudian pedagang kaki lima yang berjualan sabut kelapa dan batu-batu – Sabut kelapa? Mengapa mereka berjualan sabut kelapa? Tiba-tiba sebuah mobil klasik yang melintas menarik perhatiannya. Anak-anak kecil menghentikan mobil itu dan menempelkan poster merah putih bertuliskan Milik Repoeblik Indonesia” di kaca jendelanya.

(Sumber: City of Heroes)

4. Monolog Dalam Batin

monolog 1Contoh:

Seperti arus yang mengalir di dalam pembuluh darah seseorang? Apakah itu yang dirasakan ayahnya? Tapi ke manakah Sang Pahlawan ketika putranya sendiri sangat membutuhkan kehadirannya? Batin Orion pedih.

(Sumber: City of Heroes)

Monolog dalam batin adalah akses ke dalam pikiran karakter. Apa yang karakter pikirkan dan rasakan ditulis dengan transparan. Namun, jangan terlalu banyak menggunakan monolog dalam batin karena tulisan Anda akan terdengar seperti diari. Juga akan membuat tulisan Anda terlalu banyak ‘telling’ dibandingkan ‘showing’.

5. Narasi (Eksposisi)

Contoh:

Orion berlari jatuh bangun dengan pikiran yang berputar-putar, sambil terus mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ini mungkin hanya mimpi, halusinasi atau semacam itu. Namun pekikan merdeka yang bercampur dengan makian berbahasa Belanda membuat kepalanya hampir meledak, sungguh terasa nyata. Peluru melesat, beterbangan memburu mangsa, disambut dengan jeritan panik dan kekacauan.

(Sumber: City of Heroes)

Narasi adalah ketika narator mengambil alih cerita, biasanya dalam bentuk sebuah kesimpulan atau informasi yang penting. Seperti voice over dalam sebuah film. Narasi sangat dibutuhkan dalam cerita, tapi bagaimana pun juga terlalu banyak narasi akan menjadikan tulisan Anda menjadi ‘telling’ dan membosankan pembaca.

Apa pun elemen yang lebih Anda sukai dalam menulis cerita fiksi, pastikan menggunakannnya dengan seimbang tapi tentunya tidak menghilangkan ciri khas tulisan Anda 🙂

Selamat Menulis!

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s