7 Cara Membuat Opening Lines (Kalimat Pembuka) Novel yang Memikat

Tantangan untuk menyelesaikan novel sudah dimulai pada saat menuliskan kalimat pembuka. Sebuah kalimat pembuka yang bagus akan memberikan petunjuk mengenai tema cerita dan tone (sikap, kecenderungan gaya) dari cerita tersebut. Mengapa penulis harus bisa membuat kalimat pembuka yang langsung menarik perhatian pembaca? Karena seorang penulis harus menarik pembacanya melalui kalimat tersebut ke sebuah dunia yang dia bangun sehingga mereka tidak dapat keluar sampai dia menyelesaikan novel Anda. Coba perhatikan kalimat pembuka dari beberapa novel di bawah ini:

The Woods karya Harlan Coben: Aku melihat ayahku membawa sekop itu. air mata mengalir di wajahnya. Isak tangisnya tertahan, keluar dari mulutnya dengan berat dan parau. Ia mengangkat sekop itu tinggi-tinggi, lalu menghujamkannya ke tanah. Mata sekop itu merobek tanah seakan-akan tanah itu adalah daging segar.

Relentless karya Dean Koontz: Ini adalah suatu hal yang aku pelajari: bahkan dengan sepucuk pistol di kepalaku, aku bisa tetap tertawa terbahak-bahak. Aku tidak yakin apakah ini adalah kapasitas keriangan ekstrem dalam diriku. Kalian pun harus memutuskannya untuk diri kalian sendiri.

Kedua penulis di atas menuliskan sebuah kalimat pembuka penuh misteri, mempunyai faktor ketakutan. Sehingga Anda langsung bisa menyimpulkan bahwa kedua novel di atas pastilah novel bergenre misteri, crime, thriller. Kedua penulis di atas selain mampu menarik pembaca untuk masuk ke dalam cerita, mereka juga langsung mengatur bahwa cerita tersebut mempunyai tone misteri, kejahatan dan ketegangan. Nah sekarang bagaimana caranya agar Anda juga dapat membuat kalimat pembuka novel Anda yang menarik pembaca? Berikut ini adalah cara-cara yang dapat diadaptasi ke dalam kalimat pembuka Anda:

1. Dimulai pada momen penting

important sceneKetika kalimat pembuka berada dalam situasi yang tidak biasa atau momen yang penting maka pembaca akan bertanya-tanya apa yang terjadi. Bagaimana kelanjutan cerita Anda. Jadi memulai dengan momen yang penting atau situasi yang tidak biasa dapat Anda pilih sebagai di awal kalimat.

Contoh: Malam saat Jake Djones tahu bahwa orangtuanya hilang di suatu masa dalam sejarah, tercatat sebagai malam dengan badai terdahsyat. (The History Keepers, Damian Dibben)

2. Menambahkan karakter yang menarik

Jika di novel Anda terdapat karakter yang benar-benar unik, sangat menarik, atau mungkin aneh dalam arti mampu menarik perhatian, Anda dapat menggunakan satu situasi tentang mereka dalam kalimat pembuka novel Anda. Bagaimana pun juga seseorang dengan karakter yang menarik di dunia nyata selalu mampu mempesona kita atau menjadi bahan pembicaraan dan gosip, bukan? 😉

Contoh: Kami memanggilnya sang Profesor. Dan, dia memanggil anak lelakiku Root—akar, karena, sang Profesor berkata, puncak kepala anakku yang datar mengingatkannya pada simbol akar kuadrat. (The House Keeper & The Professor, Yōko Ogawa)

3. Konflik

conflictSalah satu cara membuat kalimat pembuka yang sangat baik adalah dengan memberikan konflik. Konflik adalah detak jantung setiap cerita. Tanpa konflik, cerita akan menjadi statis, tidak bergerak dan tanpa tujuan.

Contoh: Keputusanku untuk menjadi pengacara semakin kuat ketika kusadari ayahku membenci profesi hukum. (The Rain Maker, John Grisham)

4. Sentuhan emosi

Para pembaca tentu ingin tersentuh oleh cerita Anda. Mereka membayangkan diri mereka sendiri berada di situasi yang Anda ciptakan di novel Anda, jadi berikan mereka kesempatan untuk merasakan emosi karakter Anda, sehingga mereka akan terus membaca novel Anda.

Contoh: Apa kau akan mati kalau tiba di sini sebelum tengah hari? Aku duduk di sini, di tengah-tengah serpihan hidupku seperti yang kau tahu, dan kau…kalau aku memang mengenalmu, kau pasti baru saja bagun. (Attachments, Rainbow Rowell)

5. Faktor ketakutan

Dalam cerita misteri atau suspense, faktor ketakutan dapat menjadi pilihan yang tepat untuk memulai kalimat.

Contoh: Tyler mencarikanku pekerjaan sebagai pelayan, kemudian Tyler menodongkan sepucuk pistol ke dalam mulutku dan berkata, langkah pertama menuju kehidupan abadi adalah kau harus mati. (Fight Club, Chuck Palahniuk)

6. Kejutan atau teka-teki

teka-tekiSebuah pembukaan yang mengejutkan atau penuh teka-teki dapat membuat pembaca berhenti sejenak, berpikir, dan bertanya-tanya tentang cerita tersebut. Ini merupakan cara dramatis untuk mendorong sebuah cerita memanggil-manggil untuk dibaca.

Contoh: Ditelan seekor buaya raksasa sudah cukup buruk bagiku. (The Son of Sobek, Rick Riordan)

 

7. Memukau

Kalimat pembuka yang manis memang sanggup menarik emosi pembaca sehingga terhanyut dalam setting novel. Kalimat seperti ini akan langsung menetapkan bahwa sepanjang sisa novelnya, penulis akan terus menggunakan gaya bahasa seperti itu.

Contoh: DUHAI Sang Raja, yang duduk di atas takhta kejayaan, yang dimandikan oleh kemerlip cahaya lelampu warna-warni dan wewangi asap dupa-dupa. (Dewi Khayalan, Kahlil Gibran)

Tujuh cara di atas adalah tentang menjaga pembaca Anda tertarik. Tujuh cara di atas dapat menjadi pilihan Anda untuk menemukan kalimat pembuka yang tepat bagi novel Anda. Penulis yang hebat dapat menenun cerita sehingga para pembaca akan terus membaca sampai larut malam dan itulah keajaiban dalam hubungan antara pembaca dan penulis.

7 Cara Membuat Opening Lines (Kalimat Pembuka) Novel yang Memikat

119 thoughts on “7 Cara Membuat Opening Lines (Kalimat Pembuka) Novel yang Memikat

  1. Pada suatu malam yang dingin,disaat burung hantu berbunyi disepanjang tepi sungai,seorang anak muda duduk disebuah kursi tua ditemani cahaya lilin.
    Kalimat pembuka ini boleh ngk???? 🙂 🙂

    Liked by 1 person

    • Hai Sam, boleh aja sih, tapi pertanyaannya apakah opening lines di atas berhasil atau tidak?
      Coba kita breakdown ya:

      1. Jika Sam mau menulis cerita misteri, pembuka tersebut kurang berhasil, mengapa? Ada burung hantu (memberi kesan seram) tapi, kemudian ada sebuah kursi tua ditemani cahaya lilin (cahaya lilin memberi kesan romantis) Kalimat pembuka seharusnya dapat memberitahu pembaca genre tulisan kita.

      2. Pada suatu malam yang dingin, adalah kalimat yang terlalu luas. Tidak menunjukkan kesan langsung dan waktu yang penting.

      Mungkin Sam bisa memasukkan unsur-unsur di postingan di atas ke dalam kalimat pembukanya. Terima kasih sudah berkunjung 🙂

      Liked by 1 person

      • Namanya Nayna kirani . Dia seorang desaigner yang cantik dan anggun . Gadis itu berambut panjang, berwajah oval, juga bermata bulat. Tapi, yang membuat orang tertarik tidak hanya terhadap kecantikkannya, tetapi juga sikapnya yang sopan dan baik.

        Setelah lelah seharian bekerja nayna pun ingin segera pulang ,merebah kan tubuh di kasur nya yg nyaman .

        Hiiiikkssss,,,,…. hikksssss
        Terdengar suara tangisan nayna pun membuka pintu rumah nya mendapati meycha kakak perempuan nya sedang menangis tersedu .

        “Kakak kau disini?????,,, apa yang terjadi kenapa kau menangis???tanya nayna bingung .

        “Hikssss,, nikhil pergi,, dia meninggal kan ku ,,,hiksss..”

        “Mungkin dia hanya marah sebentar ,,
        Tenanglah nanti juga dia pasti akan kembali ,lagipula kenapa kau meninggal kan rumah???ucap nayna sambil memeluk meycha

        “Dia tidak akan kembali bodoh dia berselingkuh , dia lebih memilih perempuan itu dari pada anak dan istrinya ….”

        “Ya tuhan,, sudah kak tenangkan dirimu , istirahat lah ini sudah larut.
        Oh iya ,, dimana alika ,????

        Alika adalah anak meycha dan nikhil yang berusia 4 tahun nayna sangat menyayangi alika seperti anak nya sendiri ,sejak kedua orang tua nayna meninggal nayna lah yang selalu membantu meycha setelah lahiran mengurus alika .

        “Dia tidur di kamarmu ” jawab meycha masih seseguk an

        Nayna langsung pergi ke kamarnya melihat keponakan nya yang lucu itu tertidur pulas nayna tersenyum kecut sambil mengusap rambut keponakan kesayangan nya itu .

        ***

        Ke esokan hari nya

        Bibiiii……..”

        Teriakan nyaring Alika membangun kan nayna yang sedang tidur dengan nyenyak.

        “Eeemmm.. ”
        Nayna menggeliat sambil menoleh ke sumber suara .
        “Heyy,, gadis kecil ku kau sudah bangun???

        “Iya bibiii ,, bibi ika laparrr !!!!

        “Baiklah ayo bantu bibi membuat sarapan ..,tunggu bibi cuci muka dulu ya,”

        “Okay,,, “jawab alika sambil mengacung kan jempol .

        Setelah selesai mencuci wajah dan menggosok gigi nayna langsung menuju dapur .

        “Ikaa sayang mau sarapan apa???

        “Ee,,.ikaa mau sandwich dengan isian telur dan keju bi”

        “Okee….”

        “Sarapan sudah siap,ika sayang cepat panggil ibumu kita sarapan bersama..”

        “Siap bi”

        Pagi ini meycha terlihat kacau wajah yang sembab karna banyak menangis, dan lingkar hitam di bawah mata karna kurang tidur.
        Nayna yang melihat nya menatap prihatin , dari dulu nayna tahu bahwa nikhil suka bermain perempuan karna pernah sekali nayna hampir di lecehkan oleh kakak iparnya itu tapi dengan berani nayna mengancam sehingga nikhil pun sedikit takut .tapi di sisi lain kakak iparnya itu seorang pekerja keras dia sangat bertanggung jawab dengan anak dan istrinya ,hanya saja meycha terlalu banyak menutut hingga membuat nikhil kacau dan berbuat ulah.

        “Nay???”
        Panggilan meycha membuyarkan lamunan nayna .

        “Ya…!!”

        “Bisa kau carikan aku pekerjaan , aku butuh uang untuk mengurus alika dan kebutuhan ku..”

        “Bekerjalah di butik ku,,, anak buahku akan mengajari mu.” Ucap nayna sambil mengunyah makanan nya.

        “Tidak mau , penghasilan nya tidak akan cukup untuk kami…”

        “Huuuffftttt ,,, “nayna menghela nafas panjang.
        “Kak , apa kau benar benar akan bercerai dengan suami mu , maksudku , apa tidak bisa di selesai kan secara baik baik ,kasihan alika kak dia masih sangat kecil ,alika masih sangat membutuh kan kalian.

        “Tidak. Aku tidak akan mau kembali lagi pada si brengsek itu dia meninggal kan ku bersama dengan hutang hutang nya , rumah kami telah di sita oleh bank itu kan ulahnya ,dan sekarang aku tidak punya apa apa lagi , aku benar benar hancur ,,…”

        ” tidak kak jangan bicara seperti itu , masih ada aku dan alika , setidaknya alika penyemangat hidup mu sekarang”

        Meycha diam saja , hanya menatap kosong dan segera memakan sarapan nya .

        MAAF KAKA KALAU KEPANJANGAN BISA TOLONG KOREKSI LETAK KESALAHAN NYA DIMANA YA KAK SOALNYA DI SURUH PERBAIKI . MAKLUM MASIH PEMULA
        TERIMAKASIH

        Liked by 1 person

      • Hai Afifah, terima kasih atas pertanyaannya,
        Ada beberapa masukan untuk cerita ini:

        1. Mengenai tanda baca jangan sampai lupa, seperti tanda kutip masih ada yang lupa. Nama orang jangan lupa pakai huruf besar.

        2. Untuk transisi cerita sudah alami dan smooth. Karena ini menonjolkan dramatisasi saya sangat menyarankan untuk memilih kata-kata yang lebih kuat. Jangan hanya tangisan, coba cari kata lain selain tangisan untuk mendeskripsikan rasa sakit luar biasa. Misalnya kata-kata seperti : kalut, terguncang, mimpi buruk, dunia berhenti berputar dan sebagainya.

        Ini saran perbaikannya:

        Nayna baru saja merebahkan tubuhnya di tempat tidur saat mendengar suara tangisan yang begitu dikenalnya. Dia bangkit menuju pintu depan. Di situ Meycha berdiri dengan air mata yang basah. Meycha tak pernah lelah menangis untuk satu alasan. Dia selalu punya kekuatan untuk itu, Entah sampai kapan.
        “Kak….masuklah,” Nayna menuntun Meycha masuk dan mendudukkannya di sofa. Lalu menghilang ke dapur mengambilkannya segelas air. Nayna menyerahkan air itu. Meycha mengusap air matanya dan meneguk segelas air itu tanpa bersisa.
        “Maafkan aku mengagetkanmu,” kata Meycha dengan sisa kekuatannya.
        “Nikhil lagi?” tanya Nayna, Nayna adalah adik Meycha, dia seorang desainer yang sedang naik daun di industri itu. Matanya bulat berwarna hitam. Nayna selalu punya energi tapi untuk urusan Nikhil entahlah apa dia masih punya itu.
        Meycha mengangguk, “Dia meninggalkanku,” katanya pahit.
        “Mungkin dia hanya marah sebentar.”
        “Tidak Nay, dia bilang padaku dia lebih memilih perempuan itu daripada harus kembali padaku,” lalu tangisnya kembali pecah, “Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan pada Alika?” katanya kalut. Ada rasa takut dalam suaranya. Nikhil cinta pertamanya, Mereka menikah muda dan bagi Meycha Nikhil dan Alika adalah dunianya. Tapi dunia itu sekarang berhenti berputar dan dia tak tahu bagaimana harus menghadapi mimpi buruk ini.
        Nayna mengusap bahu Meycha. “Sudah larut, nanti Alika bangun. Istirahatlah. Kau tidak bisa memutuskan apa pun saat ini.”
        Sejak rumah tangga Meycha goncang, Alika lebih sering tinggal di rumah Nayna. Kasihan jika gadis kecil itu harus menyaksikan pertengkaran orang tuanya terus-terusan.
        Meycha tak membantah. Dia beranjak menuju kamarnya.

        dst….

        Semoga membantu ya 🙂

        Like

    • Mohon pendapat tentang opening yang saya buat ini ya, Kak.
      Hujan sudah reda beberapa menit yang lalu. Mentari yang berpayung jingga menyelimuti langit senja. Angin berhembus lembut, menyibakan sisa-sisa hujan di pepucuk dedaunan. Senja yang tadi temaram, mulai tampak sumringah berhias lembayung.

      Liked by 2 people

      • Hai Nina, terima kasih untuk pertanyaannya, untuk opening Nina mungkin sesuai dengan poin 7 ya, memukau. Openingnya sanggup menarik pembaca untuk merasakan dan membayangkan senja yang Nina bangun di setting novel. Sebenarnya opening ini tergantung dengan cerita dan adegan yang ingin Nina tulis setelahnya. Yang saya tangkap bisa jadi ini adalah cerita romantis atau drama atau sastra. Menurut saya openingnya sudah ok, kalau pun ada yang ditambahkan mungkin lebih ke detail spesifik saja misalnya tambahkan satu kalimat tentang protagonis atau kondisi yang khusus sehingga bisa langsung memperkenalkan cerita Nina kepada pembaca. Semoga membantu ya. Terima kasih. Keep writing 🙂

        Liked by 1 person

  2. menurut saya lilin juga bukan kesan romantis tapi juga kesan seram. karana cahaya lilin redup, sesuatu yg redup dpt menimbulkan kesan seram. karna lilin juga merupakan simbol ritual ritual setan.

    Liked by 1 person

  3. Saya sudah menulis satu buku kisah nyata. Judulnya: “NAPI 973 HARI”. Terbit tahun 2010 lalu setelah dimuat bersambung di Harian Surya Surabaya dan harian Warta Kota Jakarta. Saat ini, saya ingin menulis ulang dalam versi novel non fiksi.

    Artikel “7 Cara Membuat Opening Lines (Kalimat Pembuka) Novel yang Memikat” ini sangat inpiratif. Terimakasih, sekali lagi terimakasih.

    Liked by 1 person

  4. Mbak, kalau pembukaan seperti ini salahnya dimana yaa?
    Sempat terlintas dibenaknya, “haruskah aku memanggil peralatanku dan menahan cahaya matahari agar lebih redup?”. Hidup di kota sederhana yang menyimpan misteri temuan teknologi memang tidak mudah. Ketika semua serba otomatis, haruskah kita menggunakan kaki untuk berjalan? atau tangan untuk makan?

    Like

    • Hai Satria, kalau saran saya untuk kata peralatan mungkin bisa langsung diberi nama saja alatnya. Nanti penjelasan alatnya bisa di line-line selanjutnya. Biasanya untuk novel-novel fantasi, penulis langsung menyebut nama, frase, atau julukan baru, kita para pembaca akan tahu kalau terus membaca. Bisa di trim lagi kalimatnya, seperti menghapus kata ‘hidup’ misalnya, jadi langsung ke: Kota ini…. Kalimat pembuka akan lebih baik jika langsung. Semoga bisa membantu 🙂 Terima kasih untuk pertanyaannya.

      Like

  5. saya masih dalam tahap membuat sebuah cerita , judulnya “HARAPAN & PERASAAN YANG TAK PERNAH HILANG”. Cerita ini saya ambil dari kisah pribadiku sendiri
    kalimat pembuka “sejujurnya hati kecil ini ingin pulang, ingin kembali tapi tak tahu pulangnya kemana, kembalinya kepada siapa. Entahlah..mungkin sekujur tubuh ini telah diracuni rasa kecewa?
    “tetapi terkadang kita harus sedikit mundur, agar bisa melompat lebih jauh”

    Liked by 1 person

    • Pembukaan yang ringan sih bisa pakai unsur poin kedua: Menambahkan karakter yang menarik (karakter bisa lucu, agak aneh, dsb yang membuat pembukaan kita ringan), atau unsur ketiga: Konflik, juga cocok, konflik kan tidak harus berat, bisa aja adegan salah sangka yang ringan atau kocak. Semoga membantu. Terima kasih sudah berkunjung 🙂

      Like

  6. ” meskipun tidak ada isyarat untuk menunggu , tapi entah mengapa diri ini masih tetap bertahan untuknya. Namun seiring waktu berjalan, orang asing itu datang berusaha membuatku tersenyum disaat aku merindukan dia ” … gimana mba ? kalo pembukaannya kaya begitu bisa atau kurang atau terlalu mainstream atau malah alay wkwk ?? ..
    terimakasih sebelumnya 🙂

    Liked by 1 person

    • Hai Navin, opening yang cocok untuk genre romance. Nggak Alay kok 😉 Tapi mungkin kata-katanya harus diubah sedikit jadi lebih kuat (strong). Misalnya: Tidak pernah ada isyarat untuk menunggu. Tapi aku menunggu juga. Bertahan untuknya seperti orang bodoh! (atau kamu bisa masukkan analogi bertahan sbb: Bertahan untuknya. Seperti pohon kering di musim dingin yang menantikan cahaya matahari musim semi yang panjang. 🙂 Analogi bisa jadi pilihan yang bagus apalagi untuk romance dan analoginya nggak harus yang indah-indah, tergantung gaya tulisan Navin juga. Semoga membantu. Terima kasih sudah visit!

      Like

  7. Kak, aku lagi nulis cerita, kalimat pembukanya seperti ini. “Pukul sembilan malam, hujan turun sangat deras. Sesekali kilat menerangi sebuah rumah di tengah hamparan sawah. Tampak seorang pria berdiri membelakangi rumah dengan tatapan penuh amarah. Seorang wanita tua dengan rambut disanggul seadanya serta pakaiannya yang lusuh bersimpuh di hadapan pria yang kini basah tertimpa hujan. Sekuat tenaga ia memegang tangan kanan pria tersebut seakan tak membiarkan menjauh darinya. Namun, pria di hadapannya sudah tenggelam dalam amarah dan tak lagi menghiraukan wanita yang telah membesarkannya dua puluh lima tahun silam. Pria itu melepaskan tangan Ibunya dan berjalan meninggalkan rumah yang sudah ia tempati selama ini. Langkahnya semakin mantap tatkala jemari tangan seorang wanita menggengam erat tangannya….” menurut kkak gimana?

    Liked by 1 person

    • Hai Rain, terima kasih untuk pertanyaannya ya. Kalau saya lihat sih di kalimat pembuka di atas ada unsur konflik. Itu sudah bagus membuka novel dengan konflik, tapi deskripsinya terlalu panjang dan general.

      Kalimat Hujan turun sangat deras itu sangat general. Tidak ada perasaan di sana. Kalau kita ganti menjadi: “Jangan pergi!”. Wanita tua itu tersungkur di tanah yang basah. Dia menarik tangan pria muda itu. Terisak. Tapi air matanya segera hilang bersama hujan yang menderas. Sejak dulu dia membenci hujan. Suaminya juga pergi saat hujan. Dan sekarang cahaya satu-satunya yang tinggal juga pergi mengabaikan jeritan rasa sakitnya.
      Dengan segenap kekuatannya, dia menengadah. Langit gelap kejam itu menertawakannya. Suara hujan yang mendesing. Dingin, menampar wajahnya tanpa ampun. Langit itu seharusnya biru. Dan warna emas matahari seharusnya ada di sana, menghangatkannya. Tapi mataharinya sudah pergi. Dan dia tahu, matahari itu tidak akan pernah kembali.

      Tidak masalah jika kita menuliskan deskripsi fisik karakter kita, tapi jika deskripsi fisiknya tidak urgent dan menolong kalimat pembuka maka yang harus jadi prioritas adalah perasaan. Di dalam deskripsi tulisan kita harus terkandung perasaan. Supaya pembaca dapat merasakan apa yang karakter kita rasakan dan dapat bersimpati terhadap mereka. Semoga membantu ya Rain, selamat menulis 🙂

      Liked by 1 person

    • Kak saya baru buat opening nih,siapa tau ada saran atau koreksi dari KK.

      Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam, sesekali kilat menerangi taman.Nada masih berdiri membelakangi kursi taman, kesedihan Dimata nya tak bisa dibendung lagi membuat air mata mengalir di pipinya.Secara perlahan rintikan air hujan juga turun ke bumi seolah merasakan apa yang Nada rasakan.
      Yansah yang baru saja datang langsung mendekap Nada dalam pelukannya.Perlahan air mata nya ikut mengalir,ia memeluk Nada semakin dalam.Disisi lain Fera menghampiri Nada dan Yansah dengan penuh kekesalan.Tangan nya tanpa ragu menarik lengan Yansah lalu menampar tanpa pikir panjang.plakk,”Kamu tau yan? Di antara kalian berdua,aku lah yang tersakiti! Kamu bertindak seolah kamu bersalah pada Nada.Tanpa kamu sadari aku lah yang kamu sakiti,aku yang harusnya kini dipelukan mu!”,ucap Fera. Nada menghela nafas panjang,hatinya semakin teriris,tak seharusnya kamu semua ini terjadi diantara mereka.

      Liked by 1 person

      • Hai Amanda,

        Untuk opening line ini saya melihat adegannya sedih, terluka dan marah. Karena itu lebih baik kalimat ini : sesekali kilat menerangi taman tidak ada. Karena kilat biasanya menunjukkan ketegangan, suasana yang mencekam atau bahaya dan urgensi. Tetapi hujan sangat baik untuk analogi perasaan muram dan sedih.

        Berikut saran perbaikannya:

        Nada menengadah ke langit. Warna biru lembut langit mulai menggelap menjadi abu-abu. Nada mengerjapkan matanya. Dia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh tetapi akhirnya jatuh juga bersamaan dengan rintik hujan yang dalam sekejap saja membasahi taman itu.

        Nada bahkan tidak memiliki kekuatan untuk beranjak. Atau dia hanya ingin menangis di bawah hujan agar air matanya tersembunyi. Dan kepedihan hatinya mengalir bersama air hujan yang pergi ke bawah bumi.

        Tapi Yansah mengerti hatinya. Pria itu mendekapnya dan tanpa disadarinya dia terisak pedih. Namun seseorang menarik Yansah kuat. Nada terhenyak.
        Itu Fera. Matanya membara dan tanpa aba-aba dia menampar Yansah. Fera menjengit kesakitan. Tamparan itu mungkin bukan apa-apa untuk Yansah tetapi luka, rasa malu, dan kekecewaan dari tamparan itu membuat Yansah tertunduk.
        Fera tidak berkata apa-apa. Tidak ada seorang pun yang berkata apa-apa. Dan itu justru membuat hati Nada semakin teriris. Seharusnya semua ini tidak pernah terjadi di antara mereka.

        Kira-kira seperti itu Amanda, silakan disesuaikan dengan kebutuhan ceritanya.

        Semoga membantu ya. Selamat Menulis 🙂

        Like

  8. Ka aku mau memulai novel yg seharusnya ditulis dari beberapa thn yg lalu. Ini tentang cinta beda agama, tapi sepasang kekasih ini masih punya ikatan keluarga. Gimana dengan pembukaannya kalau begini.
    *Keputusanku untuk menerimamu sebagai kekasih ternyata kusadari menjadi warna baru dalam sudut pandangku. Bukan hanya soal sikapmu namun juga dengan rosariomu. Tidak hanya soal agama tapi juga silsilah keluarga kita.

    nyari kalimatnya agak susah 😂 mohon bantuannya ka 🙂

    Liked by 1 person

    • Hai Vaaaa, terima kasih sudah visit. Menurut saya agama itu issue yang cukup sensitif, jadi waktu simbol-simbol agama disebut dalam novel harus berhati-hati sekali terutama dalam opening line. Nah, sekarang fokus novel kamu apakah memang murni cinta yang mengatasi perbedaan? Atau sebuah issue sosial yang berat? Kalau ini murni cinta mungkin bisa memasukkan unsur cinta yang dalam. Opening line pada dasarnya harus mampu menarik perhatian pembaca. Bisa berupa kalimat yang panjang, deskriptif, atau bisa juga berupa kalimat pendek, singkat, tenang, namun puitis, tidak mengungkapkan banyak, tetapi mendesak pembaca untuk membaca lebih lanjut.

      Ini beberapa saran yang mungkin bisa dijadikan referensi:
      1. Jika kamu ingin opening linenya berada saat tokoh utama jatuh cinta: “Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku ditarik keluar menuju sebuah dunia dengan sudut pandang lain.” –> sudut pandang lain ini merefer perbedaan.

      2. Jika kamu ingin opening linenya berada saat sang tokoh utama berada di tengah-tengah keputusan yang sulit tentang cintanya: “Jika kau tahu apa yang akan kuputuskan besok, kau akan menangis.”

      3. Jika kamu ingin opening linenya berada saat sang tokoh utama pertama kali melihat sang kekasih. Deskripsi tentang bagaimana dia bisa mencuri perhatian dirinya: “Clarice Adriana memang tidak selalu menjadi yang tercantik di dalam ruangan, tapi dia akan segera mencuri perhatian siapa pun saat mulai berbicara. Seolah kecantikannya bertambah 200 kali lipat ketika kata-katanya keluar. Dia berbeda. Cara pandangnya terhadap dunia membuatnya menjadi satu-satunya perempuan yang membuat duniaku jungkir balik.”

      Menulis opening line itu adalah bagian yang tersulit dari menulis novel, saya selalu mengedit ulang opening line bahkan saat seluruh bagian buku sudah selesai. Membaca banyak buku sesuai dengan genre yang kita tulis juga akan banyak sekali membantu.
      Semoga jawabannya bisa menolong ya 🙂

      Like

  9. Halo kak, boleh minta pendapatnya mengenai kalimat pembuka ku yang ini ? (genre nya Fantasy,Action)

    “Kakek, buku apa ini?” kata cucu ku yang menghampiri sembari memegang sebuah buku yang sudah usang dan penuh dengan debu. Awalnya aku bereaksi biasa-biasa saja karena mengira buku yang dipegang cucu ku ini adalah buku-buku koleksi saat masih muda. Namun mata ku terbelalak saat pada akhirnya aku membersihkan buku itu dari debu debu yang bertumpuk dan memakai sebuah kacamata pada kedua mataku yang sudah mulai rabun.. Sebuah tulisan indah menghiasi cover depan buku yang ku pegang ini, yang ditulis dengan penuh ciri khas penulis nya yakni diriku sendiri. Sebuah buku yang langsung mengingatkanku dengan masa lalu ku 28 tahun yang lalu.

    Terima kasih sebelumnya ^.^

    Liked by 1 person

    • Halo juga Ken, Fantasynya mungkin bisa lebih spesifik? Dari pembukaan Ken, ceritanya mungkin fantasy science fiction (setting masa depan?)

      Genre Fantasy biasanya menggunakan habitat (setting) yang berbeda dengan dunia nyata. Jadi akan lebih baik kalau ada sedikit saja di opening line atau paragraf pertama buku tentang setting dan deskripsi yang berbeda supaya pembaca langsung tahu cerita tersebut berada di mana.

      Berikut contoh-contoh opening line untuk bisa kamu jadikan referensi:

      1. Inkheart (Cornelia Funke) : Pada suatu malam hujan turun, perlahan seperti bisikan. Bertahun-tahun kemudian Meggie tinggal memejamkan mata dan ia pun bisa mendengar bunyi itu lagi, seperti jari-jari kecil mengetuk-ngetuk jendela. Di suatu tempat yang terselubung kegelapan malam, seekor anjing menyalak dan Meggie tidak bisa tidur, berbaring gelisah.

      Inkheart adalah novel pertama dari trilogy yang ber genre Fantasi, Misteri dan Bildungsroman (genre yang mengedepankan tema proses perjalanan pribadi tokoh-tokoh di dalam novel). Ketika kita membaca opening line Inkheart, kita langsung tahu bahwa novel tersebut pasti bergenre fantasy. Kenapa? Karena Cornelia menggunakan kata seperti: bisikan. Lalu di kalimat berikutnya dia menjelaskan satu tempat dengan misterius: di suatu tempat yang terselubung kegelapan malam –> kalimat ini seolah-olah menjadi jembatan untuk pembaca bahwa ada tempat lain yang terselubung kegelapan malam.

      2. Legend (Marie Lu) : Ibuku berpikir AKU SUDAH MATI. Sebenarnya aku tidak mati, tapi lebih aman bagi ibuku untuk tetap berpikir begitu. Sekurang-kurangnya dua kali dalam sebulan, aku melihat poster buronku disiarkan di layar JumboTrons yang tersebar di seluruh penjuru Kota Los Angeles. Poster itu sebenarnya tidak cocok ada di sana. Kebanyakan gambar yang ditayangkan di JumboTrons adalah hal-hal menyenangkan: anak-anak yang tersenyum di bawah cerahnya langit biru, turis yang berpose sebelum Golden Gate runtuh, iklan-iklan komersil Republik dalam warna-warni neon. Ada pula propaganda anti-Koloni.

      Marie Lu di novel Legend yang bergenre Fantasi Science Fiction Distopia, menuliskan opening line pertamanya dengan kalimat yang mampu memprovokosi pembaca: Ibuku berpikir AKU SUDAH MATI. Lalu di kalimat kedua dan seterusnya, penulis memutuskan untuk memberikan deskripsi dan setting tempat di mana pembaca langsung tahu bahwa ini adalah suatu masa di masa depan dengan kata-kata seperti: JumboTrons, Jembatan Golden Gate yang runtuh, propaganda anti-Koloni, Iklan-iklan komersil Republik.

      Jadi dalam opening line Ken akan lebih baik jika: ada setting tempat, deskripsi waktu yang jelas, suasana atau situasi di dunia yang ingin Ken bangun di novel, kosa kata yang sesuai, nama karakter juga bisa disesuaikan dengan genre.
      Jika ini adalah fantasy Science Fiction Distopia, maka opening linenya mungkin bisa menjadi seperti contoh di bawah ini:

      “Kakek, ini apa?” Pertanyaan Liam tiga hari yang lalu itu masih terngiang-ngiang di dalam kepalaku. Aku tahu persis suatu hari tabiatnya yang selalu curiga dan usil dengan urusan orang lain akan mengundang masalah. Ketika dia menyeringai dengan wajah polos 17 tahunnya, membawa dua tumpuk buku yang langsung aku kenali. Entah bagaimana cucuku itu menemukan lemari buku yang bersembunyi di balik dinding-dinding ruang bawah tanah yang apak, lembap dan penuh jamur. Aku nyaris roboh. Tak habis pikir mengapa buku-buku itu bahkan masih berbentuk. 28 tahun yang lalu, aku tak dapat memusnahkan buku-buku itu. Buku-buku, kau tidak boleh lagi memiliki buku apa pun. Di sini semua buku harus dibakar habis atau kau mati. Jantungku seolah direnggut saat Liam berkata lagi, “Kau penulisnya, Kek.” 28 tahun yang lalu semua penulis ditembak mati.

      Untuk genre fantasy saya menyukai novel-novel Cornelia Funke, mungkin itu bisa menambah referensi bacaan Ken. Semoga membantu dan tetap semangat menulis 🙂

      Like

  10. Assalamualaikum kak.. mau minta pendapat, ini tulisan untuk tugas, sedangkan saya masih pemula :

    Setiap orang pasti mempunyai mimpi dan harapan. Mimpi dan harapanmu itu akan terwujud atau hanya akan menjadi sebuah angan dalam fikiran, menjadi tulisan yang membisu di atas kertas, lalu hilang begitu saja, raib tanpa terwujudnya impian yang telah kamu idamkan. Itu semua tergantung diri kita sendiri, mau atau tidaknya kita memperjuangkan mimpi yang telah kita rajut.

    Liked by 1 person

    • Waalaikumsalam Kaysa, saya akan kembali ke genre tulisan Kaysa, karena kalimat pembukaan sangat tergantung dengan genre tulisan kita. Apakah Kaysa menulis non fiksi? Sepertinya dari nada tulisannya, ini adalah non fiksi, apakah dari sudut pandang orang pertama atau ketiga? Jika ini jenis tulisan motivasi atau inspirasi bisa juga dari sudut pandang orang petama supaya terasa lebih personal dan relate. Yang paling penting dari tulisan inspiratif atau jurnal, memoar (non fiksi) adalah pembaca bisa merasa terhubung dengan tulisan kita. Kaysa harus memasukkan cara pandang Kaysa terhadap dunia, terhadap bagaimana sekeliling Kaysa memandang mimpi itu sendiri, atau bagaimana Kaysa memandang mimpi, lalu memasukkan juga mengapa orang perlu bermimpi. Ketika tulisan kita terhubung dan menjawab kebutuhan maka para pembaca juga akan terbuka hatinya.

      Sebagai contoh kalimat pembukaannya:

      Mimpi. Apa yang ada dibenak kita jika mendengar kata mimpi? Sebuah kata yang overrated? Sebuah kata yang terlalu berat? Sebuah kata yang cuma buang-buang waktu? Para pendiri bangsa kita pernah bermimpi suatu hari nanti anak cucu mereka dapat mencicipi apa arti kemerdekaan. Mereka mengorbankan segalanya demi kemerdekaan yang kita rasakan sekarang. Dalam impian di situ tertanam masa depan. Tak peduli seberapa besar atau seberapa kecil, kita semua memiliki mimpi dan harapan yang ingin kita capai. Tapi tanpa keringat, kerja keras dan ketetapan hati, mimpi tidak akan pernah menjadi realitas. Itu hanya akan menjadi tulisan yang membisu di atas kertas. Lenyap ditelan waktu tanpa jejak apa-apa. Kita hanya memiliki satu kehidupan. Untuk bangkit. Untuk hidup tidak hanya sekedar ada. Untuk berkarya menciptakan apa saja yang kita inginkan. Untuk menanam sesuatu untuk masa depan….dst

      Semoga membantu. Dan semangat menulis 🙂

      Liked by 1 person

  11. Artikelnya menginspirasi sekali kak, terima kasih…
    saya juga mau minta pendapat, saya sedang progres menulis novel pertama saya, genrenya sci-fi, judulnya “kota 12 negara”
    kalau saya buat kalimat paragraf pembukanya seperti ini kira” menarik minat pembaca nggk ya kak…. mohon pencerahannya

    ……Indonesia tahun 2056. Sebuah bangunan penjara raksasa di pinggiran kota Jakarta itu nampak sepi dan terbengkalai. Bangunannya terdiri dari tiga buah gedung pencakar langit dan berdiri diatas lahan seluas satu kilometer persegi serta dikelilingi tembok besar seperti benteng batu yang kokoh setinggi 20 meter. Seluruh area di dalam benteng penjara itu nampak gelap dan selalu terselimuti kabut asap hitam akibat adanya radiasi yang disebabkan suatu ledakan besar di dasar salah satu gedung disana delapan tahun silam. Tiga gedung yang berdiri di dalam benteng itu pun separuh bagian bawahnya tenggelam dalam kabut asap sehingga hanya nampak samar-samar bagian atasnya saja.

    Liked by 1 person

    • Hai Mustofa terima kasih atas pertanyaannya, Untuk Sci Fi sudah oke kalau kamu mau memulai dengan deskripsi tempat (habitat) tapi deskripsinya jangan selalu memakai prinsip tell semua. Prinsip tell dan show dapat kamu lihat di link berikut: https://ellenconny.com/2017/05/19/cara-menulis-show-vs-tell/ Opening line di atas emosinya masih kurang bisa diakibatkan karena terlalu banyak telling tapi juga karena kamu tidak memasukkan emosi atau mood di situ.

      Berikut adalah contoh opening line yang sarat emosi dan ada prinsip show di dalamnya:

      Novel Reckless –Cornelia Funke: Malam menyemburkan napasnya ke dalam apartemen bagaikan hewan berbulu hitam. Detik-detik suara jam. Derit lantai papan ketika ia menyelinap keluar dari kamar. Semua tenggelam oleh kesunyiannya. Tapi Jacob sangat menyukai malam. Ia merasakan malam menyelubungi kulitnya bagaikan janji. Bagaikan mantel yang ditenun dari kebebasan dan bahaya. –> opening line Reckless ini banyak terdapat metaforanya; merasakan malam menyelebungi kulit bagai janji –> janji dapat berarti harapan akan esok hari. Mantel yang ditenun dari kebebasan dan bahaya –> Jacob menyukai malam karena hanya pada malam hari dia dapat bebas bergerak. Saat malam tiba itulah saatnya dia menantang bahaya. Dalam satu paragraf ini penulis mendeskripsikan karakter Jacob tanpa terasa kering. Dan ada ‘janji’ tentang bahaya di dalam cerita.

      (cerpen sci fi) –> Miasma—Carrie Ryan : Ada suatu masa ketika manusia punya obat untuk hal-hal seperti penyakit yang menyebar di Portlay pada musim panas ini. Itu sebelum kota makin sakit dan runtuh, sebelum air naik dan rawa-rawa menelan apa yang tersisa dari peradaban. –> Penulis memberikan deskripsi masa sebelum penyakit dan sesudah penyakit dalam satu paragraf. Dengan kalimat yang ringkas ada begitu banyak informasi. Opening linenya fokus terhadap yang penting dalam cerita: yaitu wabah penyakit, bagaimana penyakit membawa kehancuran bagi bumi. Dan pembaca dibuat penasaran oleh penulis ketika dia menulis: apa yang tersisa dari peradaban. Seperti apa sisa peradaban itu? –> ini dapat menarik pembaca untuk terus membaca.

      …..Indonesia tahun 2056. Sebuah bangunan penjara raksasa di pinggiran kota Jakarta itu nampak sepi dan terbengkalai. Bangunannya terdiri dari tiga buah gedung pencakar langit dan berdiri diatas lahan seluas satu kilometer persegi serta dikelilingi tembok besar seperti benteng batu yang kokoh setinggi 20 meter. Seluruh area di dalam benteng penjara itu nampak gelap dan selalu terselimuti kabut asap hitam akibat adanya radiasi yang disebabkan suatu ledakan besar di dasar salah satu gedung disana delapan tahun silam. Tiga gedung yang berdiri di dalam benteng itu pun separuh bagian bawahnya tenggelam dalam kabut asap sehingga hanya nampak samar-samar bagian atasnya saja –> dalam empat kalimat hanya ada dua informasi: 1. Bangunan penjara dan deskripsinya. 2. Radiasi.

      Opening line kita harus dapat menjawab pertanyaan: mengapa pembaca harus peduli terhadap cerita kita?
      Jika cerita Mustofa adalah seputar bumi/ Jakarta setelah suatu peristiwa misalnya radiasi, maka penting di opening line menceritakan secara ringkas tentang radiasi tersebut misalnya mengapa radiasi tersebut terjadi, bagaimana itu sampai terjadi. Jangan sampai kalimat kita panjang tapi informasi yang diberikan sangat sedikit dan bukan yang utama atau penting dalam cerita.
      Jadi pertanyaannya adalah mengapa penjara itu penting? Apakah itu adalah tempat pertama kalinya radiasi itu merebak? Dan mengapa radiasi itu penting? Hal menarik apa yang dijanjikan kepada pembaca di dalam cerita nanti?
      Berikut adalah contoh perbaikannya:

      3 tahun yang lalu ketika radiasi ungu menyebar, mengkontaminasi seluruh kota Jakarta. Kota ini menjadi kota mati yang mengerikan. Kanker merebak di mana-mana. Anak-anak kehilangan orang tua. Dan orang tua menyaksikan radiasi ungu itu merobek paru-paru anak-anak mereka, dalam hitungan 24 jam, sejak kau terkena maka kau pasti mati. Tak peduli siapa dirimu. Kami menyebutnya radiasi ungu. Warna yang cantik tapi mematikan. Dan setelah tiga tahun berlalu, jeritan-jeritan kematian itu masih memantul di tembok-tembok penjara yang kokoh dan kusam itu. Pagar benteng yang menjulang itu tak mampu memerangkap teror kengerian itu. Dari situlah segalanya berawal.

      Ada banyak buku sci fi yang bagus yang bisa Mustofa baca, misalnya: trilogi Unwind, Matched, Legend dan masih banyak lagi. Tetap semangat menulis 🙂

      Like

  12. Aku lagi bikin judul cerita “Unfairy Tale of Mine” Aku ingin kalimat pembuka yang menarik. Temanya sih tentang peri yang eksistensinya hilang karena berkurangnya anak2 yang percaya dengan peri dan cerita sebelum tidur. Karena sudah sibuknya orang tua mereka dan tidak peduli lagi dengan cerita sblm tidur. Konfliknya adiknya pemeran utama di culik oleh peri ke dunia mereka dan ia berusaha mencari cara untuk masuk ke dunia peri. Baiknya aku mulai cerita ini bgmn ya ka. Apa ada novel yang bisa bantu ide cerita ini. makasih ka

    Liked by 1 person

    • Hai Arfc, terima kasih untuk pertanyaannya. Untuk cerita fantasi yang masuk ke dunia lain kamu bisa baca Inkheart dan dua lanjutannya, novelnya kaya dengan karater dan konflik batin. Untuk cerita peri yang bagus, menurut saya kamu bisa baca Artemis Fowl, buku yang oke untuk referensi.

      Sebelum menulis opening line akan lebih mudah jika kita mempunyai kerangka atau writing plan terlebih dahulu, akan baik sekali jika kita sudah mempunyainya bab per bab. Dari situ kita bisa memilih kira-kira yang mana yang paling bagus dan seru untuk diambil sebagai adegan dalam opening line. Adegan dalam opening line tentu boleh apa saja tergantung kreatifitas penulis, tapi ada dua hal yang menurut saya harus dimasukkan ke dalam adegan (kalimat) pertama kita:

      1. Opening kita harus mampu memberi pembaca ‘seseorang’ atau satu karakter untuk mereka fokuskan. Karakter ini harus muncul secepatnya dan dia harus merupakan bagian penting dalam cerita.

      2. Dalam opening line tidak serta merta harus muncul konflik, tetapi pembaca harus merasa dan mencium bahwa sebentar lagi konflik akan muncul, atau ada yang tidak beres di sini. Pembaca harus curiga sedini mungkin dalam beberapa paragraf pertama kita bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana seharusnya di dunia cerita yang kita bangun.

      Semoga jawabannya dapat membantu arfc untuk menulis. Terus menulis 🙂

      Like

    • Hai juga Reza,

      Mungkin harus lebih detail, musim panas di mana. Karena musim panas di tiap negara bisa berbeda-beda dan budaya tiap negara saat musim panas juga bisa berbeda. Tapi secara general ada tips untuk memudahkan mencari ide untuk menuliskan deskripsi musim yang bisa digunakan dalam opening line atau dalam cerita, dengan menggunakan teknik 5 panca indera.
      1. Melihat (Mata), apa sih yang kita biasa lihat waktu summer time? Kalau di Amerika biasanya ada libur musim panas. Kamu bisa menulis tentang pantai yang berkilauan sinar matahari, orang-orang yang berjemur di pantai dan memenuhi kolam renang, memakai sendal jepit dan celana pendek, dsb.
      Contoh: Air, air, air, sejauh mata memandang yang kulihat air berkilauan cahaya mentari dan tentu saja di mana ada air di situ orang-orang berbondong-bondong mencari kesegaran sejenak, di jantung musim panas ini.

      2. Merasa (Lidah), jajanan apa yang biasa ada di musim panas, es krim atau es kelapa dan sebagainya.
      Contoh: Tak ada yang menandingi manisnya gelatin di musim panas. Bagaimana es krim itu meleleh di mulut, rasanya begitu menyenangkan.

      3. Penciuman (Hidung), aroma seperti apakah musim panas itu? Bau ikan bakar, makanan laut, api unggun di perkemahan, bau aspal di jalan raya.
      Contoh: Aroma parfum lemon yang menyegarkan membawaku kembali ke musim panas tahun lalu.

      4. Peraba (Kulit), Angin sepoi-sepoi yang terasa di kulit, panas yang menyengat di telapak kaki, es batu dingin yang membeku di minuman – semua ini menarik untuk menjadi deskripsi saat menulis tentang setting di musim panas.
      Contoh: Panas ini seolah mendorongnya, dia merasa sesak seperti kucing di dalam kardus. Meskipun tidak bergerak seperti boneka kain di kursi, keringat tetap membasahi dahinya yang membuat maskaranya berantakan.

      5. Mendengar (Telinga), Suara apa yang biasa kita kaitkan dengan musim panas? Deburan ombak yang menghantam bebatuan, atau dengung AC dan lain sebagainya.
      Contoh: Kicau burung memenuhi udara di pagi pertama musim panas. Terasa ajaib seperti bunyi flute jernih yang menyenangkan jiwa. Rasa-rasanya hati langsung terbuka, apalagi setelah kau melalui musim dingin yang panjang dan gelap seperti yang kualami.

      Atau kamu juga bisa menggabungkan semua lima panca indera tadi ke dalam paragraf pertama kalimat pembuka, tentu disesuaikan dengan genre novel, karakter atau setting detail cerita. Semoga Membantu ya dan Selamat menulis Reza 🙂

      Liked by 1 person

      • thanks a lot kak. masukan yang luar biasa, btw semua kalimat-kalimat kakak, aku kagum banget it feels obvious for me.

        Liked by 1 person

    • Jika saya mencoba memasukkan beberapa unsur dari 7 cara membuat opening lines (postingan) di atas ke dalam opening paragraf Reza, maka saya akan memasukkan 3 dari 7 cara di atas:

      1. Di mulai pada momen penting. Opening Reza dimulai dengan adegan saat kelas berakhir. Adegan yang sangat biasa jika mengisahkan tentang aktivitas mahasiswa. Adegan kelas tentu tidak masalah tapi pertanyaannya apa adegan di kelas saat itu penting? Sekedar menutup kelas sebagai bridging/ jembatan menuju kalimat selanjutnya sangat lemah untuk sebuah opening lines.

      2. Karakter Menarik. Reza memasukkan karakter Jingga dalam paragraf pertama sudah baik sekali, tapi mengapa tidak memasukkannya langsung di awal? Jingga adalah karakter yang seharusnya menarik, dan pembaca (dalam hal ini saya) langsung bisa menyimpulkan dia penting di dalam cerita ini. Jadi daripada menuliskan banyak intro tentang sekolahnya menurut saya lebih penting untuk memunculkan Jingga lebih dulu daripada deskripsi sekolahnya.

      3. Sentuhan Emosi. Aroma yang membuat Jingga enggan beralih. Sekaligus aroma yang memaksanya bersembunyi. Itu adalah kalimat yang menyentuh.
      Yang kedua: Bukan tanpa alasan. Gadis cantik dengan rambut hitam kecoklatan yang di curly bagian ujungnya itu memilih Jerman, satu-satunya negara yang tidak ingin dikunjunginya sebagai tempat untuk melarikan diri.
      Kedua kalimat tersebut seharusnya punya efek yang lebih baik jika diletakkan di tempat yang tepat.

      Bagaimana kalau mencari adegan yang terpenting dalam hidup Jingga yang mempunyai sisi emosional. Misalnya: Jingga adalah mahasiswa terakhir, artinya tahun depan dia akan pulang ke tanah air, Jingga mungkin takut pulang ke tanah air, karena meskipun tiga tahun yang lalu dia begitu membenci Jerman, tapi dia sekarang mulai mencintainya.
      Berikut contoh yang mungkin bisa jadi referensi:

      “Hal paling pahit dalam hidup adalah ketika kau mulai mencintai sesuatu tapi kau dipaksa untuk meninggalkannya. Karena uang. Karena pekerjaan. Patah hati. Atau karena alasan dan kalimat yang membosankan seperti: Hidup harus terus bergerak. Itulah yang dialami oleh Jingga.

      Tiga tahun lalu. Bulan-bulan pertama hidup di dataran Eropa dengan musim dingin yang keterlaluan. Jingga menyumpah-nyumpah akan langsung angkat kaki dari tempat ini. Belum lagi jumlah mahasiswa Indonesia yang hanya beberapa gelintir, membuatnya semakin merasa asing. Namun sekarang, di tengah-tengah kuliah Mr. Carl, dosen Philosophical Logicnya, yang sedang membahas topik the pursuit of happiness, hatinya mencelus. Di ujung sana dia melihat Anindia, teman pertamanya di kampus ini, mungkin Anin akan menikahi pacar Inggrisnya dan pindah ke Inggris. Lalu dia menatap Anders, mahasiswa konyol asal Norwegia yang apartemennya adalah semua definisi tentang “berantakan”. Jingga mencintai teman-temannya, kampus ini. Udara dinginnya masih menusuk tulang-tulangnya, tapi itu terobati ketika dia membayangkan betapa menyenangkannya bila musim panas tiba. Menonton film di bawah langit malam, memakan sebanyak-banyak es krim tanpa takut kalori, atau pergi piknik di taman dengan segerombolan teman-teman yang tinggal di lantai bawah flatnya. Aroma berlin di musim panas begitu segar seperti buah lemon, berpadu dengan peppermint dan jeruk, aroma yang menyegarkan, tapi ringan dan menyenangkan. Aroma yang membuat Jingga enggan beralih. Sekaligus aroma yang memaksanya bersembunyi. Itu membuatnya bahagia. Bukankah dia layak untuk bahagia?

      Yang terpenting juga dalam menulis ketika setting cerita kita berada di negera lain adalah riset tentang negara tersebut. Tentang budayanya, seberapa panas atau dingin musim di sana, tradisi orang-orang di sana, supaya pembaca dapat merasa berada di sana dan tulisan kita menjadi hidup. Semoga membantu ya Reza. Terus semangat menulis. Terus semangat membaca juga 🙂

      Like

  13. June 2016, Humboldt University of Berlin.

    “Don’t forget to submit your task tomorrow.” Tutup Mr. Carl yang membuat semua mahasiswa menghela nafas.
    Sebagian lega, sebagian mencela.
    Bersekolah di negara yang kualitas pendidikannya sangat diakui dunia, menjadi salah satu mahasiswa universitas dengan peringkat yang tidak bisa dianggap remeh merupakan satu-satunya pilihan ‘Menyerahkan hidup untuk berpikir’.
    Menjadi generasi penerus dari para tokoh terkenal lulusan terbaik Humboldt, berusaha mengikuti jejak mereka. Michelle Bachelet contohnya, pakar pediatrik dan epidemiologi. Adalah salah satu idola yang memacu semangat belajar terutama para mahasiswa internasional.
    Sekitar 5000 mahasiswa internasional yang bersekolah disini, hampir15 persennya berasal dari Indonesia. Termasuk Jingga. Jingga Adinata, gadis kelahiran Lampung yang membuka matanya pertama kali untuk melihat dunia saat duapuluh satu tahun yang lalu. Saat ini menjadi mahasiswi fakultas filsafat yang sedang menyelsaikan tugas akhirnya.
    Bukan tanpa alasan. Gadis cantik dengan rambut hitam kecoklatan yang di curly bagian ujungnya itu memilih Jerman, satu-satunya negara yang tidak ingin dikunjunginya sebagai tempat untuk melarikan diri.
    Aroma bunga lili, jeruk dan jahe. Disusul dengan aroma juniper, pir kemangi serta semangka. Setelah agak lama, aroma itu menjadi cardamon, lavender dan thyme yang ditutup dengan aroma amber, cendana dan musk. Membawa indera penciuman gadis itu kembali ke musim panas tiga tahun lalu.
    Ya. Aroma salah satu parfum termahal dunia Calvin Klein Eternity Summer.Aroma yang akan terus melekat sejak pertama kali terhirup oleh indera penciuman. Aroma yang membuat Jingga enggan beralih. Sekaligus aroma yang memaksanya bersembunyi.

    Liked by 1 person

  14. Terima kasih atas saran yang sangat berguna ini!
    Aku sudah lumayan lama gak menulis jadi agak sedikit kaku. Kalau boleh, aku ingin minta saran (lagi) dan pendapat untuk opening line cerita baruku;

    — Mendapatkan pekerjaan memang bukan hal yang sulit, juga bukan hal yang mudah. Tapi beruntunglah Edward bisa mendapatkan satu profesi demi melanjutkan hidup. Di tengah ramainya lalu lalang, pria bersetelan licin itu tak henti mengintip arloji murah yang melilit pergelangan kiri. “Permisi” atau “Maaf”, kedua kata itu tak henti dia ucapkan demi membunuh waktu. Gedung pencakar langit incarannya berjarak beberapa ratus meter di depan, berdiri tegak sombong dengan huruf timbul R yang menambah rasa iri. Semakin Edward berusaha menggapai gedung itu, semakin terasa jauh jaraknya. R Group milik Ernest R. Rudenburg sudah bertahun-tahun berdiri namun bangunan itu seolah tak pernah tergores apapun. Dari luar hanya terlihat pantulan kaca namun lobinya masih bisa terlihat beberapa karyawan yang berlomba masuk lift atau resepsionist yang sudah menerima panggilan pagi. Tidak hanya satu atau dua orang yang menjadikan R Group sebagai tujuan hidup mereka, tak mudah juga untuk menjadi pekerja di perusahaan itu. Tidak salah jika banyak mata yang menatap iri mereka yang menginjakkan kaki ke dalam bangunan raksasa itu.

    Liked by 1 person

    • Hai Vassa, terima kasih sudah visit. Pertama saya harus bilang bahwa Vassa sudah punya gaya bahasa dan kosa kata yang cukup kaya, jadi keep the good work.
      Ada beberapa masukan yang dapat dijadikan panduan bukan hanya untuk memperbaiki cerita ini tapi dasar bagi penulisan fiksi.

      Poin 1:
      Mendapatkan pekerjaan memang bukan hal yang sulit, juga bukan hal yang mudah. Tapi beruntunglah Edward bisa mendapatkan satu profesi demi melanjutkan hidup –> Kalimat ini, dapat membuat pembaca tidak simpatik mengapa? Bagi sebagian orang mencari pekerjaan sangat sulit. Ada sekitar 7 juta orang pengangguran di Indonesia, menurut survey terakhir BPS tahun 2018, dan sebagian lagi ‘terpaksa’ bekerja bangun jam 4 pagi setiap hari, menghadapi pekerjaan yang dibencinya setiap hari karena mereka tidak mungkin keluar dari pekerjaan tersebut, tentu karena kebutuhan hidup. Jadi secara realita mungkin ada orang-orang yang mendapatkan pekerjaan gampang-gampang susah, tapi tidak sedikit orang yang mendapatkan pekerjaan dengan sangat sulit.
      Sementara dalam fiksi, satu hal penting yang perlu dibangun adalah pembaca harus bersimpati pada karakter yang kita ciptakan. Karakter yang bisa mendapatkan simpati pembaca adalah:
      1. Underdog. Karakter yang bukan siapa-siapa, tidak pernah diperhitungkan, dipermalukan dan sebagainya.
      atau
      2. Karakter dengan Flaws. Mereka mungkin punya segalanya tapi ada kelemahan dan kekurangan yang mereka sembunyikan.
      Dua poin ini membentuk karakter yang relate (terhubung) dengan pembaca sekalipun kita menulis cerita fantasi, dengan dunia baru dan jauh dari dunia nyata tapi karakter-karakter kita harus terhubung dengan dunia nyata. Karena itulah Harry Potter disukai, dia outcast, berdarah campur. Karena itulah Batman disukai, meskipun dia kaya raya, tampan, tapi dia mempunyai luka dan ketakutan. Kalimat pertama akan membuat Edward tidak lovable, sementara kita harus membuat karakter kita lovable dan relate dengan pembaca.

      Poin 2:
      Opening line kurang jelas.
      Dijelaskan pada kalimat ini bahwa Edward mendapatkan pekerjaan: Mendapatkan pekerjaan memang bukan hal yang sulit, juga bukan hal yang mudah. Tapi beruntunglah Edward bisa mendapatkan satu profesi demi melanjutkan hidup.
      Tapi pekerjaan apa? Di mana? Karena tidak ada penjelasan Edward mendapatkan pekerjaan di Rudenburg. Hanya ada kalimat: Di tengah ramainya lalu lalang, pria bersetelan licin itu tak henti mengintip arloji murah yang melilit pergelangan kiri. “Permisi” atau “Maaf”, kedua kata itu tak henti dia ucapkan demi membunuh waktu.

      Untuk apa Edward melirik arloji dan membunuh waktu? Apa dia sedang menunggu jadwal interview? Tapi ditulis di kalimat awal, dia beruntung mendapatkan satu profesi. Profesi apa? Ketidakjelasan tersebut menyebabkan ketidakjelasan juga pada Edward, yang sedang berada dia di situ, apa motivasinya, tidak ada unsur apa pun yang membuat pembaca penasaran dan terhubung padanya.

      Ada satu contoh kalimat pembuka dari The Circle yang mungkin bisa memberikan gambaran:

      Ya TUHAN, pikir Mae. Ini surga.
      Kampus itu luas dan lapang, dengan warna-warna lembut yang bersemburat liar, tetapi setiap detailnya dipertimbangkan dengan hati-hati dan dibentuk oleh tangan-tangan paling terampil. Di atas lahan yang dahulunya merupakan galangan kapal, lalu beralih fungsi menjadi bioskop di alam terbuka, kemudian menjadi pasar loak, setelah itu lahan terbengkalai, sekarang terhampar bukit-bukit hijau landau berhiaskan air mancur Calatrava. Ada juga tempat pikinik dengan meja-meja yang ditata dalam lingkaran konsentris. Ada lapangan tenis, baik tanah liat maupun rumput. Lalu, ada lapangan voli, tempat bocah-bocah dari penitipan anak di perusahaan itu berlarian, menjerit-jerit, dan berkelebat seperti air. Di tengah-tengah semuanya ini ada pula kantor, bangunan seluas 1,6 kilometer persegi dari baja mengilat dan kaca yang merupakan kantor pusat perusahaan paling berpengaruh di seluruh dunia. Langit di atasnya biru tak berawan.

      Dengan hanya satu kalimat padat, Ya TUHAN, pikir Mae. Ini surga. Kita langsung dapat menyimpulkan bahwa karakter utama—Mae terpesona, tercengang dengan kantor barunya. Dan itu cukup untuk membawa para pembaca ingin tahu apa yang dia temukan di perusahaan paling berpengaruh di seluruh dunia tersebut?

      Untuk saran opening line yang mungkin cocok untuk cerita Vassa, dengan asumsi Edward mendapatkan pekerjaan di Rudenburg adalah:

      Satu pesan ayahku saat mendapatkan pekerjaan ini adalah “Don’t embarrassed me!” Kalimat itu terngiang-ngiang lebih kencang saat aku tiba di depan gedung raksasa Rudenburg. Huruf R nya yang besar seolah ingin menelanku. Aku adalah orang biasa-biasa saja. Segalanya tentangku adalah rata-rata. Aku bersekolah di sekolah rata-rata dengan nilai rata-rata. Kuliah di kampus rata-rata, tidak pernah memenangkan penghargaan apa pun, tidak pernah membuat inovasi apa pun. Kakak-kakakku terbang jauh di atasku. Dokter bedah terkemuka dengan rentetan penghargaan. Yang seorang lagi adalah penulis biografi terkenal, dia menulis untuk presiden dan artis-arti kenamaan mengantri untuk bisa menyewa jasanya. Semua orang berpikir aku beruntung. Kenapa tidak? Rudenburg, kau bercanda kan? Salah satu perusahaan terbaik di dunia. Perusahaan digital yang mendunia. Tempat inovasi dan masa depan diracik. Seharusnya aku senang. Bangga. Tapi tidak. Hatiku terasa berat. Seumur hidupku aku tidak pernah membuktikan apa-apa. Dan berada di sini, karena hadiah, kemurahan hati dari kenalan ayah. Jadi saat ayah berkata: “Don’t embarrassed me!” aku takut. Untuk pertama kalinya aku takut jadi pecundang.

      Dengan kalimat pembuka seperti ini, pembaca langsung mengenal Edward. Seorang yang mendapatkan pekerjaan karena hadiah. Dengan pesan yang berat dari ayahnya. Dari sini, cerita bisa ditwisted, yang tadinya Edward hanya mengikuti kata-kata ayahnya, mungkin saat bekerja dia jadi menemukan impiannya. Atau bisa saja perusahaan yang terlihat sempurna itu menyimpan kebobrokan, sehingga Edward akhirnya membongkar keburukan perusahaan tersebut.

      Semoga membantu dan tetap menulis 🙂

      Like

      • Terima kasih, kak, atas sarannya! aku pasti akan menulis lebih giat lagi! entah kata apa lagi yang bisa aku bilang ke kakak selain terima kasih, kayaknya gak ada 🙂 sepertinya isi kepalaku sudah mulai mengolah kalimat-kalimat yang kakak sarankan dan semuanya terasa ‘wow’. Aku akan coba perbaiki dan jika diperkenankan, aku akan memperlihatkan hasilnya pada kakak. Sekali lagi terima kasih, kak!! 🙂

        Liked by 1 person

  15. Kak,,, aq mw nanya dong gmna buat kalimat pembuka tntang novel yg genrenya anak skolahan gtu,,, tntang asmara jg sih,,,
    Bantu ya kak,,,
    Aq lg blajar jd penulis
    Trima kasih kak

    Liked by 1 person

    • Hai Wahyuni, terima kasih untuk pertanyaannya.
      Pada dasarnya artikel di atas sudah bisa mencakup opening line untuk genre tulisan apa pun, termasuk cerita cinta. Kamu tinggal memilih salah satu poin atau beberapa poin di atas untuk dijadikan unsur kalimat pembuka kamu. Tidak ada aturan baku bagaimana tepatnya memulai buku kita, tapi saya selalu memutuskan konflik, tekanan, perubahan keadaan atau ancaman untuk memulai buku saya.

      Untuk lebih jelas dan memudahkan, kamu bisa memilih dua poin berikut setiap kali menulis opening line:

      1. Memulai dengan salah satu dari dua karakter utama kita. Mengapa karakter utama? Karena pembaca harus peduli dan bersimpati dengan karakter utama kita secepat mungkin. Memperkenalkannya lebih cepat, apalagi membuat mereka di bawah tekanan lebih awal, dapat langsung membangun simpati untuk pembaca.
      Contoh:
      Aku cuma ingin Juli Baker pergi. Aku ingin dia nggak ikut campur urusanku dan memberiku sedikit ruang.
      Semua berawal sejak kami pindah rumah saat liburan musim panas sebelum aku masuk kelas dua SD. Sekarang kami sudah hampir lulus kelas delapan, bisa bayangkan? Itu berarti lebih dari separuh dekade aku menjalani strategi menghindar dan mengalami ketidaknyamanan sosial. –Flipped, Wendelin Van Draanen.

      2. Memulai dengan pernyataan yang menarik. Saya sering melihat kalimat pembuka seperti ini dalam novel-novel romance. Dan boleh dibilang tak ada yang lebih saya sukai dibandingkan betapa unik dan menariknya cara pandang seorang karakter yang dibangun penulis apalagi dalam pernyataan-pernyataan pada opening line.

      Contoh:
      22 November
      Halo, Dunia!
      Aku memutuskan untuk mulai menulis blog.
      Blog ini.
      Mungkin kalian tanya, kenapa?
      Kalian tahu saat kalian mengocok kaleng Coca Cola lalu membukanya dan isinya menyembur ke mana-mana? Nah, begitulah perasaanku sekarang. Aku punya banyak sekali hal yang bergejolak di dalam pikiranku yang ingin aku katakan, tapi aku tidak punya rasa percaya diri untuk mengungkapkannya. –Girl Online, Zoe Sugg

      Semoga jawabannya membantu Wahyuni, terus menulis 🙂

      Like

  16. kak aku mau nanya dong pembuka kalimat novel tentang kita mau nyeritain tentang asmara kita , tapi critanya soal laut dan cinta LdR gitu ka

    Liked by 1 person

  17. H
    idup adalah sekarang dan masa depan. Masalalu ??. ….. ah itu hanya serbuk-serbuk luka termanis penyedap rasa di masa mendatang. Seperti sobekan kisah cinta yang berserakan , juga puzzle-puzzle yang tak tersusun rapi membuat hidup akhirnya tak terbentuk.
    Cinta bagaikan debu, yangdi terbangkan dan tersesat di hati yang gersang.
    Begitu pula dengan kisah cintaku dahulu dengan seorang pelaut bahkan pernah melayarkan hati ku di manapun dia melangkahkan kaki. Ah…sudah lah , tak ingin ku ingat kembali semua kenangan itu, dan tidak ingin mengenal seorang pelaut lagi. Karena itu akan membuat ku jatuh kembali di lubang hati yang terdalam.
    Tetapi takdir berkata lain…

    kak kalau pembuka novel seperti itu sudah belum kak??
    mohon jawabannya kak karna aku sedang ada tugas 🙂

    Liked by 1 person

    • Hai Windi, gaya bahasanya bagus. Sudah oke, tapi kembali lagi, opening line kalau bisa membuat penasaran. Dan kalimat kamu yang ini: Ah…sudah lah , tak ingin ku ingat kembali semua kenangan itu, dan tidak ingin mengenal seorang pelaut lagi. Karena itu akan membuat ku jatuh kembali di lubang hati yang terdalam.
      Kalimat tersebut menurut saya membuat kalimat “Tetapi takdir berkata lain…” menjadi agak turun rasa penasarannya.

      Bagaimana kalau saran perbaikannya seperti ini:

      
Hidup adalah sekarang dan masa depan. Masa lalu ??. ….. ah itu hanya serbuk-serbuk luka termanis untuk sebuah rasa di ujung sana. Seperti sobekan kisah cinta yang berserakan, juga puzzle-puzzle berantakan yang hanya membuat hidup akhirnya tak berbentuk.
Cinta bagaikan debu, terbang dan tersesat di hati yang gersang.


      Begitu juga kisah cintaku dulu dengan seorang pelaut. Cinta mereka datang dan pergi seperti gelombang pasang lautan. Betapa pun aku menginginkan jangkarnya berlabuh. Layar itu akan kembali berkibar. Tapi kau tidak bisa membenci lautan tak peduli betapa patahnya hatimu melihatnya pergi. Aku berjanji. Dan selalu berjanji tidak akan jatuh kembali dengan wajah-wajah yang sama. Tapi laut menyegarkan dan indah. Luas, misterius, meski kadang menakutkan. Dan entah mengapa, kekuatannya selalu menarikku kembali. Tapi akankah esok hari aku yang menang?

      Windi bisa mengeditnya lagi, semoga membantu ya 🙂

      Like

  18. aku mau tanya dong. aku kan baru mau membuat sebuah cerita dan kebingungan untuk bikin opening line buat ceritanya. nah setelah aku baca disini aku baru bisa berfikir.
    kira-kira kalo opening line nya kayak gini bisa gak?
    .
    .
    Ada satu hal yang selalu teringat didalam benaknya, entah itu ketika ia sedang menghibur diri ataupun sedang bermimpi. Ia selalu bertanya-tanya kepada dirinya sendiri “apa itu cinta?”, ”haruskah aku jatuh cinta?”, bagaimana caranya aku bisa jatuh cinta?” dan “darimana aku harus memulai?”

    terima kasih 🙂

    Liked by 1 person

    • Hai Hilmi, untuk opening line yang terbaik bagi saya adalah ketika karakter sedang melakukan sesuatu atau dimulai dalam momen yang penting. Tapi memulai dengan apa yang dipikirkan oleh karakter utama seperti yang Hilmi tulis di atas juga baik. Namun itu masih sangat general. Apa itu cinta?, haruskah aku jatuh cinta? Kalimat ini terlalu umum dan luas. Sementara opening line harus mengantarkan langsung menuju konflik dan inti cerita.

      Saya ambil contoh novel romance yang sangat saya sukai berjudul The Rosie Project—Graeme Simsion :

      Aku mungkin sudah menemukan solusi untuk Urusan Istri ini. Sama seperti banyak terobosan ilmiah lainnya, setelah ditengok ke belakang jawabannya ternyata sangat jelas. Tapi kalau bukan serangkaian peristiwa yang tidak terencana, bisa jadi aku tidak menemukannya.
      Rangkaian itu diawali dengan desakan Gene agar aku memberi kulaih tentang sindrom Asperger yang sebelumnya ia janjikan akan ia bawakan sendiri. Pemilihan waktunya benar-benar mengganggu. Aku bisa saja mempersiapkan materinya saat jam makan siang, tetapi malamnya aku sudah menjadwalkan 94 menit untuk membersihkan kamar mandi. Aku dihadapkan pada tiga pilihan, tak satu pun memuaskan.

      1. Membersihkan kamar mandi setelah menyampaikan kuliah, yang akan mengakibatkan aku kurang tidur dan konsekuensinya kinerjaku secara mental maupun fisik akan berkurang.
      2. Menjadwal ulang acara bersih-bersih ke Selasa depan, yang akan berakibat selama delapan hari ke depan aku harus berkompromi dengan kondisi kamar mandi yang kurang higienis dan konsekuensinya adalah risiko penyakit.
      3. Menolak untuk menyampaikan kuliah tersebut, yang akan berakibat rusaknya persahabatanku dengan Gene.

      Dari opening line di atas, penulis langsung menyatakan ini soal mencari istri. Sang karakter utama Don Tillman mempunyai karakter unik dan bisa dibilang ‘aneh’ dibandingkan orang-orang pada umumnya. Yang di kalimat-kalimat selanjutnya, kita tahu ternyata Don punya karakter seperti itu karena dia tidak tahu bagaimana mempunyai hubungan atau berinteraksi secara normal dengan orang-orang di sekitarnya. Dia adalah seorang professor genetika yang selalu mengambil kesimpulan atau keputusan apa pun seperti ilmu eksakta. Jadi novel ini bercerita bagaimana reaksi Don saat jatuh cinta, sebuah perasaan asing yang tidak pernah dikenalnya.

      Saya menemukan ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab terlebih dahulu untuk opening cerita Hilmi, seperti: Mengapa karakter cerita di atas sampai bertanya-tanya tentang cinta? Berapa usianya sampai dia berpikir seperti itu? Secara normal, sejak sekolah dasar kita sudah mengetahui konsep perasaan suka dengan orang lain. Jadi mengapa dia asing terhadap cinta? Apa masalahnya sehingga dia bertanya haruskah dia jatuh cinta? Mengapa dia berpikir tentang cinta saat dia menghibur diri atau sedang bermimpi? Apa pekerjaannya atau apa yang dia alami sampai dia perlu momen-momen menghibur diri atau bermimpi?

      Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, opening line cerita akan menjadi lebih mengerucut dan spesifik juga karakterisasi karakter akan lebih detail. Semoga dapat membantu Hilmi 🙂

      Like

      • oke kak terima kasih atas sarannya. sangat membantu. sepertinya saya harus banyak membaca novel romance deh sebelum mulai membuat. ada rekomendasi kah novel genre romance selain diatas?

        Liked by 1 person

      • Untuk romance dengan audience young adult atau teen Hilmi bisa baca The Fault in Our Starsnya John Green, Flipped–Wendelin Van Draanen. Untuk tema internet dan blogging bisa baca Girl Online–Zoe Sugg. Tapi untuk romance adult, mungkin bisa membaca karya-karya Nicholas Sparks, Colleen hoover atau kalau mau mulai dari yang klasik bisa membaca buku-buku karya Jane Austen. Happy Reading and Happy Writing ya!!!

        Like

  19. Kak aku ingin membuat novel tentang kehidupaku mulai dari masa masa SMP sampai SMA yang ditemani sahabat sahabatku dan beberapa kisah asmara dari kami.
    Tapi masih kurang srek dengan opening linenya. Yang aku buat seperti ini

    Mungkin jika diijinkan mengulang waktu aku ingin mengulang masa-masa putih biruku. Dimana terdapat banyak kenangan manis dan pahit yang kualami, yang telah mewarnai kehidupanku. Semua kenangan itu diisi oleh oleh sahabat-sahabatku dengan kisah mereka masing-masing. Dan aku merasa mereka itu adalah saudari-saudariku namun terlahir di keluarga yang berbeda-beda. Aku sangat bersyukur karena diberi kesempatan untuk berjumpa dengan mereka. Terimakasih Sahabat.

    Mohon bantuannya ya kak…
    Terimakasih banyak kakak 😊

    Liked by 1 person

    • Hai Titik, maaf sekali, saya waktu itu sudah sempat balas, mungkin karena kesalahan teknis ternyata balasannya tidak terpublished. Baru ketika saya cek lagi ternyata tidak ada balasan untuk pertanyaan Titik.

      Berikut adalah saran perbaikannya:

      Bagiku tidak ada yang lebih kejam dari waktu. Waktu tidak akan pernah menunggumu. Momen demi momen akan melewatimu tanpa ampun. Mereka akan menjadi kepingan-kepingan kenangan yang mewarnai hidupmu. Jika aku ingin mengulang kembali masa-masa di sekolah, aku mencintai masa-masa berada di SMP. Memakai seragam putih biru yang tidak sepenuhnya aku sukai. Maklum biru tua bukan warna favoritku. Tapi tidak ada yang menyentuh jiwaku seperti masa-masa itu. Ketika aku mengenal sahabat-sahabat pertamaku. Mereka adalah semua definisi tentang keluarga. Petualangan bersama mereka. Keseruan, tawa, kehilangan, manis dan pahit.
      Kenangan itu dapat menghangatkan jiwamu tapi pada saat yang sama mereka juga bisa menghancurkannya.

      Sarannya: gunakan kata-kata yang lebih kuat. Seperti: kejam, jiwa, dll agar lebih menarik sisi emosi pembaca, Berikan deskripsi yang lebih detail, misalnya: petualangan, keseruan, tawa. Jadi jangan hanya kenangan saja, karena itu masih terlalu luas.

      Semoga bisa membantu. Keep writing ^^

      Like

  20. Kalau gini bisa ga ka ):
    Hallo guys kenalin nama saya desy ini adalah ceritaku semasa SMA dlu,gadis kecil yang selalu ceria yang memiliki kisah cinta yg membuat nya cukup menderita.
    Bukan lah mawar yang ia dapat namun melainkan duri yang selalu ia genggam.

    Liked by 1 person

    • Hai Cindy,
      Boleh aja 🙂 tapi sebisa mungkin tambahkan sesuatu yang tidak terlalu general, jadi lebih unik dan menarik. Ini saran perbaikannya ya:
      Ini adalah kisah semasa SMA ku dulu. Aku remaja yang ceria dengan kisah cinta yang membuatku merana. Cinta cantiknya seperti bunga mawar. Tapi kecantikan itu tak pernah digenggam dengan mudah. Dan bukannya kecantikannya yang kudapat tapi duri-durinya yang tajam itu langsung menyakitiku. …. dst
      Selamat menulis ya, semoga membantu 🙂

      Like

  21. Selamat malam kak. 😀
    Saya ini baru mau buat novel tentang polisi yang akan mengungkap pembunuhan ayahnya.
    Saya punya contoh tapi masih mentah :
    Pembunuhan di Indonesia kini sudah seperti wabah penyakit, tak kenal waktu, jenis kelamin dan umur lagi. terutama di Jakarta ini, seolah para polisi tidak punya waktu untuk tidur nyenyak, contohnya detektif tomboy yg satu ini, dia bernama Rosa.(saya bingung melanjutkan) 😀

    Apakah ini bagus?
    Dan menurut kakak Contoh pembuka yg bagus seperti apa ya kak?
    Mohon bantuannya kak, terimakasih sebelumnya.

    Liked by 1 person

    • Selamat Malam Dede,

      Terima kasih atas pertanyaannya.
      Kalimat pertama:
      Pembunuhan di Indonesia kini sudah seperti wabah penyakit, tak kenal waktu, jenis kelamin dan umur lagi. ini bukan opening line yang cocok untuk fiksi. Kalimat itu seperti pembukaan berita atau presentasi. Kalimat tersebut juga tidak unik, tidak juga mencerminkan genre cerita thriller yang ingin Dede tulis.

      Yang harus diingat dalam menulis opening line adalah kalimat tersebut harus memiliki kekuatan untuk menarik pembaca sehingga mereka tidak meletakkan buku kita. Untuk memenuhinya selain poin-poin di postingan di atas, Dede juga bisa mencoba memasukkan salah satu unsur di bawah ini:

      1. Opening line harus langsung mengundang pembaca kepada sebuah gambaran/ image.
      Contoh: The Tin Drum –Gunter Grass

      “Memang: aku seorang narapidana dari rumah sakit jiwa; penjagaku memperhatikanku, ia tidak pernah membiarkanku keluar dari pandangannya; ada lubang intip di pintu, dan mata penjagaku adalah warna cokelat yang tidak pernah bisa menembus melalui tipe mata berwarna biru seperti milikku.”

      Kalimat pembuka novel di atas langsung memberikan gambaran kepada pembaca siapa ‘aku’ dalam cerita tersebut. Kita langsung tahu bahwa ini buku thriller, memberikan kesan menyeramkan dan secara bersamaan meresahkan.

      2. Opening line menggambarkan suara yang unik
      Contoh: Someone Has Been Disarranging These Roses—Gabriel Garcia Marquez
      “Sejak hari Minggu dan hujan berhenti, aku pikir aku akan membawa sebuket mawar ke kuburanku.”

      Tidak ada yang lebih menyeramkan, indah selain kata-kata membawa bunga mawar ke kuburanku sendiri. Kalimat pembuka di atas mempunya suara yang unik sekaligus menarik masuk dan menyentil rasa penasaran pembaca.

      Nah sekarang kita coba lihat perbaikannya:

      Kita putuskan saja untuk menarik protagonis langsung ke opening. Rosa memutuskan menjadi polisi karena trauma dengan kejadian pembunuhan ayahnya. Apa yang menarik dari Rosa, apa yang membuat Rosa berbeda dengan orang pada umumnya? Masukkan juga sekeping informasi tentang traumanya, misalnya tentang mimpi buruknya, tentang pengalamannya terhadap kejadian itu dan bagaimana hal itu mempengaruhinya sampai kehidupannya saat ini.

      Contoh:
      –> Wajahnya, begitu tampan dalam beku. Matanya menerawang ke arahku dan dalam sepersekian detik dia ada di sana tapi kemudian pergi, lenyap begitu saja. Aku terlambat. Lagi. Bau darah kering menyeruak di udara. Aku memandang ke sekeliling, dan aku tercekat. Darahku seolah berhenti mengalir. Sebuah tulisan merah di dinding seolah menertawakanku, “This is my story…”. Bagaimana aku bisa melupakannya? Dua puluh tahun lalu, ayahku terbaring di atas genangan darahnya sendiri, ketika matanya yang hangat berubah dingin. Ketika impian-impianku tentang masa depan hancur seketika dengan tulisan itu. Yang menjadi racun seumur hidupku, “This is my story…” Ini bukan akhir pembunuhan –ini baru saja dimulai.

      Kalau Dede akan menulis cerita dengan genre misteri, thriller atau crime, Dede harus membaca buku-buku dengan genre-genre tersebut supaya tulisannya bisa berkembang. Semoga membantu dan tetap semangat menulis 🙂

      Like

  22. Kak klw misalakn kalkmat pembukanya kayak gini boleh gk kak misal: “Bayangannya telah memanjang ketika keysa menopangkan tubuhnya kesiku, tatapanya kosong kala itu matanya hanya tertuju pada gunung yang menghiasi jendela kelasnya, sesekali butiran-butiran air mata kesedihan berjatuhan, didalam hati kecilnya ia berkata “Ya Allah seberat inikah ujian yang kau berikan kepadaku?” Ia hanya bisa mengutarakan kesedihan didalam hati kecilnya “Rasya! rasya! rasya!!!” suara itu membuyarkan pikiranya, gurunya memanggil sambil menggoyangkan bahunya “i..i…i…ya ustadzah” balas kesya dengan gagap dan ketakutan….

    Liked by 1 person

    • Hai Najwa, terima kasih untuk pertanyaannya. Kamu sudah cukup detail untuk sebuah opening line, hanya kalimat: bayangannya telah memanjang dapat membuat rancu. Bayangan menentukan waktu, bayangan memanjang dapat terjadi pada pagi atau sore hari, kata telah membuat seolah-olah itu sudah sore, sementara biasanya kelas sudah selesai pada sore hari. Jadi untuk setting waktu lebih baik dibuat jelas.

      Misalnya:
      1. Terik matahari menembus kulit Keysa –> ini menjelaskan siang hari.
      2. Cahaya oranye telah menghiasi cakrawala ketika Keysa menopangkan tubuhnya ke siku –> ini menjelaskan sore hari.
      3. Bayangan memanjang ketika Keysa menopangkan tubuhnya ke siku, dia dan teman-temannya mulai pagi-pagi sekali. Entah berapa jam yang sudah dia lewati, matanya menewarang….dst –> ini menandakan pagi karena ada penjelasan pagi-pagi sekali.

      Semoga membantu ya 🙂

      Like

  23. Kak, aku lagi buat cerita genre Sci-Fi, Fantasi, dan Adventure. Tolong dikoreksi ya, opening lineku.

    Hoodie Keiko bergoyang sedikit karena hembusan angin. Aneh, pada musim seterik ini, bagaimana mungkin bisa ada angin yang begitu semilir?

    Terus habis itu aku mentok Kaaak… Ada ide untuk melanjutkannya?

    Liked by 1 person

    • Hai Author Taq, terima kasih pertanyaannya.

      Saran dari saya untuk para penulis agar nggak mentok adalah membuat kerangka karangan. Itu akan membantu sekali. Saya tidak pernah menulis tanpa membuat kerangka dari awal cerita sampai akhir. Setelah kerangka jadi saya akan lanjutkan dengan membuat kerangka per bab tanpa dialog. Baru setelah itu selesai saya akan mulai menulis. Memang kelihatannya prosesnya panjang. Tapi dengan melalui tahapan ini segala sesuatu yang belum ada atau kurang dalam cerita bisa kita cari terlebih dahulu jauh sebelum memulai menulis.

      Nah pertanyaan untuk opening line di atas adalah mengapa Keiko merasakan ada yang tidak beres? Dia ada di mana? Ada masalah apa? Bisa melanjutkannya ke situ. Semua pertanyaan-pertanyaan itu harus terjawab dulu sebelum mulai menulis.

      Semoga membantu ya 🙂

      Like

  24. Ini ka aku mau buat novel pendakian pembukanya kaya gini mohon masukan
    Pukul setengah sembilan mataku terus menatap layar kaca hp sambil membaca
    Sejarah gunung slamet,
    Mengutip pendapat Hasan Kurniawan yang dimuat Sindonews.com, “Gunung Slamet dan sejarah Kerajaan Galuh Purba”.

    Gunung Slamet merupakan gunung api tertinggi kedua di Pulau Jawa, dan terbesar di Jawa Tengah. Gunung ini berada di daerah perbatasan lima wilayah, terdiri dari Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah.

    Berdasarkan catatan sejarawan Belanda Van der Meulen, pada abad ke-1 Masehi, terbentuklah Kerajaan Galuh Purba, di Gunung Slamet. Inilah kerajaan pertama dan terbesar di Jawa Tengah.

    Para pendiri Kerajaan Galuh Purba itu merupakan pendatang yang berasal dari Kutai Kalimantan Timur, sebelum periode Kerajaan Kutai Hindu dan zaman pra Hindu. Para pendatang itu pertama menginjakkan kakinya di Cirebon, lalu masuk ke pedalaman, dan berpencar.

    Sebagian dari mereka ada yang menetap di sekitar Gunung Cermai, Gunung Slamet, dan Lembah Sungai Serayu. Mereka yang menetap di sekitar Gunung Cermai mengembangkan peradaban Sunda. Sedang yang berada di Gunung Slamet, mendirikan Kerajaan Galuh Purba. Dari kerajaan inilah, para penguasa raja-raja di Jawa terlahir.

    Kerajaan Galuh Purba bertahan hingga abad ke-6 M dengan wilayah kekuasaan yang meliputi daerah Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Kedu, Kulonprogo dan Purwodadi.

    1 pesan dari whatsap seketika muncul
    Membuatku untuk berhenti melanjutkan bacaan, ah ternyata pesan dari sinta kaka keponakan ku yang mempunyai mata sipit hidung sedikit pesek, mengajaku untuk pergi ke gunung slamet 18 juni 2019 nanti,
    “siapa saja yang ikut sin?”
    “Ada lima orang lagi abay”
    “Ohh oke2 besok kita bicarakan langsung aja ya”
    Oke”
    Aku langsung manaruh hp ku kesamping kanan ku karena mataku sudah tak tahan menahan rasa kantuk, pukul 10 malam aku tidur.
    Keesokan hari aku mendatangi rumah sinta yang berjarak hanya sepuluh langkah dari rumahku,
    “Assalamualikum sambil mengetuk pintu rumah sinta, iya bay masuk”
    Aku masuk duduk disamping sinta untuk membicarakan tentang planing mendaki gunung slamet yang dua hari lalu kita sepakat untuk kesitu,
    “Iya bay nanti kita kumpul di rumah riska
    Untuk dn sterusnya

    Liked by 1 person

    • Hai Pramzscatzhi

      Terima kasih atas emailnya.

      Ada beberapa saran yang bisa saya berikan untuk kalimat pembukaan ini:

      1. Untuk informasi tentang sejarah Gunung Slamet lebih baik jangan dimasukkan langsung seperti ini. Sebaiknya dipecah-pecah di antara percakapan atau narasi ceritanya. Informasi yang terlalu banyak dan tidak diselipkan dengan strategi akan membuat pembaca bosan dan pada akhirnya mereka akan skip saja. Tidak perlu memasukkan semuanya, pilih yang benar-benar penting saja.

      2. Selalu mulai novel atau cerita kita dengan memasukkan perasaan karakter. Abay memang diperkenalkan di awal tapi tidak ada emosi di situ. Abay hanya mencari sejarah Gunung Slamet. Lalu pergi ke rumah Sinta. Kita sebagai penulis harus mencari cara bagaimana caranya agar para pembaca peduli dengan karakter utama kita bahkan jika pembaca tersebut bukan pendaki gunung. Atau belum tertarik sama sekali mendaki gunung.

      Pertanyaan-pertanyaan latar belakang seperti ini harus digali di sini:
      – Mengapa Abay pergi ke Gunung Slamet?
      – Mengapa Abay tertarik mendaki gunung?
      – Mengapa dia pergi dengan keponakannya?
      – Apakah ada alasan emosional mengapa Abay memutuskan untuk mendaki ke sana?

      Nah Ini saran perbaikannya:

      Aku menatap foto di dinding dekat meja. Arya tampak gagah memanggul ranselnya dan gulungan kantong tidurnya. Dia memakai ikat kepala berwarna hitam berlurik putih. Matanya tersenyum melihat kamera. Itu foto pendakian terakhirnya. Di puncak Semeru. Beberapa bulan kemudian kami menerima kabar dia terkena kanker. Arya—abangku berjanji tahun depan kami akan pergi ke Slamet. Mendaki gunung itu. Itu akan menjadi pendakian pertamaku. Membawaku mendaki sudah menjadi cita-citanya.
      Arya selalu berkata: “Ada dua hal yang kau dapatkan dari mendaki gunung Abay. Pertama: Kita dapat melihat tempat-tempat yang sangat sedikit dapat dilihat oleh orang lain, kedua kita akan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa yang akan kita sebut teman. Aku tidak dapat melupakan binar matanya saat Arya mengatakan hal itu. Dan matanya itu langsung menembus ke jiwaku. Ada rasa sayangnya akan keindahan dan pendakian yang langsung menular masuk ke diriku.
      Keesokan harinya aku mulai menabung dan mulai mendaftar peralatan-peralatan yang kubutuhkan. Tentu saja mama tidak senang dengan hal itu. Katanya aku masih terlalu kecil. Tapi aku melakukannya juga. Tahun berikutnya Arya pergi. Dia meninggalkanku sendirian. Dan selama bertahun-tahun aku mengubur semua impian pendakian itu.
      Dst…..

      Kamu bisa menggali lagi mengapa Abay tiba-tiba ingin mendaki Gunung Slamet setelah bertahun-tahun menguburnya, lalu di tengah-tengah cerita bisa dimasukkan tentang keindahan Gunung Slamet, misterinya dan seterusnya.

      Semoga membantu ya 🙂

      Like

  25. Halo kak aku mau buat cerita nih, tapi gak tau harus buat openingnya judulnya itu “Two Adopted Brothers” nah, di cerita ini awalnya itu ada seorang anak cewek tunggal ibunya meninggal sejak dia umur 10 tahun kepergian ibunya itu membuat dia sangat terpuruk, sampai pada akhirnya dua anak kecil laki-laki datang kerumahnya dua anak tersebut diadopsi oleh ayahnya dan ayahnya si cewek ini mempunyai hati yang sangat baik. Kelak nanti akan ada cinta segitiga diantara mereka bertiga
    Kira-kira Opening nya seperti apa kak? Disini aku mau buat ceritanya dari dia umur 10 tahun dlu mulai dari pengadopsian kedua saudaranya mohon bantuannya🙏

    Liked by 1 person

    • Terima kasih atas emailnya Ria, untuk bisa mendapatkan adegan-adegan dalam opening cerita, ceritanya harus matang. Karena itu saya selalu menyarankan untuk memenuhi kerangka cerita per babnya lebih dulu agar kita tahu openingnya dimulai dari timeline yang mana. Apakah mau mulai dari ketika sang anak perempuan pertama kali datang ke rumah mereka? Bagaimana kesan kedua brothers ini. Mungkin salah satunya sebal, mungkin satunya lagi berbeda. Coba tarik dari situ dan mulai isi semua kekosongan-kekosongan dalam plot sebelum mulai menulis. Dengan begini menulis akan lebih mudah. Ketika saya tidak mempunyai ide saya akan lari ke buku-buku dan film, ini biasanya memicu ide-ide baru. Selamat menulis 🙂

      Like

  26. assalamualaikum kak… mau minta sarannya kak. saya baru aja mau mulai menulis novel. openingnya seperti ini:
    “dasar anak tidak berguna!” plak! sebuah tamparan melayang ke wajah mulusnya. ia hanya diam tak melawan. airmata yang keluar seolah tawar baginya. ibunya hanya bisa diam dan memohon agar anak sulung itu jangan dipukuli lagi. wanita paruh baya itu tak bisa menahan suaminya,ia hanya terus memohon.
    “lepas! kamu jangan coba bela-bela anak tidak tau diri ini! dia pantas mendapatkannya” sambil terus memukul anak sulungnya dengan tanpa rasa kasihan.
    “sudah mas! dia itu anak! anak perempuan! gak gini cara mau mendidiknya!”
    “dia itu sudah sering kita peringatkan,tapi masih saja mengulang”. pria yang biasa di panggil ‘papa’ oleh anak-anaknya itu mulai berhenti memukuli putri sulunynya. tampak wajahnya sangat depresi. ia pun pergi dengan membanting pintu.

    mulai dari malam itu,keributan terus berlanjut. mengubah segala segi kehidupan keluarga itu,terutama anak sulung di keluarga itu. Lian.

    minta sarannya ya kak,mana yang harus saya perbaiki lagi dari opening saya ini. terimakasih kak.

    Liked by 1 person

    • Wa ‘alaikumus salam,

      Terima kasih untuk pertanyaannya Cece,

      Opening line Cece dibuka dengan dramatis, itu start yang bagus, tetapi opening di atas masih general, tidak spesifik dan mengerucut pada cerita Cece. Percakapannya begitu umum, deskripsinya belum emosional. Sebaiknya memilih kata-kata yang lebih kuat.

      Saya juga melihat mungkin akan lebih baik jika sudut pandangnya diubah menjadi sudut pandang orang pertama. Karena Lian adalah karakter yang merasakan pukulan ayahnya akan lebih dramatis jika dialah yang menceritakan dari sudut pandangnya. Karena dalam cerita kita membutuhkan penilaian unik dari karakter-karakter kita terhadap dunia di sekelilingnya.

      Berikut saran perbaikannya:

      “PLAKKK!”
      Pukulan itu melayang ke wajahku. Mata ayahku memerah seakan-akan ingin menelanku. Pipiku bergelenyar perih, tak tertahankan. Tapi bukan pukulannya yang paling menyakitiku. Kata-katanya yang tajam dan tanpa ampun mampu melukaiku hingga ke sumsum tulang.
      “Bagaimana mungkin Tuhan menghukumku dengan memberiku anak macam Kau!”
      Ibuku menjerit dan menahan tangan ayah yang hendak melancarkan lagi pukulan ke pipiku yang lain.
      Aku tidak tahu mana yang lebih menyedihkan. Ayahku yang tak bisa menghadapi bahwa aku tak akan pernah menjadi seperti adikku yang wafat. Atau ibuku yang tak berdaya dan berharap lolongan tangisnya mampu menawar hatiku atau menggugah hati suaminya?
      Ayahku menurunkan tangannya. Dia tahu pada akhirnya aku akan sanggup menahan pukulannya. Aku menunduk tapi tak menangis.

      Lalu dia berkata lagi dengan kejam, “Dia mengambil anak yang salah,” air mata ayahku mengalir lalu pergi.
      Aku roboh. Air mataku mengalir dalam diam. Sudah cukup. Sudah cukup. Jeritku dalam hati. Aku ingin berdiri dan berlari. Tapi entah mengapa, kakiku tak menemukan kekuatan untuk melakukannya.

      Opening line dapat diperbaiki setelah kita selesai menulis keseluruhan cerita. Dan sebaiknya ditulis pada saat kita sudah mendapatkan kerangka cerita yang lumayan detail. Sehingga kita bisa tahu konflik apa yang karakter utama hadapi. Seperti apa dia memandang dunia, dan sebagainya. Di atas hanya gambaran saja, dapat Cece sesuaikan dengan cerita yang ingin Cece tulis tentunya.

      Semoga membantu ya Cece. Selamat Menulis. 🙂

      Like

  27. Halo, kak. Saya lagi belajar pengen nulis novel kak. Dan luar biasa, bisa ketemu sama blog kakak. hehe dan bisa dapat inspirasi buat bikin openingnya^^

    Jadi kiranya bolehkan saya minta saran dari kakak mengenai opening line yang saya bikin ini. Hehe. Genrenya Teen-fic, romance, comedy gitu kak, sama ada psikologinya dikit. Nyeritain seorang cowok yang punya phobia cewek tapi malah selalu terlibat sama mereka:

    Jauhi dia, dia kelainan.

    Dasar mesum! Terima ini!

    Kamu seneng, kan? Heh! Menjijikkan!

    Cowok kok takut sama cewek?

    Hahaha. Banci.

    Mendengar namamu saja bikin aku mau muntah.

    “Ifzi.”

    Pulpen bertinta hitam tanpa tutup terjatuh ke lantai. Menggelinding ke bawah kaki meja. Tinggal lima soal aljabar di papan tulis yang harus kucatat. Selain alasan lupa, kurasa Ibu Fitriana nggak ngasih kompensasi. Sial.

    “Ifzi.”

    Lagian, kenapa pulpenku harus pakai acara jatuh segala sih!? Kurang kerjaan banget. Sekarang aku terpaksa menjangkaunya dengan kaki. Eits, tuh ‘kan kedorong. Aduh, malah makin jauh. Kemari kau pulpen nakal!

    “Hei, Ifzi, kamu denger aku?”

    Sepertinya dengan kaki agak sulit. Tangan? Jangan bercanda. Tanganku nggak bisa digerakin. Mampus. Berhenti gemetar! Telekinesis. Benar. Aku nggak ingat pernah punya kekuatan supranatural. Tapi, aku pernah baca gimana mengaktifkannya. Ok, pejamkan mata. Pusatkan pikiran pada pulpen di bawah sana, lalu…

    “Ifzi Alfarizi.”

    …Awas kau!

    “J-jangan sakiti aku!” Panggilan itu bikin jantungku hampir copot. Seketika itu, semua pandangan langsung tertuju ke arahku. Berat. Udaranya berat. Tarik napas. Keluarkan. Tarik. Keluarkan. Oke. Tenanglah Ifzi. Mereka hanya melihatmu. Bersikap seperti biasa. Dan Aku pun terkekeh.

    Rasha mengetukkan-ngetukkan pulpen ke meja. Wajahnya tanpa ekspresi. “Nggak akan ada yang menyakitimu.”

    “S-sungguh?” Jangan percaya! Tetap jaga jarak minimal 1 meter.

    “Begitulah. Lagipula, bisa tunggu sebentar? Sebelum kamu pulang. Aku ada perlu denganmu.” Tetap dengan ekspresi datar namun mengancam siapapun yang melihat, ia membuka buku catatan. Gambar kartun berupa burung-burung cebol gembul tanpa sayap dan cakar. Apa namanya? Angry apa, Angry Pig, Eh, Birds, Burung, ya? Jadi ini Angry Birds yang terkenal itukah? Ada bukunya ya ternyata. Tapi tunggu dulu. Jangan bilang kalau itu adalah buku terlarang milik ibu negara. Konon, barangsiapa yang namanya tertulis di buku tersebut, niscaya uangnya langsung berkurang!

    Aku bersiap-siap dengan kemungkinan terburuk. “A-apa itu?”

    “Iuran kelas,” jawabnya dingin.

    Seperti yang aku duga! Untunglah aku sudah bersiap. Setidaknya mentalku. Kalo uangku, tentu saja tidak!

    “J-jadi untuk apa iuran kali ini? Berapa?” Jelas aku basa-basi. Siapa yang peduli dengan itu semua, toh aku juga nggak bisa bayar. Yang paling kupedulikan adalah, bagaimana caranya aku terlepas dari situasi ini dengan selamat jasmani dan rohani.

    Rasha membuka-buka halaman bukunya lagi. “Biar kulihat.” Bagus. Ini kesempatanku. Perlahan aku menunduk ke bawah meja. Bersembunyi, sekaligus mencari pulpenku. “Perlengkapan buat kelas, sapu, pel, spidol, penghapus papan tulis, kemoceng, taplak meja, kertas kado batik, jam dinding, keset pintu, kunci gembok, pengharum ruangan, kapur barus, cermin…” Bla-bla-bla. Banyak banget. Daripada beli satu-satu, kenapa nggak sekalian beli satu paket kelas? “Dibagi jumlah murid tiga puluh orang. Jadi iurannya cuma…” Aku berhasil kabur. Rasha nggak akan menyadari aku berada di bawah meja. Aku merasa aman, sebelum… ”Sepuluh ribu.”

    “Uwaaaah!”

    Kaget mendapati wajah Rasha yang begitu dekat, aku langsung berdiri mundur. Naas, kepala lebih dulu membentur perut meja. Aku beraduh seraya merangkak keluar. Kepalaku masih berdenyut saat kuusap bagian yang terbentur. Kuharap aku nggak kena gagar otak. Sial. Aku nggak menduga kalo Rasha bakal ikutan jongkok kebawah meja.

    Meskipun Rasha memintanya dengan sopan, mengeluarkan uang untuk bayar iuran tetap saja terasa berat. Aku meraba kantong seragam. Kosong melompong. Kantong celana. Ada sesuatu. Liba ribu perak, kucel lagi. Ini mah sisa uang minggu lalu. Aku memberanikan diri mengangkat wajah. Langsung menunduk. Rasha ngeliatin. Bikin aku makin panik.
    Memakai seluruh uang ini cuma bisa bayar setengah. Memang, aku udah terbiasa nggak jajan saat di sekolah. Tapi bagaimana jika ada keperluan mendadak? Ifzi, sadar, inilah keperluan mendadak itu!

    Rasha menyisir rambutnya kebelakang daun telinga. “Baiklah. Aku akan memberimu waktu.”

    Secercah harapa muncul di kegelapan. “B-beneran? Ma-maksudku kenapa?”

    Rasha mendekat, menatapku tajam tepat di mata. “Kamu belum bisa bayar ‘kan? Terlihat jelas disana.” Nyeremin! Rasha bisa baca pikiran! Aku menggeser mundur bangkuku. Tergagap-gagap menanyakan batas waktunya. Rasha menghela napas kemudian memeluk buku. Burung-burung kecil itu terjepit diantara dadanya. Burung-burung yang malang. “Kalo bisa sore ini. Besok, semua abangku ada di rumah. Walaupun payah, mereka bisa diandalkan.”

    Apapun maksud kalimat terakhir tidaklah lebih penting dari kalimat pertama. Sore ini, ya? Kurasa aku bisa mendapatkan uangnya. Dengan risiko, besok lusa, aku bakal puasa lagi. Hadeuh, beginikah perjuangan tinggal jauh dari orang tua. “O-o-oke, akan kuusahakan. Sepulang pramuka masih bisa ‘kan?” Kuharap masih bisa. Ayah biasanya menjenguk sekitar pukul empat setiap sabtu sore kalo lagi nggak sibuk bergelud dengan ombak di lautan.

    “Terserah saja. Pokoknya sebelum aku pergi belanja minggu pagi.” Syukurlah. Lebih baik kuiyakan saja biar urusannya cepat kelar. Kakiku sudah seperti Mie Goreng Mama Alit menahan gemetar. Aku ingin duduk! Rasha mengangguk tanda ia mengerti. Bagus. Sekarang, enyahlah dari sini!

    Rasha memasukkan bukunya kembali ke dalam tas. “Ifzi.”

    “Y-ya!” Jujur, panggilan itu mengagetkanku untuk kedua kalinya. Kukira Rasha akan langsung pergi karena urusannya denganku sudah selesai. “A-ada perlu apa lagi?”

    Rasha mengulurkan tangan, seperti menyerahkan sesuatu padaku. Itu… pulpenku! Sejak kapan ada padanya!? “Punyamu?”

    Sungguh, aku sangat ingin mengambilnya, tapi terhalang karena firasatku berkata, jika aku mengambilnya begitu saja, aku akan terkena kutukan mengerikan. Antara pulpen terkutuk dan PR Matematika, mana yang harus kupilih?

    “Kalo bukan, biar kuletakkan di meja guru—“

    Laporin aja dia ke guru!

    “Jangan!” Tanpa sadar aku membentak. Rasha mengerjap, kukira ia terkejut, walau wajahnya nampak datar seperti biasa. “M-maksudku. I-iya itu punyaku. Terima kasih. Bisa kamu jatuhkan lagi?” Rasha memiringkan kepala, raut wajahnya tidak berubah. “Ku-kumohon.” Persetan dengan kutukan! Pulpenku sangat berharga untukku dan satu-satunya. Tanpanya aku tidak bisa menulis. Ia tak tergantikan.

    “Kamu yang minta.” Rasha menjatuhkan pulpenku. Menurut teori dari film yang ku tonton, beberapa saat ketika pulpenku menyentuh lantai, kutukan akan dinetralisir oleh energi bumi. Aku mengambilnya dengan hati-hati. Mencoret kecil di buku catatan untuk memastikan apakah kutukan sudah hilang apa belum. Jika masih ada, maka tanganku akan gatal-gatal. “Pulpen merek itu biasanya langsung macet setelah satu dua kali jatuh dari meja.”

    Dia benar! Pulpenku macet! Eh-tapi tanganku nggak gatal. Tapi tetap saja pulpenku macet! Garis lurus, lingkaran obat nyamuk, gambar T-Rex—oke itu lebih mirip ayam kena wasir—, bukuku tetap bersih tak peduli seberapa banyak aku mencoba mencoretnya. Kubongkar rangka pulpen. Padalah isinya masih ada setengah, kok bisa begini? Ah, aku punya ide. Bagaimana kalo kutiup sedikit tinta pulpennya biar kembali normal. Benar. Ifzi, kamu jenius!

    Aku melepas mata logam pada batang tinta kemudian meniup bagian ujungnya. Mengeluarkan setitik tinta lalu memasang ujung runcing itu kembali. Mencoret buku sekali lagi. Nihil.

    “Ini.” Tiba-tiba pulpen bermotif Angry Bird disodorkan padaku. Belum sempat aku mencerna apa yang terjadi, Rasha langsung meraih tanganku. Syukurlah, Aku belum pernah tersengat listrik. Dan demi semangkuk Mie Goreng Mama Alit pun aku nggak bakal mau, tapi saat ini, seolah sengatan listrik baru saja menjalar ke seluruh tubuh. Aku akan mati!

    Aku masih bengong saat Rasha melipat jemariku agar memegang pulpen, lalu berjalan cepat keluar kelas. Seseorang menyambutnya. Sedikit mengobrol. “Ke kantin dulu, yuk! Mumpung Kakak-kakak ambalan belum pada mulai.” ajak Idah. Rasha membalas dengan anggukan sebelum akhirnya mereka hilang dari pandangan.

    Aku memperhatikan pulpen yang kini dalam genggaman. Benar-benar nggak masuk akal. Aku dibuat tak berdaya. Lebih tepatnya, tubuhku tidak bisa digerakkan. Fokusku buyar. Indraku seolah kehilangn fungsinya.

    Rasha, cewek paling mengerikan di kelas… Memegang tanganku!

    Kulemparkan pulpen Rasha ke sisi meja. Oh tidak, sekarang tanganku telah terkontaminasi oleh virus mematikan. Aku harus cuci tangan. Dia sudah menandaimu, Ifzi, kamu harus cepat-cepat pindah sekolah! Tapi bagaimana? Uang tabunganku sudah habis untuk daftar sekolah di kota ini! Selamat tinggal dunia. Inilah akhir dari perjalan Ifzi.

    Liked by 1 person

    • Halo juga,
      Terima kasih untuk pertanyaannya, untuk karakter Ifzi voicenya sudah sangat unik dan menarik sekali. Untuk cerita-cerita yang berdasarkan gangguan psikologi bisa dilakukan riset yang lebih mendalam supaya dalam menulis bab pertama kita bisa benar-benar tahu apakah reaksi Ifzi sesuai dengan level phobia yang diidapnya. Dalam istilah psikologi phobia terhadap perempuan dinamakan gynophobia. Boleh cek di sini sebagai tambahan riset :
      https://www.healthline.com/health/mental-health/gynophobia#:~:text=A%20fear%20of%20women%20is,by%20women%2C%20namely%20by%20emasculation.

      Mungkin pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa dijawab terlebih dahulu sebelum mengedit dan mulai menulis lagi:
      1. Berapa level/tingkatan phobia Ifzi?
      2. Mengapa Ifzi bisa masuk ke sekolah biasa? Kenapa dia diterima? Dengan level kecemasan yang tinggi seperti kalimat seperti ini:
      Kulemparkan pulpen Rasha ke sisi meja. Oh tidak, sekarang tanganku telah terkontaminasi oleh virus mematikan. Aku harus cuci tangan. Dia sudah menandaimu, Ifzi, kamu harus cepat-cepat pindah sekolah! Tapi bagaimana? Uang tabunganku sudah habis untuk daftar sekolah di kota ini!
      kemungkinan besar dia sulit berfungsi dalam kehidupan sosial sama sekali. Karena dia pasti dikelilingi oleh perempuan seperti guru perempuan, teman perempuan, adik perempuan, mamanya?
      3. Ada sekolah khusus laki-laki, mengapa Ifzi tidak bersekolah di situ saja? Apakah terapinya selama ini sudah berhasil makanya dia mulai bersekolah di sekolah umum? Atau dia sedang mengambil sesi terapi atau obat eksperimental dan mulai membaik?
      4. Latar belakang mengapa Ifzi bisa mengidap gynophobia.
      Dengan riset yang detail, kita bisa tahu reaksi dan respon Ifzi dalam segala situasi berkaitan dengan perempuan. Dan bagaimana dia menangani dirinya sendiri. Ini juga penting untuk konsistensi tindakan Ifzi dengan semua perempuan tidak hanya Rasha.

      Saran lain, untuk setiap dialog baru atau perubahan dialog tag dapat dibuat kalimat baru/enter agar tidak membingungkan pembaca. Seperti contoh di bawah:
      Sebelum:
      Rasha membuka-buka halaman bukunya lagi. “Biar kulihat.” Bagus. Ini kesempatanku. Perlahan aku menunduk ke bawah meja. Bersembunyi, sekaligus mencari pulpenku. “Perlengkapan buat kelas, sapu, pel, spidol, penghapus papan tulis, kemoceng, taplak meja, kertas kado batik, jam dinding, keset pintu, kunci gembok, pengharum ruangan, kapur barus, cermin…” Bla-bla-bla. Banyak banget. Daripada beli satu-satu, kenapa nggak sekalian beli satu paket kelas? “Dibagi jumlah murid tiga puluh orang. Jadi iurannya cuma…” Aku berhasil kabur. Rasha nggak akan menyadari aku berada di bawah meja. Aku merasa aman, sebelum… ”Sepuluh ribu.”

      Sesudah:

      Rasha membuka-buka halaman bukunya lagi. “Biar kulihat.”
      Bagus. Ini kesempatanku. Perlahan aku menunduk ke bawah meja. Bersembunyi, sekaligus mencari pulpenku.
      Di belakangku Rasha masih berbicara, “Perlengkapan buat kelas, sapu, pel, spidol, penghapus papan tulis, kemoceng, taplak meja, kertas kado batik, jam dinding, keset pintu, kunci gembok, pengharum ruangan, kapur barus, cermin…”
      Banyak banget. Daripada beli satu-satu, kenapa nggak sekalian beli satu paket kelas? Dengusku pelan.
      “Dibagi jumlah murid tiga puluh orang. Jadi iurannya cuma…” suara Rasha masih terdengar, sepertinya dia tidak menyadari aku menyadari aku berada di bawah meja. Aku merasa aman, sampai…
      ”Sepuluh ribu!”
      Aku membeku. Wajah Rasha hanya berjarak beberapa senti dari wajahku. Aku Ingin berteriak tapi untungnya bibirku kelu. Alih-alih aku mematung seperti patung-patung lilin di Madame Tussaud. Hanya saja kebanyakan patung-patung itu tersenyum dan berpose dengan pose terbaik mereka, aku ya sudahlah.
      Kurang lebih seperti itu, semoga membantu. Tetap semangat menulis 🙂

      Like

      • Terima kasih sarannya kak^^ Senang sekali rasanya saat mengetahui kekurangan dari tulisan saya. Kak saya boleh nanya lagi? Apakah setiap pertanyaan yg ada itu harus dijwab di awal bab semua atau perlahan satu-satu. Sama, kakak ada rekomendasi novel yg temanya gk jauh beda? Buat bahan bacaan. Kalo bisa dari penulis dalam negeri. Ah tapi luar negeri juga boleh. Semakin banyak makin bagus.

        Duh mohon maaf kak kalo saya terkesan banyak nanya. T_T

        Liked by 2 people

      • No problem Linimasa 🙂

        Setiap pertanyaan tidak perlu dijawab di awal bab, semua informasi dan jawaban dapat dicicil di bab-bab selanjutnya sesuai dengan plot yang akan dibangun.
        Tapi semua pertanyaan kalau bisa dijawab sebelum mulai menulis. Karena semakin penulis tahu detail cerita yang akan dia tulis maka itu akan mempermudah semuanya, dan bisa memutuskan informasi mana yang akan diletakkan di awal-awal bab, informasi mana yang akan ditahan sampai di bab-bab tengah atau mana yang akan dijawab di ending cerita.

        Ada beberapa novel yang mungkin bisa dijadikan bahan bacaan, mungkin masih bisa ditemukan di toko-toko buku yaitu:
        Finding Audrey—Sophie Kinsela (tentang gangguan kecemasan), Turtles All The Way Down—John Green (tentang OCD).
        Semoga membantu ya :).

        Like

  28. jadi aku mau bikin cerita judulnya “corona di 2020″
    tolong saran dan kritiknya dong kak. EYD-nya, kalimat” nya, susunannya, dll.

    Prolog
    Di 2020…
    Sebuah virus menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.
    Namanya, Corona.
    Dia sungguh mengganggu hari-hari ku yang seharusnya tenang di 2020.
    Karna dia…
    Diary ku penuh dengan kutipan-kutipan menyedihkan.
    Semua rencana yang kubuat hanya sebuah rencana tanpa perjalanan.
    Hidupku seakan di jungkir balikkan 180°.
    Aku terjatuh dan hancur se hancur-hancurnya

    Tapi setiap ada yang buruk maka pasti ada yang baik.

    Karna dia juga…
    Aku belajar tentang arti kehidupan.
    Aku belajar menjadi dewasa karna hal-hal luar biasa.
    Aku belajar tentang bagaimana cara nya untuk menjadi diriku sendiri.
    Aku belajar banyak hal.
    Dan ini, kisah jatuh bangkit ku bersama Corona di 2020.

    nahh menurut kakak gimana, apanya yang kurang atau lebih?, terus yang baris terakhir itu lebih cocok “jatuh bangkit ku” atau “lika-liku kehidupanku”?

    Liked by 1 person

    • Terima kasih pertanyaannya,

      1) Kata “karena” pakai e bukan “karna”, “karna bentuk yang tidak baku. Untuk kata yang dirangkai dengan ku seperti diaryku bisa disambung. Untuk lainnya, bisa dicek di panduan eyd melalui link berikut: https://luk.staff.ugm.ac.id/ta/Suwardjono/EYD.pdf

      2) Sebaiknya gunakan kata-kata yang lebih kuat. Misalnya mengganggu menjadi merusak, melumpuhkan.
      Semua rencana yang kubuat hanya sebuah rencana tanpa perjalanan dapat diganti seperti ini: Tak ada perjalanan. Karena kematian dapat menunggu siapa saja di sana. Semua rencanaku pupus. Ada kegelapan di ujung sana. Aku tak punya pilihan selain duduk menunggu.

      3) Akan lebih baik juga kalau ditambahkan kalimat-kalimat yang spesifik. Jangan terlalu general. Corona identik dengan jaga jarak, artinya tidak ada lagi pelukan, tatap muka, kalau mau dibuat kalimat lagi untuk sisi baik jaga jarak bisa ditambahkan komunikasi menjadi lebih berharga misalnya dan lain sebagainya.

      4) Sepertinya lebih oke jatuh bangkitku.

      Semoga bisa membantu ya sarannya, selamat menulis 🙂

      Like

  29. Hai kak, kalau openingnya kayak begini boleh ga ya?

    “Namaku Angi. Hanya Angi. Tidak dipendekkan. Seorang anak tunggal yang masih duduk di kelas lima. Memiliki kepribadian ambivert atau lebih detailnya adalah gabungan dari extrovert-introvert. Suka bermain permainan tradisional, daripada permainan online yang sering dimainkan anak-anak zaman sekarang. Hobiku dari kecil adalah makan dan makan. Orang-orang sering menyebutku orang yang terburu-buru, tetapi selalu berani dalam mengambil resiko.
    Kisah perjalanan hidupku sama seperti anak-anak biasa. Tetapi, aku tidak ingin meninggalkan perjalanan hidupku sebatas cerita. Aku ingin lebih dari sebuah cerita. Aku juga ingin berterima kasih kepada orang-orang yang berjasa dalam hidupku. Mewarnai hidupku. Menemani di masa aku sedang terpuruk. Betapa pahitnya hidup membuatku ingin menyerah dan mengakhiri semuanya. Tetapi aku berpikir aku masih harus melakukan sesuatu. Sesuatu untuk kamu. Masa depanmu.”

    Mohon bantuannya..

    Btw postingan kakak sangat membantu dan menambahkan ide, terima kasih karena sudah berbagi ilmu 🙂

    Liked by 1 person

    • Hai Maryam, terima kasih atas pertanyaannya,

      Dari kalimat di atas, Angi sebenarnya cukup unik. Tetapi voice Angi masih umum. Cara Angi bercerita dalam narasi, caranya berpikir sebagai karakter utama akan sangat menarik jika digali lagi.

      Misalnya mengapa dia suka permainan tradisional. Anak-anak sekarang kan semua punya handphone mengapa dia berbeda dengan yang lain? Angi anak kelas 5 jadi narasinya juga harus disesuaikan dengan cara berpikir anak kelas 5. Anak kelas 5 mungkin belum akan berpikir soal pahitnya hidup. Atau masa depan. Mereka akan berpikir hidup sulit, sedih atau melelahkan karena setelah pulang sekolah harus bekerja membantu orang tua atau mereka tidak bisa membeli barang atau mainan sesuka hati karena mereka miskin. Mereka juga akan berkata soal cita-cita tetapi bukan masa depan. Jadi pilihan katanya juga harus disesuaikan. Kecuali naratornya bukan Angi tetapi orang ketiga yang usianya lebih dewasa. Atau Angi sudah dewasa dia menceritakan kembali masa kecilnya, kalau seperti ini kalimat dia kelas lima tidak boleh ada.

      Berikut saran perbaikannya:

      “Namaku Angi. Hanya Angi. Tidak dipendekkan. Aku duduk di kelas lima SD. Anak tunggal. Kata orang jadi anak tunggal itu menyenangkan, tapi tidak buatku. Aku tidak punya teman bermain. Sepulang sekolah teman-teman akan pergi les jadi aku akan mengerjakan PR dan bermain seorang diri. Apanya yang enak?

      Ayahku pembuat mainan. Dia membuat mainan dari bermacam-macam bahan. Mulai dari pelepah pisang, bambu, karton dan plastik bekas, semuanya disulap menjadi mainan baru. Kata seorang temanku itu ketinggalan jaman. Jelek. Sampah kok dibuat main? Katanya mengejek. Aku terdiam. Tetapi ketika aku melihat ayah semangat membuat mainan, aku juga jadi semangat, ayah akan bercerita soal masa kecilnya sambil membuat senapan dengan pelepah pisang! Lalu ibu akan membawa pisang goreng untuk kami santap. Kalau aku sih lebih senang begini daripada mataku sakit melihat handphone terus. ….

      –> Lebih baik ada latar belakang mengapa Angi menyukai apa yang dia sukai. Menjadi seorang Angi. Karena pribadi seseorang dipupuk dari latar belakang kita, pengalaman, pendidikan dan lainnya.

      Semoga membantu ya 🙂

      Like

  30. kak saran dong saya mau bikin novel judulnya “ABnormal” menceritakan tentang seorang anak yg memiliki gangguan pisikologis, karna kedua orang tua nya ngekang dia, buat terus ngikutin kemauan ortunya kak, boleh saran opening ny gak kak?

    Liked by 1 person

    • Hai Varo,

      Terima kasih pertanyaannya. Ada beberapa adegan yang mungkin bisa dijadikan opening line cerita ABnormal. Adegan ketika anak tersebut mengalami episode gangguan psikologisnya, misalnya. Atau di ruang terapi saat bertemu dengan terapisnya pertama kali. Atau bisa juga di klinik di mana dia dirawat, semuanya tergantung dengan plot yang ingin Varo bangun di cerita ini. Kalau bisa semua kerangka per bab dilengkapi terlebih dahulu jadi bisa diputuskan mana adegan dalam opening line yang cocok. Semoga membantu ya. Selamat Menulis 🙂

      Like

  31. kak aku juga minta saran

    aku lagi bikin cerpen nih, ceritanya tentang anak perempuan yang sifat, kelakuan, sama pemikirannya gak bisa ditebak. dia gak keliatan pinter atau gimana gimana, tapi dia punya keluarga super ambis gitu. tapi dia punya banyak teman.
    nah di ceritanya, di sekolah si perempuan itu bakal diadain lomba gitu, nah setiap satu kelas ada perwakilan satu orang siswa yang bakal dipilih sama ketua kelasnya. kebetulan si ketua kelasnya itu agak ga suka sama si perempuan itu, mungkin lebih ke iri. ketua kelasnya sengaja milih si anak perempuan tadi buat jadi perwakilan kelas, tujuannya buat mempermalukan si anak perempuan itu, buat jatuhin harga dirinya juga, kan kalau misalnya dia jadi perwakilan tapi ga dapet apa-apa dan malah mengecewakan bisa ngebuat temen temen sekelasnya kecewa sama dia.
    tapi ternyata si ketuanya salah, si anak perempuan itu pas kepilih bener-bener kaget, terus langsung berjuang biar temen-temennya ga kecewa, si anak perempuan itu minta tolong ke teman sama keluarganya buat bantuin dia. kakak si anak perempuan itu tau adiknya punya bakat sama kemampuan, cuma ga dikembangkan, lalu si kakaknya manfaatin itu, dia ngajarin adiknya sekalian ngasah bakatnya lah. terus ga disangka si anak perempuan tadi berhasil. si ketuanya kaget gitu, si anak perempuan tadi tuh bilang makasih ke ketua kelasnya, karena dia jadi bisa belajar banyak juga. padahal niatnya mau mempermalukan malah dikira jadi pahlawan.

    gitu aja kak, kalimat buat openingnya gimana ya? aku masih pemula, mohon bantuannya

    Liked by 1 person

    • Hai Aulia, terima kasih untuk pertanyaannya ya.

      Mungkin adegan awalnya bisa saat malam hari di kamar si perempuan. Dia sedang gelisah memikirkan keputusan perwakilan lomba yang akan diumumkan besok pagi di sekolah. Berikut contoh saran:

      Aku putar sekali lagi video audisi yang aku rekam dan aku kirimkan untuk lomba presenter. Semua orang bilang itu bagus. Dan sebenarnya aku juga puas. Tapi Lia sahabatku bilang, mau sebagus apa pun penampilanku, tetap sang ketua kelas yang akan menang. Dia yang akan mewakili sekolah. Selain karena dia adalah anak salah satu dewan sekolah, dia juga selalu menang dalam lomba apa pun. Jadi buat apa sekolah memberik kesempatan murid lain, ya kan? Aku menghela napas lelah. Sudah jam setengah 10 malam. Tapi aku masih belum bisa tidur. Aku dengar derap langkah mama di tangga. Tapi lampu kamarku sudah dimatikan jadi derap langkah itu kembali ke lantai bawah. Aku bangkit ke arah jendela. Langit terlihat mendung. Tapi masih kulihat seberkas cahaya bintang di atas sana dan berharap keajaiban.

      Bisa Aulia adaptasi atau ubah setting dan adegan, karena ini cerpen sebaiknya langsung menuju konflik atau permasalahannya. Semoga membantu. Selamat menulis 🙂

      Like

  32. Kak, minta saran dong dengan paragraf pembuka novelku ini:

    Gadis bergigi kelinci itu duduk di bangku teras sekolah. Mengetukkan kaki di lantai. Menghela napas. Tatapannya lurus ke ujung lorong. Mengamati setiap wajah siswa yang keluar dari ruang guru di ujung lorong sana. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya. Pukul lima. Ia mengerang pelan. Membanting punggung ke dinding.
    “Mengapa dia lama sekali?” gadis itu bergumam gusar.
    Sudah satu jam Ye Rin duduk di sana. Riuh suara siswa yang bermain basket di seberangnya tak bisa membuat Ye Rin mengalihkan pandangan dari ujung lorong. Menunggu dengan cemas. Baginya menunggu selalu saja menjadi kegiatan yang membosankan. Mungkin bukan baginya saja. Semua orang mungkin sependapat dengannya.
    Ye Rin menyerah. Memilih menatap siswa yang masih sibuk bermain basket. Cuacanya tidak terlalu panas tapi tubuh mereka tetap berkilat karena keringat yang diterpa sinar matahari. Ye Rin sedikit bersemu saat melihatnya. Pemandangan laki-laki yang bermain basket di depannya membuatnya lupa tujuan awalnya duduk di sana.

    Liked by 1 person

    • Terima kasih Nisa pertanyaannya,

      Openingnya sudah oke sekali. Kalau pun mau ada yang diedit paling hanya Kalimat gadis begigi kelinci itu di ganti saja langsung dengan Ye Rin, baru nanti deskripsinya mengikuti, supaya pembaca bisa langsung tahu itu Ye Rin. Berikut saran perbaikannya:

      Ye Rin duduk di bangku teras sekolah. Mengetukkan kaki di lantai. Menghela napas. Tatapannya lurus ke ujung lorong. Mengamati setiap wajah siswa yang keluar dari ruang guru di ujung lorong sana. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya. Pukul lima. Ia mengerang pelan. Membanting punggung ke dinding. Sesekali dia juga menggigitu bibirnya dengan gigi kelincinya.
      “Mengapa dia lama sekali?” Ye Rin bergumam gusar.

      Sudah satu jam dia duduk di sana. Riuh suara siswa yang bermain basket di seberangnya tak bisa membuat Ye Rin mengalihkan pandangan dari ujung lorong. Menunggu dengan cemas. Baginya menunggu selalu saja menjadi kegiatan yang membosankan. Mungkin bukan baginya saja. Semua orang mungkin sependapat dengannya.

      Ye Rin menyerah. Akhirnya dia menatap para siswa yang masih sibuk bermain basket. Otot-otot lengan mereka yang menonjol dan kokoh mengilat karena keringat. Ye Rin sedikit bersemu saat melihatnya. Pemandangan siswa-siswa yang bermain basket di depannya membuatnya lupa tujuan awalnya duduk di sana.

      Semoga membantu ya dan selamat menulis 🙂

      Like

  33. kak aku mau buat cerita tapi masih bingung dengan kalimat pembukanya, tapi judulku bagus gak mengenai antara sedih dan bahagia dibalik sebuah senyuman, mohon bantuannya

    Liked by 1 person

    • Hai Galang, terima kasih pertanyaannya. Untuk membuat kalimat pembuka, setidaknya kita harus tahu adegan apa yang ingin kita masukkan ke dalam paragraf pertama. Karena itu saya sarankan untuk memiliki sinopsis cerita terlebih dahulu. Kalau saya menyarankan jangan pernah mulai menulis tanpa tahu awal dan akhir cerita, akan lebih baik lagi jika memiliki kerangka karangan untuk setiap babnya. Kalau sudah detail, kamu akan tahu apa yang akan ditulis di kalimat pembuka. Apakah adegan perpisahan antara karakter pria dan wanita? Atau justru adegan pertemua yang unik antara karakter kedua karakter utama.
      Judulnya mungkin bisa dibuat lebih pendek lagi, misalnya: Di balik senyuman: sedih dan bahagia. Semoga membantu ya 🙂

      Like

  34. Kak saya ingin buat cerita tentang CLBK gitu, tapi saya bingung awal pembukanya karena saya masih pemula, lebih baik dimulai dari masa lalu atau kehidupan tokoh yang sekarang .Tolong sarannya kak terima kasih.

    Liked by 1 person

    • Hai Adinda, terima kasih atas pertanyaannya. Kalau saya akan mulai dari kehidupan tokoh yang sekarang, tapi nanti saya akan sisipkan flashback di saat-saat tertentu dalam cerita. Misalnya, waktu kedua tokoh tersebut bertemu lagi, saya akan sisipkan adegan di masa lalu sebagai background cerita mereka, ini juga bertujuan agar pembaca memahami hubungan masa lalu mereka. Lalu nanti pada saat konflik terjadi, saya mungkin akan meletakkan flashback lagi sehingga para karakter akan mengingat cinta mereka di masa lalu. Bagaimana masing-masing karakter menerima atau memahami cinta dan perasaan mereka di masa lalu, flashback di sini juga bisa membantu pengambilan keputusan kedua tokoh saat menghadapi konflik.

      Namun flashback dan informasi di masa lalu ini saya akan pecah-pecah supaya informasinya tidak berlebihan dituangkan sekaligus juga agar pembaca lebih penasaran.
      Semoga membantu ya 🙂

      Like

  35. Kak aku baru mau bikin novel. ceritanya tentang wanita yang menginginkan cinta sejati, tapi sayangnya, cinta pertamanya akan menyakitinya nanti.

    openingnya kayak gini bisa nggak kak?

    Cinta. Apa yang ada dibenak kalian saat mendengar kata itu? Apakah menyenangkan atau malah mengingatkan kalian tentang sebuah rasa yang berakhir menyakitkan?

    Melihat beberapa orang disekitarnya kecewa karena cinta, tak membuat Siena gentar. Wanita itu menginginkan cinta yang tak terlupakan, cinta seperti di beberapa drama yang sering ditontonnya. Maklumlah, Siena adalah seorang penggemar drama romance, yang selalu membuatnya berimajinasi, bertemu dengan seorang pria yang hanya akan mencintainya seumur hidup, memperlakukannya dengan baik, layaknya seorang putri.

    Dalam benaknya, perjalanan cinta haruslah berakhir bahagia dan jika kisahmu masih memberi luka, bersabarlah, karena perjalananmu belumlah usai.

    Dalam kamarnya, Siena sedang asyik menonton drama china kesukaannya, drama yang belakangan ini sedang banyak diperbincangkan. Posisinya tengkurap, bertopang dagu dengan mata yang menatap lurus pada laptop. Siena sangat menyukai drama china, hal itu tidak luput dari wajah tampan dan cantik para aktris dan aktornya.

    ‘’Ah aku sangat menyukainya,’’ Siena tersenyum lebar, saat melihat adegan ciuman dua pemeran utama. Entalah, hanya melihat adegan seperti itu sudah membuatnya bahagia, seperti banyak kupu-kupu terbang di perutnya, seolah dialah yang mengalami hal menyenangkan itu.

    Tak bosan, Siena kembali mengulang adegan itu, dengan sangat bersemangat. Bahkan dia sampai bangun dari tengkurapnya. Hampir 5 kali Siena mengulang adegan itu, sampai dirasa puas, barulah dia melanjutkan ke adegan berikutnya.

    Saking seriusnya, Siena bahkan tidak menghiraukan, saat pintu kamarnya terbuka, Nadin sang sahabat melangkah menghampiri dan duduk di sampingnya, ikut menonton drama itu. Nadin melirik sejenak pada Siena. ‘’Kau sudah makan?’’ tanyanya yang hanya dijawab dengan gelengan kepala.

    Selalu begitu, Siena selalu melewatkan waktu makan malamnya, karena terlalu serius dengan drama. 5 tahun mengenal Siena, hampir tak pernah Nadin melihat wanita itu makan malam di waktu yang tepat.

    Setelah melewati hari yang panjang dan dengan segudang kegiatan yang melelahkan, tentu saja sebagian besar orang akan memilih untuk beristirahat, tapi hal itu tidak berlaku untuk Siena, malam harinya selalu dia habiskan untuk menonton drama, tapi untungnya, dia tidak pernah kurang tidur, Siena selalu tidur sebelum jam 12 malam. Itu dilakukannya, untuk menghindari kantuk saat dia bekerja nanti.

    Siena mengalihkan tatapannya, saat Nadin dengan sengaja mempaus drama. Dia menatap aneh pada Nadin yang nampak kecentilan dan sok cantik, beberapa kali wanita itu membenahi rambut.

    Siena menganga, cepat-cepat dia mengambil tangan Nadin, diperhatikannya cincin yang melingkar di jari manis kiri Nadin. Cincin itu nampak indah dengan berlian yang tidak terlalu besar. Ternyata sejak tadi Nadin terus memamerkan cincin itu, pantas saja dia terus menerus membenahi rambutnya, ternyata ingin memberitahu Siena.

    ‘’Ini beneran?’’ Siena bertanya, wanita itu masih memperhatikan cincin Nadin. Dalam hatinya, dia juga ingin diberi cincin, dia juga ingin dilamar oleh seorang pria, tapi sayang, pacar saja dia tidak punya.

    ‘’Hhmm, katanya dia ingin segera menikah denganku.’’

    Siena tentu saja ikut senang, apalagi melihat Nadin yang tampak bahagia. Dipeluknya Nadin, beberapa kali dia memberi selamat pada sahabatnya itu.

    ‘’Setelah menikah, kau akan meninggalkanku dong.’’

    Nadin tertawa kecil, melepaskan pelukan mereka, lalu menatap Siena. ‘’Makanya cari pacar, biar nggak sendirian lagi,’’ ucapnya bercada, sedangkan Siena langsung memberikan wajah manyunnya.

    ‘’Kau pikir gampang? Kalau diibaratkan, nyari pacar itu sesusah nyari skincare, salah pilih bisa bikin jerawatan, kalau udah jerawatan, nyembuhinnya susah dan aku nggak mau ngambil resiko.’’

    ‘’Ya, tapi kau harus mencoba beberapa skincare terlebih dulu, sebelum kau menemukan skincare yang cocok untukmu. Kau tidak berpikir langsung menemukan yang cocok hanya dalam sekali coba bukan?’’

    Siena diam. Ucapan Nadin memang benar, tapi Siena memiliki ekspektasi sendiri, untuk kisah cintanya nanti. Makanya, Siena tak mau sembarang memilih. Dia kembali memberikan selamat pada Nadin, sengaja ingin mengalihkan pembicaraan.

    ‘’Ck, kau dan kemampuanmu dalam mengubah topik memang sudah mencapai level Dewa.’’

    Siena nyengir, wanita itu lalu berdiri, turun dari ranjang dan langsung menarik lengan Nadin. ‘’Buatkan makan malam untukku, sebagai perayaan lamaranmu.’’

    ‘’Kupikir konsepnya salah.’’

    Siena tidak mempedulikan, wanita itu mendorong Nadin dari belakang, langsung menuju dapur. Nadin tidak protes lagi, sesampainya di dapur, Nadin langsung membuka kulkas, mengeluarkan beberapa bahan yang akan digunakan. Niatnya dia ingin membuat nasi goreng. Maklum, itu adalah makanan yang simple dan pembuatannya juga gampang.

    Tidak sampai 40 menit, nasi goreng buatan Nadin sudah tersaji diatas meja, keduanya langsung makan, dengan diiringi beberapa obrolan kecil. Setelah makan, mereka langsung kembali ke kamar masing-masing. Siena langsung membersihkan wajah, menggosok gigi dan tidur, sedangkan Nadin masih berbincang di telepon, dengan sang kekasih yang sebentar lagi akan menjadi suami.

    Liked by 1 person

    • Hai Yeppeo Lee, terima kasih atas pertanyaannya. Opening line sebaiknya to the point dan langsung menarik pembaca masuk ke dalam cerita. Berikut saran perbaikannya ya. Semoga membantu 🙏

      Cinta.
      Sienna menelan ludah berat jika mendengar kata itu. Sebuah kata yang membuat hatinya bergejolak. Dia tak bisa memalingkan wajahnya dari layar. Matanya berkaca-kaca menonton drama Asia itu. Drama viral yang jadi bahan pembicaraan di mana-mana. Para protagonis cantik dan tampan. Sienna tahu kisah cinta seperti ini hanya ada di dalam serial drama percintaan saja. Tapi hey! Setiap gadis berhak bermimpi kan?
      Sementara kalau mau menilik kisah cintanya—itu lebih mengarah pada genre tragedi atau komedi dibandingkan drama romantis. Lagipula kalau kisah cintanya dijadikan serial drama, dirinya tidak akan jadi protagonis bahkan dalam kisahnya sendiri. Padahal Sienna tidak ingin mencari pria yang sempurna kok. Hanya pria yang mampu memperlakukannya dengan benar. Tidak menyia-nyiakan cintanya. Dan jika pria itu kebetulan tampan dan kaya raya kenapa tidak?
      Sienna senyum-senyum sendiri sambil mengulang-ulang kembali adegan romantis barusan.
      “Ehmmm…sudah berapa kali kamu ulang adegan itu?!”
      Sienna menoleh kaget, “Nadin? Sejak kapan kamu di situ?”
      Dia melihat sahabatnya berdiri di dekat pintu sambil melipat tangannya di dadanya.
      Nadin langsung menghampirinya dan duduk di tempat tidur persis di sampingnya, menekan tombol pause di laptopnya. Lalu sahabatnya itu menyibakkan rambutnya berkali-kali dengan jemarinya yang dipapar lebar-lebar.
      “Oh my God!” Sienna nyaris berteriak. Sebuah kilauan cantik menyapa matanya. Sienna segera meraih jemari Nadin. Diperhatikannya cincin yang melingkar di jarinya itu. Cincin itu mungkin sekitar 0.55 karat emas putih dengan love heart cut diamond solitaire. Meski tak terlalu besar dan tidak berwarna, cincin itu begitu elegan, bergaya klasik dan cemerlang.
      Sienna tersenyum dan memeluk Nadin, “Congrats Nadin.”
      “Kalian sudah menentukan kapan tanggalnya?”
      “Mungkin tahun depan.”
      Sienna mengannguk sedih, “Berarti aku harus cepat cari tempat baru supaya nggak sendirian.”
      “Bukan cari tempat baru. Tapi cari pacar baru! Masa kamu nggak move on move on sudah 4 tahun! Ibarat orang udah dapet gelar sarjana!”
      “Memangnya cari pacar gampang,” dengus Sienna. ‘Nyari pacar itu sesusah nyari skincare Din, salah pilih bisa bikin jerawatan mending kalau jerawatan kalau muka jadi rusak, nyembuhinnya susah dan aku nggak mau ngambil resiko.’’
      ‘’Ya, tapi kau harus mencoba beberapa skincare lebih dulu, sebelum menemukan skincare yang cocok. Kau tidak berpikir langsung menemukan yang cocok hanya dalam sekali coba bukan?’’
      “Tapi nyoba skincare kan juga ga asal-asalan. Kita harus tahu bahan-bahannya sebelum main coba. Kita kan kenal dengan kulit kita mungkin sensitif untuk bahan A atau alergi dengan bahan B.”
      “Duh memang ngomong sama kamu susah sih! Udah ayo buatin makan malam untukku,” Nadin menariknya dari tempat tidur.
      “Loh! Bukannya aku yang ditraktir. Kok malah aku yang disuruh masak!”
      Nadin mendorong Sienna ke dapur. Sienna pun pasrah, Mereka mengobrol sambil menyiapkan makan malam. Nasi goreng seafood tanpa kecap khas buatan Sienna yang sudah terkenal di antara teman-teman mereka.
      Jam 11 malam, mereka berdua kembali ke kamar masing-masing. Nadin mengangkat telepon dari sang calon suami. Sementara Sienna duduk termangu di atas tempat tidurnya. Memperhatikan ruangan kamarnya yang sepi dan dingin. Dia ingin menonton serial drama lagi. Tapi mengurungkan niatnya. Dia ikut bahagia dengan Nadin. Tapi dalam hatinya, dia ragu apakah dia akan menemukan cinta sejati seperti serial drama favoritnya.

      Like

  36. Halo ka, aku suka banget tulisan kakak di blog ini! Bermanfaat dan penjelasannya menarik. Sangat ngebantu pemula kaya aku. Aku udh lama baca-baca tips yg kka share, kemudian baru sekarang mulai nulis novel ku sendiri. (Fiksi-aksi) Kalau kka ada waktu, tolong bagi pendapatnya tentang pembukaan novelku berikut ini 🙏

    Ini sangat menyesakkan, sungguh…
    Namun masuk akal, tidak ada manusia yang cukup waras ingin mencicipi jeritan kebencian serta hujatan tulus dilontarkan mengikuti kemanapun dirinya melangkah.

    Meski sadar dia pantas diperlakukan demikian, terlebih ketika dosa-dosa itu merupakan jamuan utama yang dihidangkan padanya.

    Pikiran untuk melarikan diri, untuk mengakhiri kehidupan busuk ini, tidak pernah luput malah menggali lebih dalam.

    Itu manusiawi bukan?
    Ketika berada di titik terendah dalam hidup, kala semua pengharapan dan rasa bersalah menggerogoti jiwamu. Pikiran untuk mencari jalan keluar dengan kematian pastinya terlintas di setiap benak manusia kan?

    Benarkan?

    Tolong beritahu aku…

    Di prolog ini aku mau nunjukkin keputusasaan dan kesepian si MC. Rasa tanggung jawab yang mengikat, yang nahan dia dari tindakan semberono untk nyakitin dirinya sendiri.

    Ralat, maksudku (fantasi-aksi) 😭

    Liked by 1 person

    • Halo juga, terima kasih untuk pertanyaannya. Opening linesnya sudah menggunakan kata-kata yang lebih kuat, dan ini bagus karena perasaan dari karakter utama sangatlah kuat jadi pembaca juga bisa merasakan dilemma dari sang karakter.

      Kalau pun ada beberapa poin yang perlu dimasukkan adalah:
      1. Di awal kalimat pembuka poin of view nya menggunakan orang ketiga (nya, dia), tapi saat kalimat terakhir POV berubah menjadi orang pertama. Mungkin diputuskan saja mau pakai POV yang mana. Saran lebih baik POV orang pertama.

      2. Dalam menulis opening lines memang diperlukan adanya misteri atau pertanyaan-pertanyaan yang memicu rasa penasaran pembaca, tapi sebisa mungkin ada pengaturan panggung, dalam hal ini di mana karakter tersebut sekarang? Supaya pembaca bisa masuk ke dalam cerita. Misalnya karakter sedang berada di puncak tebing berkontemplasi apakah dia akan melompat, atau dia di dalam kamarnya memandang cermin.

      Ini saran perbaikannya:

      Ini sangat menyesakkan. Sungguh!

      Tidak ada satu pun manusia waras yang sanggup menelan semua panah beracun kebencian yang selalu mengikutinya seperti bayangan.
      Seringkali dia berpikir dia memang layak menerima semua ini. Semua perlakuan yang menganggapnya tak lebih berharga dari sebutir debu. Setidaknya ini cara halus untuk mengatakannya pada dirinya sendiri. Teman-temannya lebih sering meneriakkannya sebagai seekor kecoak—hama, bau, tapi terlalu keras kepala untuk mati.

      Terlalu keras kepala untuk mati? Dia terkekeh pahit. Setiap malam dia berpikir untuk pergi. Membayangkan apa yang ada di dunia di bawah sana? Akankah dia masih sebutir debu? Atau seekor kecoak bau? Mungkin dia bahagia di sana. Tak ada lagi beban. Rasa bersalah dan kesedihan. Entahlah—dia hanya senang membayangkannya.
      Dia menelan ludah berat menatap lautan pekat tapi tenang di bawah tebing. Ketenangan yang aneh. Bahkan dia tidak merasakan semilir angin menyentuh kulitnya. Dia menginginkan pertanda, tapi bulan pun enggan muncul.

      Sarah! Dia tersentak. Dia menoleh ke belakang ke arah suara itu. Tidak ada apa-apa. Itu suara ibunya. Dia tahu ibunya tak mungkin ada di sini. Ibunya berkilo-kilometer dari tebing ini. Mungkin menunggunya. Dia selalu menangis jika mengingat ibunya. Dan saat ini pun dia menangis. Dia menengadah dan menatap kepekatan malam, dia ingin sekali saja menjadi egois.

      Semoga membantu ya 🙂 Happy writing!

      Liked by 1 person

  37. kak kalau awal novelnya kayak gini bisa nggak sih? atau apa terlalu banyak memberikan info yang nggak penting?

    Soekarno hatta Airport
    Wanita dengan tubuh tinggi semampai. Rambutnya berwarna sedikit kecoklatan dengan kacamata hitam yang bertengger di atas kepalanya. Dengan elegannya wanita itu menarik koper berwarna biru muda yang ukurannya 28 inch. Satu tangannya memegang ponsel di telinga, memberitahu keluarga bahwa dirinya sudah sampai dengan selamat.
    Senyum manis tak pernah luntur dari wajah cantiknya. Dia bahagia bisa kembali lagi ke negara ini. Negara yang sudah hampir enam tahun ditinggalkannya. Sebelumnya dia harus mengikuti kedua orang tuanya yang pindah dan menetap di Kanada.
    Pintu kaca terbuka lebar. Dia perhatikan langit yang nampak terang. Orang orang yang berlalu lalang, berbicara menggunakan bahasa Indonesia membuatnya kesenangan. Dia benar benar ada di Indonesia sekarang.
    ”Hallo Indonesia …’’ Dia berlari kecil sambil merentangkan tangannya. Lalu menghirup dalam udara penuh polusi yang entahlah itu sangat membuatnya senang.
    ”Aaahhh bahkan bau rempahnya sudah menusuk hidungku. Aku benar-benar berada di indonesia sekarang.” Dia terkekeh saking senangnya. Wanita itu terpaku beberapa saat, sebelum kembali melangkah untuk mengambil koper yang tadi sempat dia lepaskan.
    Impiannya untuk kembali akhirnya disetujui oleh kedua orang tuanya yang sebelumnya terus menentang keputusannya untuk kembali dan melanjutkan studinya di Indonesia. Terlebih papanya, sangat susah sekali mendapat izin paruh baya itu. Maklumlah, pak Elwin Gavin Dirgantara itu posesifnya minta ampun, nggak sama istrinya aja tapi juga pada anak-anaknya nya.
    Kebayang kan bagaimana susahnya mendapat izin dari pria yang menjadi cinta pertamanya itu. Dan kenapa sampai Keisya mendapatkan izin? Itu karena Keisya terus merengek dan merajuk pada papanya. Tapi, sebenarnya sih Keisya juga heran. Kayaknya nggak mungkin deh kalau hanya karena itu papanya tiba tiba berubah pikiran dan mengizinkannya kembali ke indonesia.
    Ah tapi sudahlah. Apapun alasan pak Elwin, Keisya nggak mau ambil pusing. Yang penting sekarang dia sudah ada di Indonesia lagi. Negara kelahirannya yang sangat dia rindukan. Negara yang juga ada seseorang yang sangat ingin dia temui.
    Sebenarnya nih, tanpa ada yang tahu. Keisya punya satu misi khusus di negara ini.
    Tidak lama, dia mendengar seseorang memanggilnya. Suara yang sangat tidak asing di indera pendengarannya. Suara yang selama enam tahun ini hanya bisa di dengarnya lewat telepon. Dia menoleh lalu tersenyum melihat sang sahabat yang berjalan santai dengan wajah sedikit bete, mungkin.
    ”Keisya … Kei lo keterlaluan banget deh. Kenapa tiba-tiba sih bilangnya? Lo tau nggak kalau kemarin gw lagi di Bali, liburan sama temen temen gw dan lo malah bilang kalo lo ke Indonesia. Untung temen, kalo nggak mana mau gw ninggalin liburan gw,’’ cerocos gadis itu dengan wajah betenya.
    Kemaren Raisa dan teman temannya memutuskan untuk berlibur di Bali. Tapi, baru juga 3 jam nyampe, Raisa sudah mendapat telepon dari Keisya. Sahabatnya itu minta untuk di jemput, karena katanya udah nggak ingat jalan Jakarta lagi. Terpaksa, walau dengan berat hati Raisa pun mengiyakan walau tentu dengan omelan omelan yang berasal dari temen temannya. Tentu saja kena omel, Raisa sudah menggagalkan rencana liburan mereka ya walaupun sebenarnya mereka tetap lanjut liburan walaupun Raisa pulang duluan. Tapi kan tetap saja, mereka agak kesal pada Raisa.
    Raisa beralasan kalau dia harus segera pulang, untuk menghadiri pernikahan sepupunya. Sedikit nggak masuk akal sih, tapi mau dikatakan apalagi, dia nggak bisa menemukan alasan lain dan hanya itu satu satunya alasan yang terlintas.
    Bisa habis dia kalau jujur pada teman temannya. Yang ada malah akan diomeli habis habisan. Dan juga, Raisa kurang enak kalau harus mengatakan alasan yang sebenarnya. Nantinya dia akan terkesan seperti lebih mengutamakan Keisya dibanding temannya yang lain, ya walaupun sebenarnya memang seperti itu.
    ‘’Jangan salahin gw, salahin tuh pak Elwin. Ngasih izinnya dadakan, makanya gw juga berangkatnya dadakan. Kalau ditunggu besok atau lusa, yang ada si pak Elwin berubah pikiran.’’ Keisya melangkah meninggalkan Raisa yang kembali berkomat kamit, mengomeli Keisya yang nggak ada prihatin prihatinnya dengan ceritanya tadi.
    ‘’Kei, bilang makasih kek. Gini loh ya, gw re -’’
    Raisa ikut berhenti karena Keisya tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia memasang wajah bingungnya, melihat ekspresi aneh diwajah Keisya yang sedang memandangnya penuh selidik, dari ujung kepala sampe ujung kaki.
    ‘’Kok tinggian lo sekarang.’’
    Raisa memutar malas bola matanya. Dia kira itu hal penting, ternyata sama sekali nggak. Raisa pun kembali meneruskan langkahnya, tentu dengan Keisya yang juga sudah ikut melangkah.
    ‘’Kok bisa sih Sa, padahal jelas jelas dulu gw lebih tinggi dari lo.’’ Keisya masih saja membahas hal tersebut. Tapi beneran, dulu Raisa itu lebih pendek darinya. Keisya ingat betul, dulu tinggi Raisa hanya sampai telinganya.
    ‘’Ya lo pikir?’’
    ‘’Ya gw mana tau?’’
    ‘’Ya gw juga mana tau Keisya. Yang gw tau gw hanya makan, tidur, maen dan tiba tiba udah segede ini aja.’’
    ‘’Gw juga sama, tapi kenap – ‘’
    ‘’Astaga Kei!’’ Raisa mulai kesal. Matanya sudah melotot aja.
    Keisya si teman berdebatnya benar benar sudah kembali. Mereka itu memang bersahabat, tapi mereka juga sering sekali terlibat adu mulut. Bahkan sewaktu Keisya di Kanada pun, mereka sering sekali berdebat, walau hanya lewat telepon. Lucunya, sering kali mereka mendebatkan hal yang nggak penting. Seperti sekarang contohnya.
    Lagian, seberapa tinggi sih Raisa? Itu hanya beberapa cm, bahkan mungkin tidak sampai 3 cm tapi Keisya malah membuatnya seolah olah Raisa jauh lebih tinggi darinya.
    ‘’Ih lo jadi galak sekarang? Gw kan nanya aja Sa, nggak perlu melotot gitu juga kali. Udah kayak pak Elwin aja lo.’’
    ‘’Pak Elwin … pak Elwin …. Bapak lo itu.’’
    ‘’Ya emang.’’ Keisya menjawab dengan santai. Wanita itu kembali melanjutkan langkahnya.
    ‘’Nggak kesana Kei. Kalo nggak tau ya nanya. Kebiasaan buruk nggak ilang ilang.’’
    Raisa ngedumel lalu menarik lengan Keisya, saat wanita itu akan belok kiri. Pasalnya, mobil Raisa terparkir tepat di arah yang berlawanan.
    ‘’Baru juga mo nanya, udah ditarik aja.’’ Keisya malah menjawab. Raisa hanya menggeleng penuh kekesalan. Ya walaupun sebenarnya wanita itu nggak benar-benar kesal.
    ‘’Oh ya, kok kamu datangnya sendiri?’’ Keisya memasukan kopernya ke bagasi dengan Raisa yang sedang mengawasi aktivitasnya itu. Setelah itu, keduanya berjalan ke depan dan masuk ke mobil. Raisa menyetir sendiri karena dia tipe yang malas menggunakan sopir. Dan untung papanya tidak selebay pak Elwin, yang kemana mana anaknya harus diantar oleh sopir pribadi.
    ‘’Loh Sa, itu bukannya kak Darel?’’

    Niatnya aku mau bikin cerita tentang Keisya yang diam diam jatuh cinta pada kakak sahabatnya, yang sudah dia kenal sewaktu dia kecil.

    Liked by 1 person

    • Hai Natasya terima kasih untuk pertanyaannya.
      Ada beberapa suggestions untuk opening line ini.
      – Mungkin cukup 1 paragraf saja untuk menjelaskan setting Indonesia dan betapa rindunya Keisya dengan negara tercintanya ini. Lebih to the point akan lebih baik untuk sebuah opening line.
      – Sebaiknya gunakan kata-kata yang lebih kuat emosinya seperti: Udara panas Jakarta segera menyergap Keisya.
      – Gunakan teknik show dalam beberapa poin seperti “senyum manis tak pernah luntur dari wajah cantiknya.”cantiknya itu lebih baik digambarkan dengan deskripsi yang detail dan menonjolkan keunikannya, supaya pembaca langsung tahu seperti apa wajah Keisya.
      – Tidak ada kesan usia dari Keisya dan Raisa, hanya ada line Keisya akan melanjutkan kuliah. Kuliah S1, S2, atau S3. Dari nada ceritanya terkesan percakapan dan voice Keisya masih remaja. Jika Keisya lebih tua caranya berbicara sebaiknya disesuaikan dengan usianya.
      Berikut contoh suggestionsnya , semoga membantu ya Natasya. Happy writing
      Udara panas Jakarta menyergap Keisya. Dia segera melepaskan Kardigannya. Dia tak menyangkan bahan setipis itu pun membuatnya gerah. Maklum, ketika dia meninggalkan Kanada 22 jam yang lalu, temperaturnya menyentuh 9 derajat celcius. Namun, Keisya tetap sumringah, dia melepas kacamata hitamnya, lalu mengikat dan menggulung rambut coklatnya yang bergelombang membentuk cepol kecil. Bola matanya yang hitam berbinar cerah, yang ada dipikirannya enam tahun belakangan ini adalah lontong sayur, bakso Kang Saim, dan sate ayam Cak Sani favoritnya. Dan tentu saja sejuta kenangan masa kecilnya yang indah.
      “Keisya!”
      Keisya menoleh ke arah suara tersebut. Dia mengenali gadis berkulit sawo matang itu. “Raisa! Oh my God! I miss you so much,” katanya langsung memeluk sahabatnya itu.
      “Nih, keripik singkong titipan lo. Udah ngabarinnya mendadak, banyak banget lagi titipannya.”
      “Jadi semua makanan yang gw pesen ada?”
      “Ada tuan putri, udah gw siapin noh di rumah gw. Sampe emak gw bingung, ini mau ada tester buat gubukan nikahan atau gimana? Perasaan kakak gw belum punya pacar sampe hari ini.”
      “Ah masa. Cowok seganteng Derrel kakak lo ga laku-laku.”
      Raisa memicing ke arah Keisya, tapi Keisya hanya terkekeh, dia tak mau memalingkan wajahnya dan menahan pipinya yang rasanya seperti terbakar. Dia sih tak pernah mengaku punya crush dengan kakak sahabatnya itu, terlalu malu untuk mengakuinya. Namun Raisa sepertinya bisa merasakannya.
      “Lo sendiri, dateng sendirian, bawain kek cowok Kanada buat gw.”
      “Gw aja ga dapet-dapet.”
      “Makanya jangan mikirin yang di Indonesia melulu,” ledek Raisa sambil menyenggol lengan Keisya.
      “Akhirnya Pak Elwin menyerah juga ya sama kekeraskepalaan lo ya Sya.”
      Keisya terkekeh, sulit sekali meyakinkan ayahnya yang super duper protektif itu bahwa Keisya sudah cukup dewasa untuk bisa memilih masa depannya sendiri. Namun keteguhan Keisya dan bagaimana ayahnya melihat Keisya di Kanada adalah gadis yang sangat mandiri.
      Raisa membantu membawa koper Keisya dan menuntunnya menuju mobilnya. Mereka masih terus mengobrol dan tertawa cekikikan tentang banyak hal. Raisa menyetir dan Keisya duduk di sampingnya. Dia melihat sebuah landyard dengan foto Derrel yang menggantung di kaca tengah mobil.
      Seketika jantungnya berdegub kencang. Mungkin ini mobil Derrel, katanya dalam hati, tanpa bertanya pada Raisa. Mobil melaju kencang, Keisya terus memperhatikan jalan-jalan yang dilaluinya. Hatinya melonjak, sebentar lagi dia melihat Derrel, seperti apa ya dia sekarang. Masa cowok sekeren itu nggak punya pacar?

      Like

  38. Hi kak, senang banget bisa jumpa block kakak ini.. makasih atas sarannya,, kk saya butuh masukan untuk cerita saya, ini opening nya,, kak boleh ya kk..

    1995…

    Wanita berwajah pucat itu terduduk lemas diantara puing-puing kaca yang berserakan didalam kamar yang pengap, jelas sekali ia habis menangis karena matanya yang sembab.

    Salah satu tangan ringkih itu memukul perutnya berulang-ulang dengan tersedu, tangannya yang lain menarik rambut hitamnya dengan kuat seolah-olah itu berguna untuk menghilangkan rasa pening yang menjalar.

    Laki-laki yang ia cintai, yang ia kagumi meninggalkannya begitu saja ketika ia tahu bahwa ia sedang mengandung anaknya.

    Nadia Putriani seorang wanita biasa yang penuh kelembutan hatinya kini berubah menjadi sosok monster yang ganas, menyakiti dirinya sendiri dengan harapan kandungannya mati.

    Di usir dari kampung halaman lantaran memilih pasangan yang salah menurut orangtua tidak mudah, apalagi kini ia juga ditinggal oleh sang kekasih karena mengandung seorang bayi diluar pernikahan yang masih belum sempurna.

    Liked by 1 person

    • Hi Rani,

      Wah banyak pilihan kata yang sudah kuat, mungkin kalau boleh lebih ditonjolkan lagi rasa frustasi dari Nadia.

      Nadia terduduk di antara puing-puing kaca yang berserakan di dalam kamar yang pengap. Matanya bengkak, jiwanya tercabik. Tangannya yang ringkih dan lemah berusaha memukul perutnya berulang-ulang tapi dia tak punya kekuatan lagi. Dia ingin mati. Dia ingin mati bersama anak yang dikandungnya. Laki-laki yang dia cintai, yang dia kagumi meninggalkannya begitu saja saat dia tahu bahwa Nadia sedang mengandung anaknya. Tindakan yang baginya seperti pisau panas yang mengiris dadanya.

      Nadia tak bisa memaafkan dirinya kalau demi pria itu dia harus rela diusir dari kampung halamannya. Demi pria itu dia rela meninggalkan orang tuanya. Demi pria itu dia merajut impiannya akan keluarga kecil bahagia. Sekarang ke mana mimpi itu? Mengapa dia terlalu naif untuk pria sekejam itu?

      Semoga membantu ya Rani, happy writing 🙂

      Like

Leave a comment