Fiksi sejarah adalah genre untuk sebuah cerita yang berlangsung di masa lalu (setidaknya tiga puluh sampai lima puluh tahun sebelum penulisnya menulis). Karakter dan kejadian dalam cerita ini mungkin benar-benar khayalan atau imajinasi akan tetapi dunia dalam cerita ini didasarkan dan diharuskan sedekat mungkin pada realitas waktu dan tempat historis tertentu. Misalnya, jika Anda menulis sebuah novel sejarah yang berlangsung di Surabaya selama tahun 1945, Anda dapat:
- Menemukan sebuah cerita tentang Bung Tomo yang pada waktu itu ikut dalam perjuangan pertempuran Surabaya.
- Menciptakan sebuah cerita tentang peristiwa historis yang nyata, misalnya, Perang Dunia II.
Anda dapat menciptakan karakter fiksi contohnya, seorang keturunan Belanda Indo bernama Anka yang mencintai pemuda Bumiputera, pegawai ayahnya berlatar Jakarta tahun 1945, tapi di dalam cerita Anda jangan sampai ada fakta yang melawan fakta yang terjadi, misalnya seperti: Jepang tidak jadi kalah perang dengan Sekutu, dan Indonesia terus dijajah Jepang. Karena itu tidak terjadi. Tapi itu bisa terjadi jika Anda menulis genre lain yaitu speculative fiction (fiksi spekulatif), yang mempunyai seperangkat aturannya sendiri.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua fiksi yang terjadi di masa lalu adalah fiksi sejarah. Misalnya, Sherlock Holmes. Sherlock Holmes terjadi di masa lalu pada era Victoria tapi Sir Arthur Conan Doyle juga menulisnya pada masa yang sama. Jadi Sherlock Holmes tidak termasuk historical fiction.
Jika Anda benar-benar tertarik menulis genre ini, berikut adalah Cara Efektif Menulis Fiksi Sejarah:
1. Membaca banyak buku fiksi sejarah. Semakin banyak yang Anda baca, semakin baik Anda mengetahui cara kerja genre ini.
2. Memilih periode waktu dan tempat yang tepat untuk cerita Anda.
3. Ingatlah bahwa jangka waktu dan tempat yang Anda pilih akan membentuk karakter cerita Anda. Anda tidak sedang menulis tentang remaja gaul yang tiap hari posting di media sosial dengan gaya pakaian tahun 1945. Orang-orang dalam periode waktu yang berbeda memiliki sikap dan pengetahuan yang berbeda.
4. Pada saat bersamaan, ingatlah bahwa karakter Anda adalah individu. Lebih dari sekedar momen bersejarah di mana dia tinggal. Setiap orang juga memiliki cerita pribadi, kebiasaan, kekurangan, kelebihan, kekhawatiran, rahasia, dll.
5. Jangan menjejalkan informasi. Anda sedang menulis sebuah novel atau cerita, bukan ensiklopedia. Setelah Anda melakukan riset, biasanya Anda akan tergoda untuk menggunakan semuanya. Tahan godaan tersebut. Gunakan detail-detail yang secara alami memang harus ada atau masuk ke dalam cerita. Dan ingatlah untuk menggunakan show, bukan hanya tell, gunakan kapan kedua teknik tersebut lebih efektif. Di akhir cerita, pembaca Anda seharusnya tidak merasa seolah-olah dia membaca sejarah masa pertempuran Surabaya tapi mereka seharusnya merasa seperti mengunjungi atau masuk ke dalam masa itu.
Kak, semisal di cerita ada nama tempat/negara yang dibuat-buat (namanya tidak asli) tapi di scene-scene selanjutnya si tokoh berpindah ke negara lain, negara ini disebutkan namanya (misal Spanyol, Italia) dengan menyebutkan identitas dan kondisi nyata negaranya dan peristiwa yg pernah terjadi (contoh, inkuisisi)
Apa ini bisa disebut fiksi sejarah? Atau itu masuk ke genre fantasy dengan sub genre sejarah alternatif? Saya sangat berharap Kakak bersedia membalas. Terima kasih, Kak. (^.^)
LikeLiked by 1 person
Hai Car,
Terima kasih untuk pertanyaannya. Kalau ini disebut sejarah alternatif karena ada yang berubah dari fakta sejarah. Sejarah alternatif memiliki titik awal yang sama dengan fiksi sejarah, tetapi premisnya didasarkan pada pertanyaan bagaimana jika peristiwa yang kita ketahui telah terjadi, terjadi dengan cara yang sama sekali berbeda.
Semoga membantu ya 🙂
LikeLike