4 Cara Menciptakan Heroine (karakter utama perempuan) dalam Fiksi Sejarah.

Bagaimana rasanya menjadi perempuan yang hidup di masa lalu?

Sejarah seringkali didominasi lelaki. Para pria menjadi jenderal dan pahlawan di medan perang. Mereka melakukan hal-hal spektakuler seperti menembak musuh, menerobos pertahanan dengan peledak atau menyelamatkan gadis yang dicintainya dari penyanderaan musuh.

Bagaimana dengan wanita? Mereka digambarkan sebagai kekasih Sang Pahlawan atau istri prajurit: cantik, lembut, dicintai, melambaikan sapu tangan mereka dengan berurai air mata ketika melepaskan orang yang mereka cintai berangkat ke medan perang. Atau para perawat dengan seragam putih yang manis, yang merawat Sang Hero ketika terluka dan membuatnya jatuh cinta. Mereka para perempuan yang lahir di masa lalu, di masa yang penuh keterbatasan, apalagi yang dapat mereka lakukan?

Gadis-gadis di Medan Pertempuran

Indonesian Army women march during the rPak Hario, salah seorang pemimpin PTKR dalam perang Surabaya bercerita bahwa rasa nasionalismenya justru tumbuh setelah bertemu dengan Lily, yang akhirnya menjadi istrinya. Lily, gadis cantik yang cerdas, aktif dalam kepanduan Surya Wirawan sejak usia remaja. Hario muda saat itu bahkan harus membaca banyak buku sebelum memberanikan diri untuk PDKT pada Lily ke rumahnya. Mereka menikah di zaman pergerakan kemerdekaan.

Ketika perang pecah, Lily yang sedang hamil saat itu ikut membantu menjaga gudang senjata, belajar menembak, dan turut mendampingi suaminya dalam perang gerilya. Dia juga mengajar baca tulis pada anak-anak dan para wanita desa lainnya di kantong-kantong gerilya tempat mereka bergerak.

Kisah lainnya yang menginspirasi kami adalah Sulistina Tomo, istri Bung Tomo yang menjadi perawat di masa perang kemerdekaan ketika dia masih gadis remaja. Para perawat, seperti yang ditulis dalam bukunya, “Bung Tomo, Suamiku,” juga diajarkan bongkar pasang senjata karena mereka bukan hanya bertugas di rumah sakit, melainkan harus berangkat ke garis depan, di bawah hujan mortir dan peluru demi menyelamatkan para pemuda yang terluka. Dalam perang 10 November, salah seorang gadis palang merah yang baru berusia 16 tahun, teman Sulistina sendiri, gugur di medan perang.

Jika ada begitu banyak para perempuan hebat yang dengan rela mengorbankan jiwa dan raga mereka demi kemerdekaan Indonesia, tolong jangan permalukan mereka dengan menciptakan para karakter perempuan yang hanya bisa berdiri di sisi sejarah, tidak melakukan apa pun selain menangisi sang kekasih yang berangkat ke medan perang. Heroine dalam fiksi sejarah haruslah eksepsional. Mereka mungkin dibatasi oleh adat istiadat pada masa itu, tetapi mereka adalah para gadis yang pemberani dan tangguh.

Lalu, bagaimana cara membangun karakter Heroine khusus pada genre fiksi sejarah? Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut:

1. Lakukan riset mendetail tentang perbedaan peran dan hak antara pria dan wanita pada masa itu. Bolehkah perempuan bersekolah? Umur berapa mereka menikah? Apa yang biasanya mereka kerjakan dalam kehidupan sehari-hari?

woman history 12. Ciptakan Heroine yang tetap relevan pada zaman itu, sekalipun berpikiran maju. Anda tidak mungkin menulis cerita tentang perempuan Jawa yang menjadi pilot pada tahun 1920 bukan? Heroine Anda haruslah masuk akal.

3. Eksplorasilah perasaan mereka. Pemikiran saja tidak cukup, wanita adalah mahkluk perasa. Bayangkan bagaimana perasaan seorang gadis yang ingin bersekolah, tetapi dilarang oleh ayahnya dengan alasan dia perempuan? Atau bagaimana perasaan gadis yang menyaksikan seluruh keluarganya tewas di tangan penjajah? Perasaan bukanlah kelemahan, bila diimbangi kecerdasan, perasaan bisa menjadi kekuatan.

4. Temukan suara (voice) yang sesuai. Bagaimana cara dia berbicara? Apakah dia sinis? Apakah dia penuh humor? Apakah dia memiliki banyak kosakata intelektual? Atau dia tipe yang introvert? Gaya bercerita Heroine Anda akan sesuai dengan latar belakang dan karakter yang dimilikinya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s